Menuju konten utama

Pengertian Investasi Jangka Panjang beserta Tujuan dan Contohnya

Berikut ini penjelasan soal pengertian investasi jangka panjang beserta tujuan dan contohnya.

Pengertian Investasi Jangka Panjang beserta Tujuan dan Contohnya
Ilustrasi Investasi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Investasi yang baik, akan membantu perekonomian di masa depan. Pasalnya, dengan melakukan investasi yang baik dan benar, nilai aset akan lebih aman dari penyusutan, dan bahkan mendapat penambahan atau keuntungan.

Ketika kondisi ekonomi naik-turun karena banyak faktor, nilai pendapatan kerap tidak stabil. Lewat investasi, dampak buruk dari ketidakstabilan itu bisa dihindari.

Investasi jangka panjang lebih dianjurkan karena bisa mendatangkan pemasukan stabil dan minim risiko. Hal ini berbeda dari investasi jangka pendek yang berpotensi mendatangkan untung tinggi, tetapi kerap besar risiko kerugiannya.

Adapun pengertian investasi adalah aktivitas mananam modal, agar aset yang ditanam itu menjadi lebih banyak atau lebih tinggi nilainya. Dengan begitu, pada masa depan, keuntungan atas modal yang ditanam itu bisa dipanen.

Sementara itu, investasi jangka panjang berkaitan dengan durasi waktu penanaman modal. Dikutip dari Modul Akuntasi Keuangan 2 terbitan Universitas Malikussaleh (2016), durasi investasi jangka panjang umumnya lebih dari 1 tahun dan bisa sepanjang puluhan tahun.

Tujuan utama investasi jangka panjang bukan untuk memutar uang belaka, tetapi menjadi bagian dari rencana keuangan masa depan.

Singkatnya, tujuan dari investasi jangka panjang adalah agar aset yang dimiliki terlindungi dengan baik, bisa bertahan dari ketidakpastian ekonomi, dan berguna bagi kebutuhan masa depan.

Contoh Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang tidak selalu memerlukan modal besar. Sebab, investasi bisa lewat proses berangsur dengan modal yang kecil tetapi "ditabung" secara rutin.

Sebagai contoh, seseorang bisa melakukan investasi jangka panjang dengan menyisihkan sebagian pendapatannya per bulan, yang tidak dipakai untuk kebutuhan pokok. Secara rutin, sisa gaji atau pendapatan itu bisa dialokasikan ke berbagai instrumen investasi, seperti saham, reksadana, surat berharga, obligasi, hingga emas.

Dalam contoh konkret, seseorang bisa menyisihkan secara rutin 10 persen pendapatan bulanannya untuk membeli emas. Komoditas emas menjadi instrumen investasi favorit karena harganya selalu naik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, harga emas hanya senilai Rp500-an ribu per gram. Di tahun 2022, nilai emas sudah menembus angka Rp1 juta per gram.

Sebagai ilustrasi, jika ditabung dalam bentuk uang, hasil mengumpulkan sisa pendapatan bulanan selama beberapa tahun bisa jadi hanya senilai puluhan juta. Namun, jika disimpan dalam bentuk emas selama beberapa tahun, nilai tabungan dapat lebih tinggi, yakni menjadi ratusan juta.

Praktik serupa, meski secara teknis berbeda, bisa terjadi di investasi saham dan reksadana. Nilai uang yang dialokasikan untuk investasi jangka panjang terjaga dari pengaruh inflasi, dan bahkan menghasilkan keuntungan berlipat.

Untuk gambaran investasi jangka panjang dalam bentuk saham bisa dilihat di kasus investor BCA. Jika saja seorang investor membeli saham BCA sejak 2005 lalu dan mempertahankannya hingga kini, ia bakal mendapatkan keuntungan berlipat. Harga saham BCA pada tahun 2005 baru sekitar Rp350 per lembar. Sementara itu, harga saham BCA per Desember 2022 sudah mencapai level Rp8.700 per lembar.

Selain bisa untung dari menjual sahamnya, sang investor pun secara rutin dapat menerima uang dari pembagian dividen setiap tahun. Tentu saja, model investasi ini menguntungkan jika kondisi perusahaan yang dibeli sahamnya konsisten positif dan terus bertumbuh pendapatannya.

Baca juga artikel terkait INVESTASI atau tulisan lainnya dari Sulthoni

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Sulthoni
Penulis: Sulthoni
Editor: Addi M Idhom