tirto.id - Komite Palang Merah Internasional atau International Committee of The Red Cross (ICRC) mengungkapk identitas tiga stafnya yang hilang karena diduga diculik di Suriah kurang lebih lima tahun lalu.
Pada Minggu (14/4/2019) ICRC mengatakan bahwa Louisa Akavi, Alaa Rajab, dan Nabil Bakdounes diculik di barat laut wilayah Idlib di akhir tahun 2013, seperti dilaporkan Aljazeera.
Akavi, yang berasal dari Selandia Baru belum diketahui keberadaannya, tetapi salah seorang saksi mengatakan bahwa dia kemungkinan masih hidup.
“Informasi terakhir kami mengindikasikan bahwa Louisa masih hidup di akhir tahun 2018,” kata ICRC.
Dominik Stillhart, direktur operandi ICRC mengatakan bahwa keputusan mempublikasikan nama mereka dengan harapan ada lebih banyak informasi masuk tentang keberadaan Akavi.
“Kami tidak mengatakannya sebelumnya karena sejak Louisa diculik, setiap keputusan yang kami buat adalah agar upaya kebebasannya makin besar,” kata Stillhart. “Dengan anggota ISIS kalah di kantong terakhirnya, kami merasa inilah waktunya untuk bicara,” lanjutnya.
SDF, pasukan bersenjata yang menumpas ISIS di Suriah sudah menyatakan kemenangannya atas kelompok teroris bulan lalu.
ICRC mengatakan kemungkinan Akavi mungkin ikut bersama dengan 70 ribu wanita dan anak-anak yang melarikan diri ke kamp al-Hol usai kejatuhan ISIS.
Reuters menyebut, Pemerintahan New Zealand juga tengah berupaya mencari Akavi. Menteri Luar Negeri, Winston Peters dan jajarannya mengerahkan pasukan non-senjata, termasuk personel operasi istimewa di Irak untuk focus mencari dan mengidentifikasi kesempatan menemukan Akavi.
Pada 2017, ia dipindahkan oleh pasuka SDF ke Raqqa. Terakhir terlihat pada akhir 2018 di Bukamal, dekat dengan perbatasan Suriah-Irak, yang merupakan kantong ISIS.
“Yang benar-benar kami tahu adalah Louisa telah bekerja sebagai perawat selama penculikannya. Hal itu menunjukkan dedikasi dan komitmennya,” kata Stillhart.
Akavi bergabung dengan Palang Merah Internasionak dan telah bertugas di Afganistan, Bosnia, Irak, Somalia, dan Sri Lanka. Dia bertahan dari serangan terhadap Palang Merah di Chechnya pada 1996, sementara enam kawannya terbunuh.
Penculikannya ini adalah yang terlama sepanjang sejarah menurut catatan Palang Merah Internasional, sebagaimana dilansir EA World view. Jurnalis tahu sejak awal Akavi diculik, namun Palang Merah tidak meminta detailnya di publikasikan karena tengah mengadakan negoisasi pembebasan.
Akavi ditahan bersama pekerja medis AS, Kayla Mueller yang meninggal karena serangan udara pada Februari 2015. Selain itu, James Foley, jurnalis Amerika yang dipenggal oleh ISIS pada Agustus 2014. Jurnalis lainnya seperti John Cantlie (Inggris) dan beberapa pria Barat juga ditahan.
ISIS meminta uang tebusan 1 juta euro kemudian menjadi 20 juta euro sebelum akhirnya turun lagi ke 5 juta euro. Palang Merah, yang tidak punya kebijakan tebusan semacam itu tidak akan membayar ISIS. ISIS berhenti mengontak Palang Merah pada akhir 2014.
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora