tirto.id - Pengamat politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti mengkritisi pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang menyatakan bahwa ia menjalankan politik negara. Ray menilai, justru yang dilakukan Jenderal Gatot selama ini adalah politik personal yang memanfaatkan jabatannya sebagai panglima.
“Yang dilakukan oleh Pak Gatot akhir-akhir ini menurut saya bukan dalam rangka politik negara, itu politik personal politik individual, demi apa? Ya, demi kepentingan meningkatkan popularitasnya,” kata Ray, di D'hotel, Menteng, Jakarta, Kamis (5/10/2017).
Ray beralasan, definisi politik negara yang sebenarnya adalah kegiatan di luar kemiliteran, seperti membantu korban bencana alam. Sementara, politik yang dilakukan Gatot berhubungan dengan politik praktis, seperti mendatangi acara parpol.
“Apa tujuannya? Ya tentu saja Pilpres 2019. Apalagi banyak lembaga survei yang menempatkan Pak Gatot [urutan] nomor 1 dan nomor 2," kata Ray.
Karena itu, kata Ray, sudah tepat Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan di saat HUT TNI ke-72 bahwa TNI dilarang berpolitik. "Ini sudah tiga kali Pak Jokowi bilang begitu. Menurut saya itu peringatan tegas bagi TNI. Khususnya Pak Gatot," kata Ray.
Senada dengan Ray, Ketua DPP PDIP, Andreas Pareira juga menyebut bahwa Jenderal Gatot sedang memainkan populisme untuk mengerek popularitasnya.
"Populisme itu terlihat bagaimana dia banyak mengomentari isu-isu publik," kata Andreas, di D'hotel, Menteng, Kamis.
Dengan komentar-komentar tersebut, kata Andreas, Gatot telah mendapatkan pemberitaan yang luas di media massa dan media sosial. “Coba cek saja kalau ada peneliti media di sini. Banyak sekali pemberitaan terkait panglima dari pernyataan-pernyataannya yang bukan dalam tupoksinya,” kata Andreas.
Sebaliknya, peneliti SMRC Sirojudin Abbas menyatakan, apa yang dilakukan Jenderal Gatot bukan sebuah manuver politik. Melainkan upaya pribadinya untuk melaksanakan mandat UU TNI tahun 2004 sebagai panglima.
"Yang problem itu kita terlalu overestimate, menarik-narik bahwa dia sedang berpolitik," kata Sirojudin di D'hotel, Menteng, Kamis (5/10/2017).
Upaya tersebut, kata Sirojudin, adalah terkait untuk mendeteksi secara dini disintegritas bangsa karena pengaruh kelompok tertentu.
“Kalaupun dia [Gatot] mendekati kelompok Islam itu bahwa cara dia merangkul masyarakat secara inklusif. Bukan keberpihakan Gatot pada Muslim," kata Sirojudin.
Sirajudin menambahkan “dia mendekati tokoh-tokoh, kelompok-kelompok, partai politik dalam kapasitasnya sebagai panglima TNI itu wajar. Tidak ada larangan dia mendatangi forum parpol.”
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Abdul Aziz