tirto.id - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan melalui pendidikan tinggi, pemerintah akan mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang akan bersaing dalam pasar kerja nasional maupun internasional.
Hal tersebut disampaikan Menristekdikti saat memberikan sambutan pada pelaksanaan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
"Reformasi pendidikan tinggi merupakan suatu keniscayaan pada saat ini, ketika kita menghadapi beragam tantangan luar biasa dalam skala lokal, nasional maupun global," ujar Menristekdikti di Serpong, Senin (2/6/2016).
Menristekdikti mengatakan, ada banyak hal yang perlu dilakukan dalam mereformasi penyelenggaraan pendidikan tinggi mulai dari deregulasi, penyediaan pendidikan yang fleksibel dan berorientasi pada siswa serta pangsa pasar, perubahan kurikulum, penyediaan dosen, guru besar, dan tenaga kependidikan yang profesional.
"Bagaimana mungkin lulusan kita akan memiliki kompetensi untuk bekerja di dunia abad 21, jika penyelenggaraan pendidikan tinggi kita masih sama seperti abad 19 ?" Terang dia.
Ia menambahkan, pendidikan juga harus mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, model bisnis pendidikan yang baru, orientasi pada keterampilan yang teruji dan berdaya saing, pengembangan bidang ilmu strategis, revitalisasi kelembagaan, serta kemampuan pendidikan tinggi untuk menghasilkan riset dan inovasi yang kompetitif.
Menurut World Economic Forum pada tahun 2015, kata dia, indeks inovasi Indonesia mencapai 4,6 atau peringkat 30 dunia, sedangkan indeks inovasi pendidikan tinggi adalah 4,0 atau peringkat 60 dunia
"Kita masih perlu bekerja secara inovatif, sehingga bisa meningkatkan peringkat indeks inovasi pendidikan tinggi Indonesia di peringkat 56 pada tahun 2020," jelas Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu.
Indeks itu, kata dia, menunjukkan bahwa masih banyak inovasi dan teknologi yang perlu dihasilkan untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Selanjutnya, tambah dia, globalisasi juga telah meningkatkan kompetisi di tingkat institusi, nasional dan internasional. Pada saat ini, indeks daya saing Indonesia yang diukur dari indikator higher education and training menunjukkan bahwa pada rentang 2014-2015 Indonesia menduduki peringkat 60 dengan indeks daya saing 4,5, sementara pada 2015-2016 peringkat Indonesia menjadi 65 dengan indeks daya saing yang sama 4,5.
"Artinya, ada lebih banyak negara lain yang mencapai indeks daya saing lebih baik dari Indonesia, sehingga peringkat Indonesia menurun," cetus dia.
Menurut dia, kondisi itu tidak boleh dibiarkan. Oleh karena itu, dia mengajak para insan pendidikan bekerja secara inovatif dan kompetitif untuk menghasilkan sumber daya manusia Iptek terampil serta inovatif dalam teknologi.
"Untuk itu, ayo kita kerja bersama-sama," imbuh Menristekdikti. (ANT)
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Abdul Aziz