Menuju konten utama

PBNU: Santri Sibuk Mengaji Kitab Bukan Nonton Film

Santri NU tidak punya tradisi nonton film. Mereka lebih senang mengaji. Oleh karenanya polemik pemutaran film G30S/PKI bukan fokus mereka.

PBNU: Santri Sibuk Mengaji Kitab Bukan Nonton Film
Seorang warga nonton bareng pemutaran film pengkhianatan G30S/PKI di Kelurahan Kejambon, Tegal, Jawa Tengah, Jumat (22/9/2017). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

tirto.id - Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kiai Haji Abdul Moqsith Ghazali enggan memperdebatkan pemutaran kembali film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI. Isu ini dinilai kurang relevan sebab menurutnya, kalangan NU, khususnya santri, tidak memiliki tradisi menonton film.

"Soal film ini tidak pernah masuk pesantren, karena santri sibuk mengaji kitab bukan nonton film," ungkap Moqsith, Kamis (28/9/2017).

Moqsith mencontohkan, bahkan film sekelas Sang Kiai yang mengangkat kisah perjuangan salah satu pendiri NU, Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari saja tidak begitu laku di kalangan NU sendiri. "Sang Kiai itu tidak banyak ditonton karena warga NU tidak punya kebiasaan menonton. Santri-santri itu tidak suka menonton," jelasnya.

Kendati demikian, Moqsith tidak mempermasalahkan jika ada orang atau instansi yang ingin mengadakan pemutaran dan nonton bareng film produksi 1984 tersebut. "Ya kalau mau menonton enggak apa-apa, tapi bahwa orang harus nonton itu yang masalah," ujarnya. Dengan catatan, film tetap tidak boleh dipertontonkan kepada anak kecil karena bisa memberi efek negatif bagi psikologi anak.

"[Kalaupun ada) harus didampingi oleh orang tua agar tidak terpengaruh kekerasan yang ada di dalam [film]," kata Moqsith.

Baca juga

Pakar Sejarah: Masyarakat Sudah Cerdas Menilai Film G30S/PKI

Film G30S PKI Dinilai Tidak Tepat untuk Jadi Rujukan Sejarah

Catatan Sejarawan Soal Pembuatan Ulang Film G30S/PKI

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meminta agar para anggota TNI di berbagai jenjang komando memutar kembali film besutan Sutradara Arifin C Noer tersebut. Di kemudian hari, instruksi ini berkembang agar TNI juga aktif menginisiasi nonton bareng bersama masyarakat. Pihak di luar TNI pun akhirnya mengikuti hal serupa.

Polemik pun bermunculan lantaran sebagian orang menganggap instruksi Gatot tersebut tidak sesuai dengan semangat reformasi. Alasan lainnya, isi film banyak menyimpang dari fakta sejarah dan membesarkan-besarkan peran Suharto.

Gatot sendiri menanggapi polemik nonton bareng film tersebut dengan santai. "Kalau politik, apa pun bisa dipolitisasi. Biarin saja," kata panglima di Mabes TNI, Cilangkap. "Sekarang mau berkomentar apapun juga wajar yang penting jangan menyebarkan berita bohong. Kan begitu saja," ucapnya.

Gatot mengatakan instruksi menggelar nonton bareng film G30S/PKI tidak mengandung unsur paksaan. "Saya tanya ada yang dipaksa enggak? Enggak ada? Tidak ada yang memaksakan," tutur Gatot. Kegiatan nonton bareng sendiri telah terselenggara di berbagai wilayah.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini juga memastikan tidak akan menarik instruksinya agar anggota TNI di berbagai daerah menggelar nonton bareng film G30S/PKI. Menurut Gatot, hanya presiden yang berwenang membatalkan instruksinya.

"Kalau prajurit saya, itu urusan saya. Ya memang harus dipaksa. Menhan tidak punya kewenangan terhadap saya. Kendali saya hanya dari Presiden garisnya. Saya katakan tidak bisa mempengaruhi saya kecuali Presiden. Itu prajurit saya kok," ujarnya.

Baca juga artikel terkait FILM G30SPKI atau tulisan lainnya dari Rio Apinino

tirto.id - Politik
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Rio Apinino
Editor: Rio Apinino