Menuju konten utama

Perusahaan AS Impor Pakaian dari Hasil Kerja Paksa Muslim Uighur

Perusahaan AS Badger Sportwear mengimpor pakaian hasil produksi Muslim Uighur di kamp tahanan di Xinjiang.

Perusahaan AS Impor Pakaian dari Hasil Kerja Paksa Muslim Uighur
Warga melewati pintu masuk ke "pusat pelatihan kerja pakaian Hotan City" di mana Hetian Taida memiliki pabrik di Hotan di wilayah Xinjiang barat Cina. Ini adalah salah satu dari meningkatnya jumlah kamp interniran di wilayah Xinjiang, di mana oleh beberapa perkiraan 1 juta Muslim ditahan. AP Photo/Ng Han Guan

tirto.id - Perusahaan AS disebut menjadi salah satu negara tujuan pengiriman pakaian hasil produksi Muslim Uighur yang ditahan di kamp Xinjiang, barat Cina.

The Associated Press berhasil melacak pengiriman pakaian yang dilakukan baru-baru ini dari Cina ke Amerika Serikat.

Tercatat bahwa pakaian-pakaian yang diproduksi di kamp tahanan etnis minoritas di Cina itu dikirim ke Badger Sportwear di Amerika Serikat.

Kepala eksekutif Badger, Anton mengatakan pbahwa perusahaannya telah mengambil produk dari afiliasi Hetian Taida selama bertahun-tahun. Dia mengatakan sekitar setahun yang lalu, afiliasi membuka pabrik baru di barat Cina.

Namun Anton menegaskan pejabat Badger Sportswear mengunjungi pabrik dan memiliki sertifikat bahwa pabrik tersebut disertifikasi oleh ahli kepatuhan sosial.

Badger mengimpor pakaian olahraga seperti kaus, kaus oblong, dan lainnya - dari Nikaragua dan Pakistan.

Namun pada bulan April tahun ini, mereka mulai mengimpor 100 persen T-shirt poliester dan celana panjang dari Hetian Taida, menurut data pabean AS. Alamat pengiriman pun sama dengan kamp tahanan etnis Uighur tersebut.

Wu Hongbo, pemimpin Hetian Taida mengaku bahwa perusahaannya memang memiliki pabrik di dalam komplek kamp tahanan Muslim Uighur.

Terkait hal itu, Badger bakal mencari pemasok lain menunggu hasil investigasi terkait buruh etnis Uighur yang dipaksa bekerja di kamp tahanan tersebut.

"Perusahaan-perusahaan Amerika yang mengimpor dari tempat-tempat itu seharusnya tahu bahwa produk-produk itu dibuat oleh orang-orang yang diperlakukan seperti budak," kata Rushan Abbas, seorang Uighur di Washington.

"Apa yang akan mereka lakukan, melatih dokter untuk menjadi penjahit?"

Rushan mengungkapkan, saudara perempuannya merupakan satu dari jutaan etnis Uighur yang ditahan itu, atau yang disebut Cina sebagai pusat pelatihan.

Cina kerap disorot terkait diskriminasi yang dilakukan terhadap etnis Uighur di wilayah Xinjiang.

Minoritas Muslim Uighur menempati wilayah Xinjiang dekat perbatasan dan jalur sutra. Dalam beberapa dekade terakhir, serangan kekerasan dan militan yang dituduh dilakukan etnis Uighur telah menewaskan ratusan orang.

Kekerasan itu dijadikan alasan oleh pemerintah Cina untuk meningkatkan keamanan di wilayah itu. Sekitar dua tahun lalu, pihak berwenang Cina mulai melakukan kampanye untuk menahan setiap orang meski hanya melakukan pelanggaran kecil.

Cina menggunakan kamera tersembunyi, GPS hingga pos pemeriksaan untuk mengawasi etnis Uighur tersebut. Penahanan etnis Uighur menyebabkan Cina menuai kritik dari dunia internasional.

Guna menghindari itu, Cina membangun pusat pelatihan di tahanan itu. Namun menurut penuturan mereka yang telah keluar dari tahanan bahwa, Cina memaksa mereka untuk kerja di pabrik yang salah satu produknya yaitu pakaian olahraga dikirim ke AS.

Tak hanya di dalam tahanan, mereka yang sudah dibebaskan juga ada yang dikirim ke pabrik manufaktur hingga makanan.

Baca juga artikel terkait MUSLIM UIGHUR atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora