Menuju konten utama

Penyebab Demo Besar & Mogok Kerja di Israel September 2024

Warga Israel menggelar aksi demo besar dan mogok kerja, di awal September 2024. Apa penyebab, isi tuntutan, dan jumlah massa?

Penyebab Demo Besar & Mogok Kerja di Israel September 2024
Petugas penegak hukum menahan seorang demonstran selama unjuk rasa menentang pemerintah dan untuk menunjukkan dukungan kepada para sandera yang diculik dalam serangan mematikan 7 Oktober, di tengah konflik yang sedang berlangsung di Gaza antara Israel dan Hamas, di Tel Aviv, Israel 1 September 2024. REUTERS/Florion Goga

tirto.id - Warga Israel menggelar aksi demo besar dan mogok kerja, di awal September 2024. Puluhan ribu massa mengepung jalanan Tel Aviv menuntut pemerintah segera melakukan perjanjian gencatan senjata.

Melansir dari The Guardian, demo yang berlangsung pada Minggu (1/9/2024) malam, cenderung berlangsung damai. Namun, massa menerobos garis polisi dan memblokir jalan raya utama di Tel Aviv.

Para demonstran menutup jalan raya Ayalon, jalan bebas hambatan yang melintasi jantung kota Tel Aviv. Massa aksi memenuhi jalan dan menyalakan api unggun di jalur tengah dekat Hashalom, menabuh drum dan meneriakkan yel-yel.

Sementara itu, para polisi berusaha membubarkan aksi protes tersebut, namun tidak berhasil. Massa aksi meneriaki polisi dengan seruan “Pak Polisi, Pak Polisi, siapa yang kalian lindungi?”

Para pendemo juga berteriak “Bibi [Netanyahu], kalian membunuh para sandera.”

Selain di Tel Aviv, para pengunjuk rasa, yang sebagian besar berbalut bendera Israel, melakukan demo di Yerusalem dan kota-kota lain. Ribuan massa aksi bergabung dengan keluarga sandera Hamas di Yerusalem untuk berunjuk rasa di luar kantor Netanyahu selama rapat kabinet.

Aksi protes ini juga dibarengi dengan seruan dari serikat pekerja terbesar di Israel, Histadrut, untuk melakukan pemogokan nasional pada Senin (2/9/2024). Aksi mogok kerja dilakukan untuk menekan pemerintah agar mencapai kesepakatan pembebasan sandera.

Aksi mogok kerja diperkirakan akan melumpuhkan sebagian besar perekonomian Israel di awal pekan ini. Kantor-kantor pemerintah dan kotamadya, serta sekolah-sekolah dan banyak bisnis swasta akan ditutup.

Bandara internasional Israel, Ben Gurion, akan mulai ditutup pada pukul 8 pagi waktu setempat (06.00 BST) hingga waktu yang belum ditentukan.

Penyebab Demo Besar & Mogok Kerja di Israel

Demo besar dan mogok kerja di Israel dipicu oleh kematian enam sandera yang ditawan Hamas. Melansir Al Jazeera, jumlah massa yang berdemo ke jalanan Tel Aviv, mencapai 500.000.

Demo Israel ini menjadi yang terbesar sejak perang Israel 2023 dimulai. Kemarahan publik yang dipicu oleh temuan keenam sandera bukannya tanpa alasan. Mereka menilai pemerintah tak peduli dengan sandera dan hanya fokus memenangkan kepentingan politik.

Keenam sandera yang tewas ditemukan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Masih mengutip The Guardian, jenazah keenam sandera tergeletak di terowongan puluhan meter di bawah tanah di Kota Rafah, Gaza selatan.

Para sandera yang ditemukan tewas ini antara lain Carmel Gat, Hersh Goldberg-Polin, Eden Yerushalmi, Alexander Lobanov, Almog Sarusi, dan Ori Danino.

Kementerian Kesehatan Israel mengatakan pemeriksaan forensik terhadap jenazah tersebut. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa para sandera telah dibunuh dengan "sejumlah tembakan dari jarak dekat”, 48 hingga 72 jam sebelum mereka ditemukan.

Temuan yang mengarah pada eksekusi oleh Hamas ini, tidak meredakan kemarahan publik terhadap Netanyahu dan koalisi sayap kanannya. Mereka dianggap gagal mencapai kesepakatan damai yang didukung oleh AS dengan Hamas, yang telah dibahas sejak akhir Mei.

Melansir dari laporan National Public Radio (NPR), pada demo besar-besaran ini, sebuah forum keluarga sandera menuntut penghentian total aktivitas negara. Mereka melakukan aksi ini untuk mendesak terwujudnya gencatan senjata dan pembebasan para sandera.

“Jika bukan karena penundaan, sabotase, dan berbagai alasan, kemungkinan besar mereka yang kami ketahui meninggal pagi ini masih hidup," kata salah satu peserta aksi, seperti dikutip dari NPR.

Adapun Netanyahu telah berjanji untuk melanjutkan perang sampai Hamas dihancurkan. Melalui keputusan ini, para kritikus pun menuduh Netanyahu mengutamakan kepentingan pribadinya di atas kepentingan para sandera.

Berakhirnya perang kemungkinan besar akan memicu investigasi terkait kegagalan pemerintah dalam menangani serangan 7 Oktober. Penyelidikan ini berpotensi memicu runtuhnya pemerintahan dan pelaksanaan pemilihan umum dini.

Sekitar 250 sandera ditawan Hamas pada 7 Oktober. Israel meyakini 101 orang masih ditawan, termasuk 35 orang diperkirakan telah meninggal.

Sebelumnya lebih dari 100 orang dibebaskan selama gencatan senjata pada November sebagai imbalan atas pembebasan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel.

Delapan orang telah diselamatkan oleh pasukan Israel. Namun, pasukan Israel secara keliru membunuh tiga warga Israel yang melarikan diri dari tahanan pada bulan Desember.

Baca juga artikel terkait INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Yonada Nancy & Iswara N Raditya