tirto.id - Perang dagang antara Amerika Serikat-Cina membuat Huawei terluka. Presiden AS Donald Trump, melalui keputusannya, menyatakan bahwa ia melarang “musuh asing” melakukan bisnis telekomunikasi di AS. Huawei dianggap bagian “musuh asing” itu.
Dalam pandangan Trump, pemerintah Cina memiliki kemungkinan memaksa perusahaan seperti Huawei memasang backdoor atau celah pada produk yang dipasarkan di AS, yang dapat digunakan memata-matai. AS curiga Huawei punya hubungan istimewa dengan pemerintah Cina. Salah satu musababnya, pendiri Huawei Ren Zhengfei diduga pernah ikut serta dalam Kongres Partai Komunis pada 1982. Huawei juga dituding memiliki Komite Partai Komunis di tubuh perusahaan.
Atas keppres yang diteken Trump, Google, Intel, Qualcomm, Broadcom, hingga Facebook, bersautan menyatakan memutus hubungan dagang dengan Huawei. Padahal, raksasa-raksasa teknologi itu banyak yang memiliki relasi erat dengan Huawei. Dilansir App Brain, firma riset digital, hingga Mei 2019, Huawei menyumbang 11,4 persen total perangkat Android dunia. Pada konferensi Google I/O 2019, Google mengklaim bahwa terdapat 2,5 miliar perangkat Android aktif hari ini. Artinya, keputusan Trump telah mengancam sekitar 285 juta perangkat Android “made by Huawei” di tangan masyarakat.
Relasi Huawei juga berkaitan erat dengan rantai pasokan. Menurut Huawei’s Chinese Phone Are Also American, Huawei merupakan satu dari jutaan perusahaan global lain yang tak terikat sekat-sekat perbatasan negara. Klaim Huawei, mereka memiliki 92 perusahaan pemasok utama untuk membantu menciptakan beragam perangkat. Dari angka tersebut, 33 perusahaan berasal dari Amerika Serikat.
Menghadapi keputusan Trump, Huawei sudah pasti tidak berdiam diri. Huawei sudah menyiapkan serangkaian serangan balik, yang sudah pasti akan memukul industri-industri di negara yang dipimpin oleh Trump. Salah satu senjata yang dianggap efektif untuk melawan kebijakan Trump adalah melalui Paten.
Sebagaimana dilaporkan CNBC, Huawei meminta Verizon, salah satu provider telekomunikasi besar Amerika Serikat, membayar 230 paten miliknya ---yang mencakup perlengkapan jaringan, infrastruktur wireless, hingga internet-of-things--- pasca Trump mencekik Huawei. Tagihan paten berjudul “solve the patent licensing issue” yang dikirim Huawei itu bernilai lebih dari $1 miliar.
Rich Young, juru bicara Verizon, menyebut tagihan Huawei itu sebagai "masalah hukum yang potensial". Ia bahkan menggarisbawahi, "permasalahan tagihan paten ini sesungguhnya lebih besar. Ini menyangkut konteks geopolitik dan setiap masalah yang melibatkan Huawei memiliki implikasi bagi seluruh industri dan juga menimbulkan kekhawatiran nasional dan internasional.”
Tom Cotter, ahli paten pada University of Minnesota, sebagaimana dilansir Reuters, menyakini Huawei sebelumnya sudah tahu Verizon melanggar paten mereka, tetapi memilih tidak melakukan tindakan apapun. Kini, selepas Trump mengusik mereka, Huawei mengusik balik.
Paten: Senjata Huawei
“Paten, dalam tataran paling dasar, ialah senjata dalam perang ekonomi,” tegas Brad Hulbert, pengacara spesialis paten pada McDonnell Boehnen Hulbert, Amerika Serikat. Sekitar 10 atau 15 tahun lalu, Huawei biasa-biasa saja soal paten. Namun, sejak 2007 Huawei tancap gas soal urusan paten.
AcclaimIP menyebut bahwa hingga kini Huawei menggenggam 56.492 paten, yang termaktub dalam teknologi soal telekomunikasi, jaringan, dan teknologi tingkat tinggi bidang komunikasi lainnya. Sementara itu, total portofolio kekayaan intelektual Huawei mencapai 102.911.
Tahun lalu sendiri, Huawei menerima 1.680 sertifikat paten dari Kantor Paten Amerika Serikat. Menjadikannya sebagai perusahaan nomor 16 penerima paten terbanyak.
Banyaknya paten yang diterima Huawei tercipta karena perusahaan ini menggelontorkan duit yang banyak dan terus meningkat untuk melakukan riset dan pengembangan (R&D). Pada 2012, Huawei hanya mengucurkan dana senilai 29,7 miliar Yuan untuk R&D. Angkanya kemudian meningkat dua kali lipat menjadi 59,6 miliar Yuan di tahun 2015. Tiga tahun berselang, R&D Huawei telah menembus lebih dari 100 miliar Yuan.
Yang unik, Huawei adalah salah satu penggenggam paten bertema 5G terbanyak di dunia. Huawei memiliki 10 persen dari 1.450 paten 5G. Bandingkan misalnya dengan Ericsson, pemain besar lain di bidang infrastruktur telekomunikasi. Ericsson hanya memiliki 8 persen total paten 5G.
Kepemilikan paten yang besar di bidang 5G bisa memaksa perusahaan-perusahaan teknologi lain, khususnya asal Amerika Serikat, tersandera oleh kebijakan Trump.
Mengambil keuntungan dari paten bukan perkara aneh dan langka dalam dunia teknologi. Nokia, misalnya, memperoleh lebih dari $1 miliar setiap tahunnya dari transaksi paten yang dimiliki. IBM, yang telah lebih dari 20 tahun jadi penerima sertifikat paten terbanyak, memperoleh uang sebanyak $1,2 miliar atas paten-paten yang dimilikinya.
Microsoft, di sisi lain, mendapatkan duit lebih dari $2 miliar saban tahun atas memajaki beberapa kekayaan intelektualnya yang termaktub dalam ponsel-ponsel Android.
Uang dari paten besar. Namun, Huawei nampaknya ingin menggunakan kekuatan intelektual dengan tujuan lainnya: memaksa Trump membatalkan keppres yang telah diteken.
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti