tirto.id - Sepuluh tembakan terdengar. Tampang pak tua itu kaget. Peluru-peluru tadi bersarang di belakang tubuhnya. Sepersekian detik ia tumbang terlentang di lantai.
Orang-orang—kebanyakan wartawan—yang semula berdiri di depan pria itu berhamburan mengosongkan ruangan. Si penembak teriak-teriak. Komat-kamit tentang jihad lalu berseru, “Allahu akbar! Jangan lupa pada Aleppo! Jangan lupa pada Suriah!”
Adegan itu sempat terekam juru media, dan viral sejak 19 Desember.
Pak tua yang ditembak itu adalah Andrey Gennadyevich Karlov, Duta Besar Rusia untuk Turki. Kematian mengenaskan pria berumur 72 tahun ini sontak mengagetkan dunia. Ia dibunuh salah satu polisi dalam tim pengamanannya sendiri di depan mata media saat akan melakukan konferensi pers di sebuah galeri seni dan budaya Ankara, Turki. Polisi Turki yang diidentifikasi bernama Mevlut Mert Altintas itu akhirnya tewas juga setelah baku tembak dengan polisi pasca-penembakan Karlov.
Karlov meninggalkan seorang istri dan seorang putra. Sang istri ikut dalam acara tersebut. Dikabarkan New York Times, ia pingsan dan akhirnya dirawat di rumah sakit setelah kematian sang suami.
Richard Moore, Duta Besar Inggris untuk Turki menggambarkan Karlov sebagai sosok yang profesional, pendiam tetapi ramah. Turki Hurriyet, harian di Turki menyebut Karlov sebagai diplomat bergaya lama dan pendekar Perang Dingin karena sikapnya yang selalu tenang meski sering berada di daerah konflik.
Dilansir dari Antara, ketenangan Karlov masih tampak sebelum ia ditembak Altintas. Padahal hubungan Turki-Rusia tengah panas pasca-penembakan pesawat tempur Rusia di Suriah. Kalimat terakhirnya: “menghancurkan itu gampang, tapi membangun itu sulit.”
Vladimir Putin, Presiden Rusia langsung bertindak setelah mendengar kabar utusannya ditembak mati di negeri orang.
Dilansir dari Antara, Putin langsung mengirim tim penyidik dari Rusia ke Ankara. Pengiriman itu langsung dilakukannya setelah dapat izin dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan lewat telepon. Keduanya sepakat bikin penyidikan ganda agar lebih cepat mengusut kasus kematian Karlov.
“Kita harus tahu siapa yang mengarahkan pembunuh,” kata Putin.
Karlov rupanya bukan diplomat pertama yang mati dibunuh di Turki. Sebelum Karlov, ada dua diplomat lain ada juga yang tewas dibunuh di Turki. Pertama adalah Efraim Elrom, konsul jenderal Israel di Istanbul pada 1971, dan Roger Short, konsul jenderal Inggris di Istanbul pada 2003. Elrom diculik kelompok militan kiri yang menuntut pembebasan teman-teman mereka di penjara, lalu dibunuh karena permintaan itu tak dikabulkan. Sementara Short menjadi korban serangan Alqaeda di gedung konsulat Inggris di Turki, bersama rekannya Lisa Hallworth.
Gedung Pusat Seni dan Budaya tempat Karlov ditembak sebenarnya tak jauh dari kedutaan besar AS dan Austria, gedung kamar dagang dan industri Turki, Badan Regulasi dan Supervisi Bank (BDDK), Kantor Kejaksaan Agung dan Kantor Perdagangan Rusia. Sehingga secara logika, keamanannya pasti terjaga baik. Penembakan Karlov tentu saja mencoreng muka Turki.
Duta Besar Penting
Karlov merupakan sosok duta besar yang cukup penting bagi Rusia. Ia sering ditempatkan di daerah-daerah yang berpotensi memunculkan konflik.
Berdasarkan biografi di situs resmi Kedutaan Rusia, Karlov resmi menjabat Duta Besar Rusia di Turkis sejak Juli 2013. Namun, kariernya sebagai diplomat sudah dimulai sejak jauh-jauh hari, pada 1976 silam. Pria kelahiran 4 Februari 1954 ini juga pernah menjadi Duta Besar Rusia untuk Korea Utara pada 2001 hingga 2006.
Sebelumnya ia merupakan diplomat untuk kedutaan Uni Soviet di Republik Rakyat Demokrat Korea pada 1979-1984 dan 1986-1991. Pun bertugas lanjut bertugas di sana saat Korea masih bernama Republik Korea pada 1992-1997.
Pada 2007-2013, Karlov juga sempat menjabat sebagai Direktur Jenderal Konsuler Rusia untuk Kementerian Luar Negeri. Dalam jabatan ini dia disebut Interfax dalam wawancara mereka sebagai “Pemadam Kebakaran” karena sikapnya yang militan melindungi Rusia dari insiden-insiden luar negeri. Semasa itu, ia mengawasi 236 misi hubungan diplomatik Rusia di 146 negara.
Patriarch Kirill, uskup Ortodoks Rusia rencananya akan hadir dan berdoa di pemakaman Karlov di Gereja Cathedral of Christ the Savoir, Moskow, Rusia.
Jelas, Karlov bukan pak tua biasa bagi Rusia.
Penulis: Aulia Adam
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti