tirto.id - Tangga nada merupakan rangkaian nada yang disusun berdasarkan jarak tertentu secara berjenjang.
Layaknya tangga pada rumah, jarak pada tangga nada berfungsi untuk mengatur tinggi rendahnya variasi bunyi yang dihasilkan oleh sebuah alat musik.
Dalam bukunya "Solmisasi Musik" (2017) Rochmat Aldy Purnomo, mendefinisikan tangga nada sebagai susunan nada-nada naik dan turun, yang memiliki jarak semitone, dan whole tone, dari satu nada ke nada terdekatnya.
Penggunaan tangga nada di Indonesia, sudah ada sejak dahulu. Hal ini dapat dilihat dari musik daerah nusantara yang didominasi oleh tangga nada pentatonis.
Di dalam teori musik, secara umum tangga nada dibagi menjadi 3 jenis, yaitu tangga nada pentatonis, tangga nada diatonis, dan tangga nada kromatis. Namun, dalam penerapannya tangga nada kromatis jarang digunakan.
Merujuk Modul Media Komunikasi Kelas 5 SD (2020), yang diterbitkan Kemdikbud, penguasaan terhadap tangga nada berfungsi untuk menciptakan sebuah harmoni di dalam musik.
Tangga Nada Pentatonis
Secara harfiah, tangga nada pentatonis dapat diartikan sebagai tangga nada yang terdiri dari 5 nada pokok dengan jarak yang berbeda-beda.
Tangga nada jenis ini banyak digunakan pada musik-musik tradisional nusantara, seperti terdapat pada gamelan Jawa dan Bali.
Selain di nusantara atau Indonesia, tangga nada pentatonis juga sering digunakan pada musik-musik tradisional di Jepang, dan Cina.
Merujuk pada Modul Seni Budaya Kelas 10 (2020) terbitan Kemdikbud, tangga nada pentatonis disusun bukan berdasarkan jarak antara nada tetapi berdasarkan urutan nada.
Sementara itu, berdasarkan susunan nada yang dimiliki, tangga nada pentatonis dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Pentatonis Pelog
Tangga nada ini tersusun atas nada 1-2-3-4-5-6-7. Meskipun memiliki 7 nada, tetapi hanya 5 nada yang dominan digunakan. Pentatonis pelog bersifat tenang, khidmat, dan hormat.
Contoh lagu yang menggunakan tangga nada pentatonis pelog adalah Gundul-gundul Pacul (Jawa Tengah), dan Ngusak Asing (Bali).
2. Pentatonis Slendro
Pentatonis slendro tersusun atas nada 1-2-3-4-5-6. Berbeda dengan pelog, yang cenderung tenang, tangga nada slendro lebih bersifat riang dan gembira.
Contoh lagu yang menggunakan tangga nada pentatonis slendro: Cubla-cublak Suweng (Jawa Tengah), Janger (Bali), dan Cing Cangkeling (Jawa Barat).
Tangga Nada Diatonis
Dalam teori dasar musik dunia Barat, tangga nada diatonis merupakan komponen paling dasar. Skala diatonis memiliki 7 not berbeda dalam 1 oktaf. Not-not tersebut sering kita sebut dengan nada do-re-mi-fa-sol-la-si.
Tangga nada diatonis memiliki 2 jarak nada, yaitu jarak 1 dan jarak 1/2 dan memiliki 7 nada pokok. Terdapat 2 jenis tangga nada diatonis yaitu mayor dan minor.
Jika tangga nada pentatonis, sering digunakan pada musik-musik tradisional, tangga nada diatonis lebih sering digunakan pada musik-musik populer atau yang lebih kekinian.
Selain 2 tangga nada di atas, masih ada lagi tangga nada kromatis, yaitu tangga nada yang memiliki jarak 1/2 antara nada satu dengan lainnya.
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Yandri Daniel Damaledo