Menuju konten utama

Perkembangan Teknologi dan Persaingan Bisnis Mobil Swakemudi

Pelbagai perusahaan di Amerika Serikat berlomba menciptakan self-driving car atau mobil swakemudi alias mobil yang dapat berjalan sendiri.

Perkembangan Teknologi dan Persaingan Bisnis Mobil Swakemudi
Ilustrasi Self Driving. FOTO/iStockhoto

tirto.id - Setelah hampir dua bulan beroperasi di San Francisco, Amerika Serikat, Cruise--mobil swakemudi buatan General Motors hasil modifikasi Chevy Bolt dan LIDAR yang dijadikan taksi daring--mengalami kejadian unik.

Pada Minggu (10/4) malam, polisi menghentikan salah satu mobil Cruise yang tengah melintas jalanan Clement St. hingga 8th Ave. karena lampu depannya mati. Mobil itu akhirnya menepi dan berhenti di pinggir jalan setelah lampu hazard menyala secara otomatis.

Karena tak ada pengemudi dan kebetulan sedang tidak membawa penumpang, maka petugas yang menghampirinya kebingungan. Mobil yang hanya bisa dibuka via aplikasi ini tak mengizinkan petugas membuka pintu. Hal ini membuat polisi dikerubungi warga yang berada di lokasi kejadian. Mereka penasaran melihat polisi hanya berputar-putar mengitari mobil.

Dalam keterangannya sehari setelah kejadian, Departemen Kepolisian San Francisco menyebut bahwa petugas yang menghentikan mobil Cruise akhirnya menghubungi pihak Cruise (General Motors). Ia "meminta petugas Cruise mendatangi lokasi kejadian untuk memperbaiki lampu depan yang tak menyala" tanpa memberikan surat tilang.

Peristiwa ini memercik kembali diskursus tentang keamanan mobil tak berpengemudi. Pasalnya, sejak merancang mobil swakemudi 2017 dan baru memperoleh izin menaikkan penumpang tak sampai dua bulan lalu, Cruise hanya diberi kesempatan beroperasi di malam hari. Lampu utama tak menyala jelas sangat berbahaya. Ini melahirkan argumen bahwa mobil swakemudi memang belum siap beroperasi di jalanan.

Bukan Sekadar Impian

Manusia sudah terbiasa menyetir sendiri kendaraan yang ditumpanginya. Namun belakangan saat kebutuhan dan imajinasi manusia kian berkembang, mobil tanpa sopir mulai dipikirkan. Dan kiwari hal ini bukan sekadar impian. Perlahan kendaraan ini akan segera mewarnai pasar otomotif global.

Sebagaimana dikutip dari Los Angeles Times, mobil dikategorikan dalam 4 level. Pada level 0 kendali manusia atas mobil berlaku penuh. Sedangkan level 4 justru kebalikannya, kendali penuh ada pada mobil itu sendiri. Mobil modern saat ini kebanyakan berada di level 1 dan 2.

Menurut Wired, mobil level 4 dikembangkan oleh hampir 300 perusahaan lama maupun perusahaan rintisan.

Untuk membangun mobil swakemudi yang utuh, pertama-tama diperlukan Advanced Driver-Assistance Systems atau ADAS yang telah lebih dahulu digunakan dalam mobil-mobil yang telah ada saat ini.

ADAS menyangkut sistem kendaraan seperti emergency braking, backup cameras, adaptive cruise control, dan self-parking system. Menujuk firma riset McKinsey, sistem ADAS pertama kali termuat dalam mobil-mobil mewah. Namun karena desakan regulator, maka ADAS diaplikasikan pada setiap mobil. Pada 2016, pasar sistem ADAS telah menyentuh angka US$15 miliar. Dan mobil yang menggunakan ADAS meningkat dari 90 juta unit pada 2014 menjadi 140 juta unit di 2016.

Penggunaan beragam kemampuan canggih ADAS pada mobil-mobil “biasa” pada mulanya memang bukan sesuatu yang murah. Pembeli yang ingin memasangnya rata-rata harus merogoh kocek tambahan antara US$500 hingga $2.500 per kendaraan.

Uang tambahan yang dibayarkan pembeli lambat laun membuat harga fitur-fitur ADAS semakin murah. Perusahaan juga semakin memiliki kemampuan finansial untuk mengembangkan fitur yang lebih baik untuk diimplementasikan pada mobil swakemudi.

Meski demikian, fitur-fitur yang ada dalam ADAS tidak cukup dalam mengembangkan mobil swakemudi. Ada banyak elemen yang harus dipenuhi dalam membangun mobil swakemudi yang aman dan andal. Elemen-elemen itu antara lain actuation yang mencakup sistem kemudi, pengereman, dan akselerasi. Ada juga Cloud yang mencakup sistem untuk mempelajari dan memutakhirkan data seperti peta jalanan yang dilalui hingga data lalu lintas.

Adapun Perception and Object Analysis mencakup sistem pendeteksi pergerakan objek di sekitar mobil. Driving Control, mencakup algoritma komputer untuk mengendalikan kendaraan. Decision Making merupakan perencanaan bagaimana kendaraan berjalan. Localization and Mapping memetakan keberadaan mobil di suatu tempat. Analytics memonitor operasional mobil saat berjalan. Middleware adalah sistem yang menjalankan algoritma. Dan sensor mencakup segala sistem pendeteksian yang diperlukan mobil swakemudi.

Secara lebih sederhana, untuk mewujudkan mobil swakemudi, sebagaimana dikutip dari The New York Times, dibutuhkan beberapa bagian penting yang wajib tersedia. Antara lain: Lidar, Sensor Radar, Kamera, dan Komputer Utama. Masing-masing bagian bekerja secara berbarengan untuk memastikan mobil swakemudi dapat diandalkan.

Di sisi lain, perangkat lunak atau software adalah masalah utama dalam pengembangan mobil swakemudi. Perangkat lunak yang terpasang pada mobil swakemudi harus memahami bagaimana pola mengemudi seseorang pada mobil konvensinal,juga memahami pola mobil swakemudi lain yang ada di jalanan. Selanjutnya, perangkat lunak juga harus memiliki kemampuan pengambil keputusan yang mirip dengan yang dilakukan manusia saat berkendara.

Sementara pada perangkat keras, tidak ada yang perlu dirisaukan. Central Processing Unit atau CPU dan Graphic Processing Unit atau GPU yang tersedia hari ini, diyakini memiliki kemampuan untuk mewujudkan mobil swakemudi yang ideal.

Selain itu, telah banyak pula ragam sensor yang tersedia untuk mendukung operasional mobil swakemudi. Dan kamera yang ada hari ini memiliki kemampuan lebih dari cukup untuk digunakan mobil swakemudi. Bahkan, kamera dengan kemampuan 360 derajat, kini sudah tersedia.

Infografik Swakemudi

Infografik Swakemudi. tirto.id/Sabit

Persaingan Para Produsen

Sejumlah perusahaan telah mulai pada segmen mobil swakemudi. Untuk urusan ujicoba jalanan, Waymo (perusahaan milik Google) telah melakukan ujicoba mobil swakemudi sejauh 635.868 mil. Selain Waymo, ada pula Tesla yang telah melakukan ujicoba mobil swakemudinya sejauh 550 mil, Ford sejauh 590 mil, dan BMW sejauh 638 mil.

Dalam beberapa ujicoba tersebut, sejumlah masalah muncul. BMW misalnya, memiliki masalah dengan garis jalanan. Sedangkan GM mengalami perilaku yang tidak diharapkan pada mobil swakemudi.

Bila merujuk klaim masing-masing perusahaan, Tesla paling unggul dibandingkan produsen lainnya. Melalui laman resmi produsen Tesla, mereka mengklaim bahwa mobil buatan Tesla, mencakup Model S, X, dan 3, merupakan mobil dengan perangkat keras yang memiliki kemampuan swakemudi secara penuh.

Tesla memanfaatkan beragam kamera dan radar seperti Rearward Looking Side Cameras, Wide Forward Camera, Main Forward Camera, Narrow Forward Camera, Rear View Camera, Ultrasonics, Forward Looking Side Cameras, Radar. Kamera dan Radar itu membentuk semacam benteng 360 derajat untuk bisa berkendara swakemudi dengan lancar.

Selain itu, beragam perusahaan juga menancapkan capaiannya masing-masing. Perusahaan otomotif asal Jepang, membangun prototipe yang mereka sebut “emotion engine” yang bisa mempelajari keputusan pengemudi di balik kemudi dalam membuat keputusan. Ford, raksasa asal Amerika Serikat, berinvestasi senilai US$1 miliar kepada Argo AI, perusahaan kecerdasan buatan yang bisa diimplementasikan pada perkembangan mobil swakemudi.

Baca juga artikel terkait SELF DRIVING atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Irfan Teguh Pribadi