Menuju konten utama

Pengamat Sorot Aliran Donasi ACT ke Pemberontak Suriah

Dina menduga bantuan logistik yang diberikan ACT justru membantu memperpanjang konflik di negara orang.

Pengamat Sorot Aliran Donasi ACT ke Pemberontak Suriah
Pegawai beraktivitas di kantor Aksi Cepat Tanggap (ACT), Menara 165, Jakarta, Rabu (6/7/2022). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

tirto.id - Pengamat Politik Timur Tengah Dina Sulaeman menduga yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) memiliki keterikatan ideologi dengan kelompok pemberontak Suriah, Free Syrian Army (FSA). FSA merupakan organisasi payung milisi bersenjata yang membawahi ratusan pemberontak lainnya.

"ACT sejak awal penggalangan dana untuk Suriah itu narasinya adalah narasi yang menyatakan bahwa (konflik) di Suriah adalah konflik antara sunni dan syiah. Pemerintahnya syiah, membantai rakyat yang sunni dan kemudian mereka mengibarkan bendera FSA. Dari sini saya langsung bisa melihat ini ada keterikatan ideologis di sini," kata Dina dalam diskusi daring Minggu 10 Juli 2022.

Dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran tersebut memperkuat dugaan ini dengan analisis 2 kasus. Pertama ialah klaim bantuan ACT ke wilayah bernama Ghouta pada 2018.

Menurut Dina, ACT perlu melakukan kerja sama dengan pemerintah Damaskus dan KBRI untuk menyalurkan donasi ke wilayah tersebut. Namun pada praktiknya, hal tersebut tidak dilakukan oleh ACT.

"Kalau ACT mengeklaim mau mengirim donasi ke Ghouta itu tidak ada jalan lain selain meminta izin kepada pemerintah Suriah dan bekerja sama dengan KBRI. Buktinya tidak, mereka tidak bekerja sama dengan KBRI. Artinya dipertanyakan betul (donasinya) ke Ghouta atau tidak," ucap Dina.

Kasus kedua adalah pengiriman donasi ke Idlib. Sebuah wilayah tempat berkumpulnya Partai Islam Turkistan dan Uighur Tiongkok yang membuat gerakan bersenjata.

Dina mengatakan bahwa wilayah tersebut membutuhkan bantuan logistik, akan tetapi pemerintah Suriah tidak dapat masuk ke sana akibat sudah dikuasainya tempat tersebut oleh milisi bersenjata. Dina menyimpulkan, bantuan logistik yang diberikan ACT memperkuat milisi bersenjata dan memperpanjang konflik.

"Karena milisi kuat dan logistik terus mengalir. Artinya ketika ACT melanjutkan mengirim logistik ke Idlib, mereka membantu memperpanjang konflik di negara orang," kata Dina.

Presiden ACT Ibnu Khajar membantah lembaganya terlibat dalam pendanaan terorisme. "Kami tidak pernah berurusan dengan teroris," ucapnya saat jumpa pers di Kantor ACT, Jakarta Selatan, Senin 4 Juli 2022.

Ibnu memastikan bantuan ACT yang dikirimkan ke Suriah untuk korban perang di sana. Menurut dia bantuan kemanusiaan tidak boleh melihat hal-hal yang tidak berkaitan dengan aspek kemanusiaan itu sendiri.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah menyoroti kasus dugaan penyelewengan dana yang dilakukan oleh lembaga filantropi ACT. BNPT kemudian mengimbau kepada masyarakat supaya berhati-hati dalam penyaluran sedekah dengan memilih lembaga penyalur yang direkomendasikan oleh pemerintah.

"Belajar dari kasus ACT ini, BNPT menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk untuk menyalurkan donasi, infak dan sedekah kepada lembaga yang resmi dan kredibel yang telah direkomendasikan oleh pemerintah. Termasuk dalam penggalangan dana kemanusiaan untuk luar negeri, masyarakat juga mesti hati-hati dengan menyalurkan pada lembaga resmi atau melalui kementerian luar negeri agar tidak disalahgunakan untuk kepentingan pendanaan terorisme," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Ahmad Nurwakhid, saat dikonfirmasi Kamis 7 Juli 2022.

Baca juga artikel terkait SKANDAL ACT atau tulisan lainnya dari Fatimatuz Zahra

tirto.id - Politik
Reporter: Fatimatuz Zahra
Penulis: Fatimatuz Zahra
Editor: Fahreza Rizky