tirto.id - Warga Rusunawa Marunda menyebut pencemaran debu batu bara di lingkungan, alih-alih mereda, justru semakin parah.
Salah seorang warga Rusunawa Marunda Blok D3 Lusi Mariana Harahap mengaku dirinya dan warga setempat sering batuk dan pilek akibat pencemaran debu batu bara di Rusunawa Marunda, Jakarta Utara.
"Oh iya, kami sering batuk pilek," ucap perempuan berusia 55 tahun tersebut saat ditemui di Rusunawa Marunda Blok D3, Jakarta Utara pada Rabu (14/12/2022).
Selain itu, Mariana menyebut anak-anak dan cucu-cucu tetangganya pun sering mengalami batuk dan pilek. Bahkan ada yang gatal-gatal akibat pencemaran debu batubara.
"Sebenarnya kalau keluhan ini dari kami sebagai warga, banyak. Tapi karena memang keluh tinggal mengeluh, karena keluhan kami ini mau ke siapa enggak tahu karena enggak ada realisasinya," tutur ibu rumah tangga yang sudah tinggal selama enam tahun di Blok D3 Rusunawa Marunda itu.
Menurut Mariana, Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Ketua Rukun Warga (RW) setempat tidak bisa menyelesaikan pencemaran debu batubara di Rusunawa Marunda. Lalu, aparat setempat juga tidak bisa menyelesaikannya.
"Saya enggak menambah, enggak mengurang. Enggak ada penyelesaian atau apa-apa, itu tidak ada, mau ada forum apa juga kayaknya enggak ada realisasi penyelesaian untuk ini (pencemaran debu batubara)," kata Mariana.
Mariana bercerita sempat ada kejadian "lucu" di lingkungannya. Warga Rusunawa Marunda sempat dapat bantuan berupa satu ons minyak goreng untuk satu kepala keluarga (KK), setengah mentega, serta dua batang obat nyamuk. Namun Mariana tidak mengetahui bantuan tersebut dari siapa.
"Banyak kan, hebat," ujar Mariana sarkastik. "Saya tanya sama orang sini yang membagikan ataupun yang menerima katanya [dari] NN," terang dia.
Mariana menambahkan, jika ada yang ingin membantu warga Rusunawa Marunda, semestinya bantuan yang bermanfaat dan yang seharusnya.
"Harapan kami, gini saja, enggak usah dikasih omongan yang aneh-aneh. Kenyataannya sajalah, kalau memang mau bantu kami, langsung lah ke kami," tutur dia.
"Tapi itupun juga kita enggak bisa menyalahkan satu orang atau apa sekarang. Karena kalau semakin kami sebagai warga mencari kesalahan, semakin kelihatan juga kesalahan kami sebagai warga," tambah Mariana.
Harus Investigasi Biang Kerok Polusi
Pengakuan Mariana senada dengan temuan Forum Masyarakat Rusunawa Marunda (FMRM). FMRM menyebut sebagian besar warga di Rusunawa Marunda, Jakarta Utara sekarang mengeluhkan bahwa pencemaran debu batubara makin parah.
Hal ini menanggapi pernyataan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Asep Kuswanto yaitu dia mengklaim telah menginvestigasi empat perusahaan yang cerobongnya diduga penyebab pencemaran debu batubara di Rusunawa Marunda. Berdasar hasil investigasi, Asep mengklaim kadar emisi cerobong keempat perusahaan tersebut masih di bawah baku mutu.
"Justru bagi sebagian warga saat ini malah pencemarannya lebih parah, apakah jangan- jangan KCN (PT Karya Cipta Nusantara) hanya korban salah investigasi akibat kurangnya kompetensi Kadis (Kepala Dinas) LH (DKI Jakarta) itu sendiri. Atau mungkin juga karena kadung terjadi, sehingga sanksi bukan dalam konteks mencari solusi melainkan hanya sebatas pamer kerja belaka yang tidak mengakibatkan apa-apa bagi lingkungan kami," ucap Biro Kesekretariatan FMRM Muhammad Riza Maulana kepada jurnalis di Lantai Dasar Blok D1 Rusunawa Marunda, Jakarta Utara, Rabu(14/12/2022).
"Buktinya kami masih tercemar, justru semakin parah tecemar," ungkap dia.
Kemudian Riza mempertanyakan apakah ada datanya terkait berkurangnya pencemaran debu batu bara pasca tutupnya PT KCN. Dia menyebut volume pencemaran November- Desember 2021 dengan volume November-Desember 2022 harus dibandingkan.
"Kepala Dinas LH DKI Jakarta melupakan mengapa kami berada di Rusunawa Marunda yang sebagian besar merupakan warga relokasi yang ditempatkan oleh pemerintah di sini. Jika memang wajar kami tercemar debu batubara karena berada di tengah kawasan industri, artinya dengan merelokasi kami di sini pemerintah berniat atau sengaja untuk membiarkan kami tercemar oleh debu batu bara," kata Riza.
Lanjut dia, jika Kepala Dinas LH DKI Jakarta Asep Kuswanto tidak mempunyai solusi atas pencemaran yang terjadi dan tidak mempunyai informasi siapa yang melakukan pencemaran ini, maka FMRM mendorong Asep mundur dari jabatannya karena tidak memiliki kompetensi di bidang yang dia ketuai.
"Jangan mencari alasan lingkungan hidup kami di tengah industri dan mewajarkan pencemaran lingkungan hidup yang terjadi di wilayah kami," tutur Riza.
Lebih lanjut dia, FMRM menyarankan agar Asep memastikan seluruh industri di sekitar Rusunawa Marunda sudah menjalankan segala aturan terkait pada dokumen lingkungan hidupnya masing-masing.
"Pastikan dari mana asalnya debu batu bara yang semakin parah ini dan pastikan hak atas sehat dan lingkungan hidup sehat kami terpenuhi di lingkungan yang dipilihkan pemerintah untuk kami ini," pungkas Riza.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri