tirto.id - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH), Asep Kuswanto mengklaim telah menginvestigasi empat perusahaan yang cerobongnya diduga penyebab pencemaran debu batubara di Rusunawa Marunda, Jakarta Utara.
Berdasarkan hasil investigasi, Asep menuturkan kadar emisi cerobong keempat perusahaan tersebut masih di bawah baku mutu.
Hal tersebut setelah Dinas LH DKI mengukur emisi perusahaan tersebut menggunakan Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Kami pasti memantau kualitas cerobongnya. Jadi kami ada parameter yang dari KLHK tentang batas mutu dari cerobong itu. Nah, beberapa perusahaan besar yang memang sudah kami lakukan itu di bawah baku mutu," kata Asep di Jakarta, Kamis (8/12/2022).
Ia mengklaim hasil kadar emisi dari cerobong asap milik keempat perusahaan tersebut yang mencemari debu batubara masih bagus. "Kami sudah uji kadar emisinya. Tapi masih bagus secara emisi," klaimnya.
Asep pun mengakui keempat perusahaan yang memiliki cerobong itu kemungkinan mencemari lingkungan Rusunawa Marunda ketika mengeluarkan asap yang menggunakan bahan bakar batubara. Apalagi jika angin bertiup ke arah pemukiman warga Marunda.
Kemudian, lanjut dia, Marunda merupakan pemukiman yang dikelilingi kawasan industri yang masih menggunakan bahan bakar batubara sebagai pembangkit listrik.
"Karena kawasan industri, tidak mungkin bersih 100% dari batubara. Memang masih ada batubara yang ke rusun, tetapi memang dengan kuantitas yang lebih berkurang dibandingkan PT. KCN [Karya Cipta Nusantara]," tuturnya.
Selain itu, Asep melihat terdapat perusahaan lainnya yang berpotensi mencemari debu batubara di kawasan Marunda.
"Nah, ini yang kami pantau. Kami juga sudah meninjau beberapa lokasi pabrik yang masih menggunakan batubara. Kami tetap memantau industri ke sana," pungkasnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Restu Diantina Putri