tirto.id - Kapolri Jendral Tito Karnavian memastikan bahwa pelaku bom diri di terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur (24/5/2017) malam, Ihwan Nurul Salam dan Ahmad Sukri, merupakan sel Jamaah Ansor Daulah Bandung Raya. Keduanya merupakan pendukung ISIS melalui perantara Bahrun Naim yang kini berada di Suriah.
Tito menjelaskan jaringan teroris tersebut saat mengadakan konferensi pers di RS. Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Jum'at (26/5/2017).
Lebih lanjut Tito menerangkan bahwa jaringan teroris tersebut beberapa kali melakukan aksi teror, salah satunya aksi bom di Thamrin tahun lalu dan bom Cicendo Bandung.
Kata Tito, kedua pelaku tersebut sudah merencanakan sejak lama untuk melakukan penyerangan terhadap polisi.
Sebagaimana yang Tito katakan, pada Desember tahun lalu, Densus 88 dan Polda Jabar menangkap jaringan tersebut di Waduk Jati Luhur Purwakarta, Jawa Barat. Polisi menduga mereka akan melakukan aksi teror di Pasar Senen, Jakarta Pusat tetapi gagal.
Dalam penggerebekan itu, kata Tito, beberapa pelaku tertangkap dan tertembak mati. Sisanya kemudian melakukan serangan di Taman Pandawa Bandung. Satu pelaku akhirnya tewas tertembak mati.
Tito memastikan bahwa kedua pelaku pengeboman di Kampung Melayu, kata Tito masuk dalam kelompok tersebut dan sudah masuk dalam radar pencarian Densus 88.
Namun karena mulai terendus Densus, kedua pelaku mengubah cara berkomunikasi mereka untuk menghindari penyadapan intelijen.
Tito menyampaikan bahwa Densus 88 sudah melakukan pengejaran dan berhasil menangkap 3 pelaku. Namun ia belum bisa menyampaikan keseluruhan secara mendetail. Ia berjanji, setelah 7 hari, pihaknya akan mengumumkannya.
Ia pun menghimbau agar masyarakat tenang karena kelompoknya kecil. "Kita sudah tahu peta jaringan mereka meskipun sulit menangkap karena mereka menghindari deteksi intelijen. Kita sering hadapi saya yakin bahwa negara kita gak akan kalah (dengan terorisme)," ungkap dia di RS Polri Jakarta Timur, Jum'at (26/5/2017).
Tito mengaku bahwa selama ini Polri telah menjadi sasaran terorisme. Hal tersebut dikarenakan bahwa paham ISIS dibentuk berdasarkan dua elemen yakni Tauhid Wal Jihad dan komponen eks militer Sadam Husein yang dibubarkan.
Paham Tauhid Wal Jihad dipimpin oleh Aman Abdul Rahman yang pertama kali aksi pada tahun 2003 saat terjadi ledakan Cimanggis. Mereka banyak mendapatkan dukungan dari Irak. Konsep tersebut menekankan paham bahwa semua harus berasal dari Allah SWT. Sedangkan bagi mereka yang tidak berasal dari Allah maka disebut kafir.
"Mereka menentang ideologi Pancasila. Kafir harbi (memusuhi mereka) kafir zimi (menyerang tapi harus tunduk pada mereka). Polri itu kafir menzalim dianggap mendzolimi," ungkap Tito.
Tito menjelaskan bahwa mereka merupakan jaringan organisasi rahasia dan underground. Di tingkat pusat yakni Aman Abdulrahman dan di Nusa Kambangan dipimpin Zaenal Ansori yang memicu pembalasan dari JAD ISIS.
Ihwal tragedi bom Kampung Melayu, Rabu malam (26/5/2017), Tito Karnavian mengucapkan penyesalan yang mendalam dan turut berduka cita atas kejadian tersebut.
"Duka kepada korban-korban yang gugur dan wafat baik dari anggota Polri (3 orang) mereka adalah para suhada dan kami yakin mereka sahid karena mereka sedang tugas dan jaga keamanan masyarakat. Ada korban yang luka Polri 6 masyarakat 8, ada mahasiswi, sopir kopaja, tukang pulsa, mereka rakyat kecil, saya menyesalkan dan mengutuk keras peristiwa serangan teror ini," ungkap Tito.
Di tempat terpisah, Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan bahwa jaringan pelaku pengeboman di Kampung Melayu sudah tertangkap sejak tanggal 25 Mei. Namun, untuk detailnya, ia mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.
"Kita masih melakukan penyelidikan dan pemantauan. Untuk nanti detailnya, saya mohon maaf itu masuk ke materi pemeriksaan. Jadi akan saya sampaikan nanti setelah tuntas," ungkap dia di Mabes Polri Jakarta Selatan, Jumat (26/5/2017).
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Addi M Idhom