Menuju konten utama

Pandemi COVID-19 Bisa Ganggu Kesehatan Mental Anak, Apa Tandanya?

10 tanda anak tertekan dan kesehatan mentalnya terganggu di masa pandemi coronavirus COVID-19.

Pandemi COVID-19 Bisa Ganggu Kesehatan Mental Anak, Apa Tandanya?
Ilustrasi anak membantah orang tua. foto/istockphoto

tirto.id - Tidak dapat dipungkiri, pandemi virus Corona COVID-19 membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan. Tak hanya orang dewasa, kondisi psikologis anak pun rentan terganggu oleh situasi yang serba tak menentu saat ini.

Anak-anak diharuskan belajar dari rumah, tidak dapat bermain dan bertemu dengan teman-teman, serta berbagai hal lain harus dilakukan demi menekan penularan infeksi COVID-19 tersebut.

Di sisi lain, anak-anak yang tidak begitu mengerti tentang penyakit ini juga bisa tertekan dan terganggu mentalnya akibat rasa ketakutan yang dimilikinya.

“Ketakutan dan kecemasan tentang suatu penyakit dapat luar biasa dan menyebabkan emosi yang kuat pada orang dewasa dan anak-anak,” tulis CDC.

Oleh karenanya, para orang tua disarankan untuk mengetahui tanda-tanda stres yang dialami anak akibat pandemi COVID-19 ini.

Tanda Anak Tertekan dan Terganggu Mentalnya Akibat Pandemi COVID-19

Berikut ini beberapa tanda anak tertekan dan terganggu mentalnya saat pandemi COVID-19 menurut The Union Journal:

1. Perilaku Regresif

"Secara umum, kita semua akan mengalami sedikit kemunduran dalam fungsi kita selama masa transisi besar ini," kata terapis Noel McDermott.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa anak-anak akan mengalami kemunduran dalam bersikap dan berperilaku seperti kembali mengisap ibu jari, membutuhkan mainan kesayangannya lagi, mengompol, dan sebagainya.

"Regresi adalah normal selama periode stres dan ketidakpastian," ujarnya.

2. Perubahan Nafsu Makan

"Nafsu makan dan tidur anak sering kali merupakan tanda pertama bahwa segalanya tidak beres," kata Natasha Daniels, seorang spesialis anak muda. "Seringkali seorang anak akan menunjukkan peningkatan tajam atau penurunan nafsu makan."

3. Masalah Tidur

Selama tertekan, pola tidur juga dapat berubah. "Perhatikan apakah anak Anda tidur sepanjang hari atau sebaliknya mengalami kesulitan tidur atau tertidur,” ungkap Daniels.

Gangguan tidur sering terjadi pada masa-masa sulit sehingga anak-anak mungkin mengalami masalah tidur, terbangun di malam hari atau berbagai kelainan lainnya.

4. Perubahan suasana hati

Perilaku yang harus diketahui terdiri dari ledakan kemarahan, putaran tangisan tak terduga, kesedihan, ketidaksabaran, kehilangan gairah dalam tugas-tugas yang disukai serta berpisah dari yang lain.

Anak-anak yang gelisah kemungkinan besar benar-benar merasa lebih gugup, sementara mereka yang bermasalah mungkin memiliki lebih banyak ledakan biasa.

"Cari perubahan dalam temperamen atau suasana hati normal mereka dan ingatlah bahwa stres membuat suasana hati Anda lebih normal lagi," kata Craig A. Knippenberg, seorang spesialis serta penulis Wired and Connected: Brain-Based Solutions To Ensure Your Child’s Social and Emotional Success.

5. Mencari jaminan

Dengan anak-anak yang lebih cemas, mereka mungkin mengajukan lebih banyak pertanyaan daripada biasanya.

Selain itu, mereka akan lebih sering mencari kepastian bahwa semuanya akan baik-baik saja. Orang tua juga mungkin menemukan bahwa anak-anak mereka lebih gelisah pada waktu tidur dan takut ditinggal sendirian.

6. Tendensi untuk melekat pada orang terdekat

Para orang tua mungkin akan melihat peningkatan perilaku anak untuk lebih melekat pada mereka.

Mungkin si kecil akan mengikuti orangtuanya dari kamar ke kamar, bahkan mengalami kesulitan jika orangtuanya tidak bisa melihatnya atau tidak dapat berpisah sama sekali.

7. Penarikan

Sebaliknya, beberapa anak mungkin akan mengabaikan anggota keluarga di rumah mereka atau memilih untuk menolak kesempatan untuk berhubungan.

Beberapa orang mungkin menjadi lebih tertarik dan mundur ke kamar mereka untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk teknologi dan telepon.

8. Keluhan somatik

Anak-anak mungkin memiliki lebih banyak keluhan sakit kepala, sakit perut, dan lebih sedikit energi. Ini nyata, tetapi kemungkinan bukan karena alasan medis melainkan karena beban pikiran yang mereka miliki.

9. Pemecahan Masalah

Anak-anak yang lebih tua maupun remaja mungkin memiliki waktu yang sulit untuk berkonsentrasi pada pekerjaan instruksional atau ragu karena mereka dengan cepat teralihkan.

Beberapa di antara mereka mungkin mengalami masalah dengan perhatian, konsentrasi dan pembelajaran baru, yang akan berdampak pada pendidikan mereka.

10. Bertindak berlebihan

Selama masa pandemi ini, para orang tua dapat mengamati dan menilai perilaku anak-anak mereka. Apakah mereka bertindak lebih dari biasanya?

Anak-anak mungkin mulai mendesak adanya batasan, menunjukkan tingkat permusuhan yang lebih besar, hingga tidak mematuhi arahan atau terlibat dalam lebih banyak perdebatan dengan anggota keluarga.

Hal ini bisa jadi tanda bahwa anak sedang tertekan akibat pandemi COVID-19 ini.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN MENTAL ANAK atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Dhita Koesno