tirto.id - Dalam seni musik terdapat unsur penting yang menjadi dasar dari berbagai musik atau lagu yang ada di dunia, yaitu tangga nada.
Menurut Buku Seni Budaya SMA Kemdikbud, tangga nada merupakan sebuah rangkaian nada yang disusun sesuai dengan jarak tertentu.
Tangga nada juga berfungsi untuk menentukan naik turunnya sebuah nada atau melodi.
Dalam sebuah lagu, ada kalanya nada menjadi semakin tinggi, atau jadi semakin turun, variasi nada inilah yang pada akhirnya membuat alunan musik tersebut menjadi indah.
Tangga nada secara umum dibagi menjadi tiga jenis, diatonis, pentatonis, dan kromatis. Tangga nada atau skala diatonis merupakan komponen teori musik dasar dunia Barat.
Skala ini memiliki tujuh not yang berbeda dalam satu rentang (oktaf). Dalam solmisasi, not-not tersebut biasa disebut dengan “Do Re Mi Fa So La Si”.
Jika menggunakan nada dasar C = Do maka nada-nada tersebut terdiri dari tuts-tuts putih dalam piano yaitu C-D-E-F-G-A-B.
Skala diatonis memiliki jarak dengan pola tertentu, namun pada intinya terdapat 2 jenis jarak (interval) yaitu interval 1 dan interval ½.
Dari susunan kedua interval tersebut skala diatonis bisa dibagi lagi menjadi diatonis mayor dan diatonis minor.
Tangga nada pentatonis seperti namanya merupakan tangga nada yang terdiri dari 5 nada pokok yang tersusun berdasarkan jarak yang berbeda-beda.
Skala pentatonis disusun tidak berdasarkan jarak antar nada melainkan berdasarkan urutan nada.
Dilansir dari Repositori UMM, tangga nada pentatonis biasa digunakan pada musik-musik kontemporer terutama genre rock, pop, dan blues.
Tangga nada ini dibangun dengan menghilangkan 2 nada semiton pada tangga nada diatonis mayor dan minor sehingga hanya tersisa 5 nada saja.
Selain itu tangga nada pentatonis juga sangat umum digunakan pada musik tradisional. Bahkan beberapa daerah tertentu memiliki tangga nada pentatonis khasnya masing-masing. Beberapa contohnhya adalah musik tradisional Jepang, Cina, dan Indonesia.
Di Indonesia sendiri musik dengan tangga nada pentatonis sangat kental terasa dan terdengar pada musik-musik tradisional dari Jawa dan Bali dengan gamelannya.
Terdapat 2 tangga nada pentatonis khas Indonesia yang paling terkenal bahkan hingga ke mancanegara, setingkat dengan tangga nada pentatonis tradisional Cina dan Jepang. Tangga nada tersebut adalah Pelog dan Slendro.
Pelog sebenarnya merupakan tangga nada yang tersusun di atas nada 1-2-3-4-5-6-7. Meskipun memiliki 7 nada, namun nada yang dominan digunakan hanya 5.
Jika dianggap sebagai tangga nada pentatonis, maka nada Re (2) dan La (6) sangat jarang digunakan. Tangga nada Pelog memiliki kesan dan sifat tenang, khidmat, dan hormat.
Contoh lagu yang menggunakan tangga nada pelog antara lain adalah Macepet Cepetan (Bali), Gundul-Gundul Pacul (Jawa Tengah), dan Ngusak Asing (Bali).
Slendro merupakan tangga nada yang terdiri dari 5 nada yang disusun atas nada 1-2-3-5-6. Tangga nada Slendro ini memiliki sifat gembira dan bersemangat.
Contoh lagu yang menggunakan tangga nada Slendro adalah Cublak Cublak Suweng (Jawa Tengah), Janger (Bali), Lir-ilir (Jawa Tengah), dan Cing Cangkeling (Jawa Barat).
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Dhita Koesno