Menuju konten utama

Pembangunan Kilang Minyak di Tuban Dinilai Penting

Sebagai salah satu usaha pemerintah agar tidak lagi impor bahan bakar minyak di 2025, Fajar melihat pembangunan kilang ini bersifat penting, mengingat banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi.

Pembangunan Kilang Minyak di Tuban Dinilai Penting
(Ilustrasi) Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero) Rachmad Hardadi (kanan) memberikan pengarahan kepada SVP Refining Operation Michael Ricardo Sihombing (ketiga kiri), General Manager Kilang Minyak V Balikpapan Eman Salman Arief (kedua kiri) beserta jajaran mengenai kesiapan Pertamina menghadapi Hari Raya Idul Fitri 1436 H di Kilang Minyak V Pertamina Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (2/7). ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/Rei.

tirto.id - Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (INAplas) menyatakan dukungannya terhadap pembangunan kilang di Tuban, Jawa Timur. Seperti diungkapkan Sekretaris Jenderal INAplas, Fajar Budiono, pembangunan kilang oleh PT Pertamina (Persero) dan perusahaan migas asal Rusia, Rosneft, tersebut merupakan usaha untuk mengintegrasi rantai bisnis gas dari hulu ke hilir.

"Karena kalau tidak terintegrasi, nilai tambahnya akan jadi tidak menarik," ujar Fajar di sela acara "Indonesia Refining & Petrochemical Industry Forum" Selasa (7/3/2017) di InterContinental Hotel, Jakarta.

Sebagai salah satu usaha pemerintah agar tidak lagi impor bahan bakar minyak di 2025, Fajar melihat pembangunan kilang ini bersifat penting, mengingat banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi.

"Selain Pertamina, kan ada juga Lotte dan Chandra Asri yang sedang membangun kilang minyak. Tapi apakah over supply? Tidak. Malah masih kurang," kata Fajar kepada Tirto.

Fajar menambahkan, kebutuhan migas yang masuk saat ini sebesar 5 juta ton. Sementara itu, pada 2025 mendatang, diprediksi lebih kurang 7 juta ton migas dibutuhkan. "Padahal kalo Pertamina, Lotte, dan Chandra Asri itu bangun bareng-bareng, paling baru bisa memenuhi sebesar 2 juta ton saja," kata dia.

"Untuk sekarang, dari 5 juta ton kebutuhan migas, supply dari dalam negeri baru sebesar 2,2 jua ton. Sebanyak 55 persen masih impor," tambah Fajar.

Sejak kesepakatan kerja sama dibuat pada Oktober 2016 lalu, PT Pertamina (Persero) dan Rosneft mengucurkan modal awal untuk pembuatan kilang minyak di Tuban sebesar 400 juta dolar Amerika Serikat (setara dengan Rp5,2 triliun).

"Pertamina dan Roseneft masing-masingnya menyetorkan deposit sebesar 200 juta dollar Amerika Serikat sebagai milestone penting untuk NGRR [national grass root refinery] Tuban," ujar Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia, Rachmad Hardadi dalam keterangan tertulis pada 30 Oktober 2016.

Proses pembangunan kilang minyak di Tuban bakal selesai pada 2021 dan menghabiskan biaya lebih kurang sebesar 14 miliar dolar Amerika Serikat. Adapun pembagian sahamnya adalah 55 persen untuk Pertamina dan maksimal 45 persen untuk Rosneft.

"Kesepakatan ini penting bagi Pertamina dan ketahanan energi nasional," kata Rachmad lagi.

Menurut rencana, kilang minyak tersebut akan mengolah minyak mentah hingga 300 ribu barel per hari dengan kompleksitas di atas 9 NCI (Nelson Complexity Index) dan karakteristik produk level Euro 5.

Baca juga artikel terkait KILANG MINYAK atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto