Menuju konten utama

Perang Dagang AS-Cina Ganggu Ekspor, Mendag Jelaskan Langkah RI

Enggartiasto Lukita menyatakan Indonesia memprioritaskan pencarian pasar ekspor baru untuk mengantisipasi dampak perang dagang AS-Cina yang terus memanas. 

Perang Dagang AS-Cina Ganggu Ekspor, Mendag Jelaskan Langkah RI
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyampaikan materinya pada Seminar Nasional "Call for Paper" di Hotel Jayakarta, Lombok Barat, NTB, Senin (22/10/2018). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/hp.

tirto.id - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyatakan perang dagang Amerika Serikat dan Cina mengganggu kinerja ekspor banyak negara, termasuk Indonesia.

"Saya merasakan trade war [perang dagang] itu masih eskalatif dan belum tahu kapan selesainya. Ini yang harus kita antisipasi," kata dia di Kantor Kemendag, Jakarta Pusat, Rabu (12/6/2019).

Dia menambahkan, ketidakpastian soal kapan perang dagang AS-Cina berakhir juga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi global terhambat.

Perekonomian Indonesia, kata Enggar, juga akan terus terpengaruh mengingat AS dan Cina adalah pasar tujuan ekspor RI yang terbesar.

Untuk mengantisipasi dampak perang dagang, kata dia, sejak tahun lalu Kemendag menggencarkan perjanjian perdagangan dengan beberapa negara lain.

Menurut dia, Kemendag memprioritaskan pembukaan pasar ekspor baru sehingga upaya membuat perjanjian perdagangan dengan sejumlah negara sedang dipercepat.

"Amerika Selatan, Amerika Latin, yang selama ini belum tersentuh," ujar Enggar.

Hingga kini perang dagang AS-Cina terus memanas. AS dan Cina saling menerapkan tarif bea masuk tinggi terhadap berbagai produk dari negara rivalnya. Cina menerapkan pajak barang AS mulai 1 Juni 2019 usai negeri paman sam menaikkan tarif barang asal Raksasa Asia itu sebesar 25 persen.

Pemerintahan Trump juga menekan perusahaan Cina, seperti Huawei. Raksasa teknologi Cina itu masuk daftar hitam perdagangan AS dengan dalih keamanan nasional. Trump pun mendeklarasikan larangan bagi produk Huawei masuk ke AS.

Tensi perang dagang AS-Cina yang kian meningkat ini membuat International Monetary Fund (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2019 dari 3,5 persen menjadi 3,3 persen.

Baca juga artikel terkait PERANG DAGANG atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Addi M Idhom