tirto.id - Pertunjukkan seni musik terdiri dari berbagai macam, salah satunya vocal group (atau ‘grup vokal’), yaitu kumpulan beberapa penyanyi, yang tergabung dan menyanyikan lagu dengan ketinggian suara yang berbeda. Biasanya, suara mereka dibagi atas sopran, alto, bas, tenor, sopran dan alto—yang merupakan jenis suara perempuan.
Salah satu jenis grup vokal yang dapat dikatakan unik adalah acapella (“akapela”—dalam Bahasa Indonesia). Ia merupakan salah satu pertunjukan seni musik yang tidak menggunakan alat musik sebagai instrumen, melainkan suara dihasilkan dari penyanyi itu sendiri, biasanya menggunakan mulut dan jentikan jari.
Keunikan lain dari musik akapela juga terletak pada teknik bernyanyi, yang menghasilkan suara-suara musik, meliputi bas, drum, perkusi, solo, dan lain sebagainya, sehingga mampu menghasilkan alunan melodi yang indah.
Sejarah Musik Akapela
Dalam sejarahnya, akapela muncul pertama kali di Italia sekitar abad ke-15. Pada pertengahan 1600-an, secara original musik ini digunakan untuk mencirikan karya-karya yang sudah dibuat dalam bentuk polifoni pada zaman renaisans. Pada masa itu, musik akapela banyak ditampilkan di gereja-gereja.
Melansir laman Take Lessons, barulah pada awal abad ke-20 akapela mendapatkan popularitasnya di masyarakat dengan kemunculan grup-grup vokal yang menamai diri mereka “kuartet barbershop”. Kelompok-kelompok ini akan menyanyikan harmoni empat bagian yang indah, dan biasanya mengenakan setelan yang serasi untuk penampilan mereka, yang menjadi tren sekitar tahun 1930-an.
Dalam perkembangannya, pada tahun 1960-an dan 1970-an, muncul grup seperti The Persuasions dan The Manhattan Transfer, yang memadukan lagu-lagu pop dengan gaya akapela.
Sejak saat itu, banyak artis terkenal mulai membawakan lagu-lagu akapela, yang membuat kecintaan pada gaya ini tetap hidup. Salah satu lagu pop akapela yang paling populer adalah "The Lion Sleeps Tonight" oleh The Nylons. Meski dirilis pada 1981, lagu ini tetap menjadi favorit hingga saat ini.
Jenis-Jenis Musik Akapela
Musik akapela akhirnya melahirkan genre tersendiri. Secara konsep, genre-genre ini tetap memainkan musik dengan suara mulut sebagai instrumen, yang membedakan hanyalah jenis lagu dibawakan.
Wiliiam C. Holmes dalam Oxford Music Online (2001) membagi musik akapela ke dalam beberapa jenis sebagai berikut:
- Musik Gospel
Musik gospel atau musik Injil, adalah jenis musik yang umumnya ditulis untuk mengekspresikan kepercayaan pribadi atau kelompok mengenai Kekristenan. Musik ini digunakan untuk memuji, menyembah dan berterima kasih kepada Tuhan, Kristus atau Roh Kudus. Biasanya grup-grup vokal membawakan lagu-lagu musik Injil di gereja.
- Babershop
Genre ini berasal dari tradisi, bahwa ketika banyak pria berkumpul di barbershop atau tempat pangkas rambut, mereka akan bernyanyi tanpa alat musik.
Dalam perkembangannya, komposisi kuartet barbershop akhirnya memiliki empat suara pria atau empat suara perempuan. Bagian suara disebut bas, bariton, lead, dan tenor.
- Akapela Klasik
Dalam akapela klasik, orang-orang menampilkan musik klasik seperti “a Turkish march”, “Overture William Tell”, “Madrigal”, dan lain sebagainya. Biasanya untuk jenis musik akapela klasik dibawakan pada acara musik di opera, maupun dalam drama musikal.
- Jaz
Dalam genre ini, musik akapela dipadukan dengan lagu-lagu jaz yang mulai mendapatkan tempat pada pertengahan abad ke-20.
Jaz sendiri merupakan jenis musik yang ditemukan di Amerika Serikat, yang menggabungkan musik Afrika-Amerika dengan musik Eropa. Jaz pertama kali menjadi populer pada tahun 1910-an. Dalam akapela, alunan musik dari instrumen jaz, termasuk saksofon, terompet, gitar, piano, double bass, dan drum dihilangkan dan diganti dengan suara mulut.
- Kontemporer
Kontemporer adalah jenis akapela yang paling populer saat ini. Untuk jenis ini, nada "bass" biasanya jauh lebih kuat, dan "chorus" (semua penyanyi kecuali bass, perkusi, dan solo) harus bervariasi. Perkusi harus membuat suara mereka lebih seperti drum. Genre ini mirip dengan 'doo-wop', tetapi bagian "chorus" lebih kompleks dan memiliki beragam efek suara.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto