tirto.id - Sejak 2009, Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) menetapkan aturan bahwa pengelolaan kompetisi sepakbola profesional mesti dikelola oleh lembaga berbadan hukum. PSSI lantas membentuk PT Liga Indonesia (PT LI) biar Indonesia Super League terlaksana. Selama hampir 5 tahun lebih, PT LI diberi kewenangan sebagai operator penyelenggara liga.
Namun, pada musim ini, PSSI memutuskan membubarkan PT LI dan membentuk PT Liga Indonesia Baru sebagai penyelenggara Liga 1, Liga 2, dan Liga Nusantara.
Saat masa transisi dari Badan Liga Indonesia (BLI) ke PT LI pada 2009 silam, jika ditilik dari komposisi nama-nama top pengelola liga, sebetulnya tidak ada yang berubah. Orang-orang lama di BLI seperti Andi Darussalam dan Djoko Driyono cs tetap bercokol di PT LI.
Narasi ini tidak terulang di kepengurusan operator liga yang baru. Hampir seluruh jajaran komisaris dan direksi PT Liga Indonesia Baru (LIB) didominasi oleh orang-orang baru. Dari delapan petinggi di PT LIB, hanya dua orang menyelami betul dunia sepakbola, yakni Risha Adi Wijaya dan Ratu Tisha Destria. Sisanya mayoritas diisi oleh pebisnis.
Yang menarik adalah masuknya Dumoly F. Pardede di kursi komisaris. Sosok ini sama sekali tak pernah berkecimpung di dunia sepakbola tetapi tenar di kalangan bisnis sebagai Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) dari Otorias Jasa Keuangan (OJK).
Kepada Tirto, Dumoly berkata masuknya ke jajaran komisaris karena dia diajak oleh Ketum PSSI Edy Rahmayadi. "Teman-teman komunitas bola nawarin, dan Ketua PSSI hubungi langsung saya."
Ia menuturkan, kehadirannya di PT LIB hanya berperan mengawasi. Sebelum dirinya diajak, Pardede mengatakan PSSI juga sempat mendatangi lembaga pengawas keuangan seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan OJK tempatnya bernaung.
"Selama ini di operator liga itu kan tidak ada yang punya pengalaman mengawasi keuangan. Kemudian saya yang ditawarkan," ujar Pardede.
Di jajaran komisaris lain duduk Rambun Tjajo, nama yang asing bagi publik bola tetapi tenar di kalangan praktisi hukum sebagai advokat spesialis pasar modal kenamaan di Indonesia.
Rambun tergabung dalam firma hukum Hadiputranto Hadinoto & Partners (HHP). Sejak bergabung dengan HHP pada 2003, ia sukses memperkuat divisi capital market yang memang telah menjadi lini bisnis utama firma hukum tersebut.
Posisi direktur utama ditempati Berlinton Siahaan. Selain menjabat Dirut PT LIB, Berlinton merangkap jabatan sebagai bendahara PSSI. Masuknya Berlinton di dalam direksi PT LIB boleh jadi bagian dari infiltrasi dan kontrol PSSI terhadap kepengurusan PT LIB.
Di bawah Berlinton duduk tiga direksi lain, yaitu Teddy Tjajono, Irzan H. Pulungan, Risha Adi Wijaya, serta seorang direktur kompetisi Ratu Tisha Destria. Selain Tisha dan Risha, Teddy dan Irzan adalah orang baru dalam dunia sepakbola.
Jika menarik benang merah dari nama-nama komisaris dan direksi di atas, akan ditemukan satu keterkaitan. Perekat mereka dari pelbagai berlatar belakang profesi ini adalah sang komisaris utama: Glenn Timothy Sugita.
Orang-orang Glenn di Direksi PT LIB
Glenn Sugita adalah Direktur Utama PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), yang menjalankan roda klub Persib Bandung. Di jajaran direksi PT Liga Indonesia Baru, Glenn membawa dua anak buahnya, Risha dan Teddy. Risha semula direktur operasional PT PBB dan kemudian ditarik dari Bandung ke Jakarta.
Sedangkan Teddy adalah tangan kanan Glenn di Northstar Pacific, perusahaan investasi multinasional. Teddy sempat diperbantukan untuk menangani Tabloid Topskor yang telah mereka akuisisi. Kini Teddy ditaruh Glenn di PT PBB dengan posisi Direktur Keuangan. Masuknya Teddy ke PT LIB tentu adalah rangkap jabatan, sama seperti Glenn yang sampai sekarang belum melepas posisi sebagai Dirut PT PBB
Bagaimana dengan Irzan H. Pulungan? Sosok muda ini lebih dikenal sebagai pebisnis. Irzan adalah direktur utama PT Mahadana Dasha Utama, sebuah perusahaan ritel dan makanan.
Perusahaan ini adalah bagian dari Trakindo Group, perusahaan alat berat milik pengusaha Achmad Hamami, salah satu orang terkaya di Indonesia. Achmad Hamami dan Trakindo Group dikenal dekat dengan Patrick Walujo, rekan bisnis Glenn yang mendirikan Northstar Pacific.
Djoko Driyono, wakil Ketua Umum sekaligus pelaksana tugas Sekjen PSSI, mengungkapkan munculnya nama Glenn di jajaran komisaris adalah hal biasa. Ia bilang keputusan PSSI menunjuk Glenn sebagai komisaris utama PT Liga Indonesia baru dari "kolektif dari teman-teman klub."
"Ini proses alamiah dan rasional," ujarnya.
Cerita berbeda diungkap oleh Risha. Dia menuturkan, saat wacana pembentukan operator dibentuk, PSSI kesulitan mencari sosok yang bisa membantu mencarikan dana agar liga berlangsung. Saat itulah Glenn hadir.
"Sepengetahuan saya, PSSI sudah menawarkan ke beberapa pihak. Namun, dengan waktu yang tidak singkat, ternyata susah. Kebetulan Pak Glenn menawarkan. Mungkin dari sana muncul usulan dari PSSI agar beliau dijadikan komisaris," katanya saat ditemui di Kantor PT LIB pada 12 April lalu.
Risha mengatakan kehadiran Glenn sebagai pucuk pimpinan operator PT Liga sebenarnya bukanlah hal baru.
Risha benar. Saat gelaran Indonesia Soccer Championship (ISC) musim lalu, operator turnamen tak resmi adalah PT Gelora Trisula Semesta (GTS). Sampai-sampai ada anekdot yang mengakronimkan PT GTS menjadi PT Glenn Timothy Sugita, dan Glenn memang masuk dalam jajaran komisaris.
Salah satu keberhasilan Glenn di PT GTS adalah sukses mendatangkan sponsor senilai Rp25 milar dari Bank BTPN agar turnamen bisa berjalan. Northstar Pacific adalah pemilik saham terbesar di Bank BTPN.
Pola seperti inilah yang diharapkan bisa berlanjut pada PT LIB. Glenn datang tidak dengan tangan kosong.
Dua perusahaan yang kini menjadi sponsor utama Liga, yaitu Go-Jek dan asuransi FWD, merupakan perusahaan yang berafiliasi dengan Northstar. Ini mirip dengan sponsor-sponsor buat Persib yang, dalam banyak contoh, sebenarnya perusahaan-perusahaan yang dimiliki para investor Persib.
Baca: Gurita Bisnis Glenn Sugita di Persib dan Sepakbola Nasional
Saat ditanya apakah nanti pola bisnis di Persib macam itu bakal dilakukan dalam kepengurusan PT LIB, Risha hanya tersenyum dan memberikan pernyataan bias. "Yang jelas kita harus berterima kasih kepada sponsor dan mendapatkan sponsor itu tidak semudah membalikkan telapak tangan," katanya.
Muhammad Farhan, mantan Direktur Marketing PT PBB, kepada Tirto menuturkan bahwa Glenn percaya potensi industri sepakbola di Indonesia amatlah luar biasa. Farhan berkata keberanian Glenn untuk berinvestasi di sepakbola pun sebetulnya sudah ditakar untung-ruginya.
"Namun untung dan rugi itu tak mesti ditakar lewat materiil. Bisa saja rugi, tapi secara promosi terbantu banyak," kata Farhan.
Sampai artikel ini dirilis, lewat para orang terdekatnya termasuk Farhan, janji temu reporter Tirto dengan Glenn untuk kepentingan wawancara terus tertunda dengan alasan kesibukan Glenn.
Namun, selain harapan, kehadiran sosok Glenn di PT LIB ditanggapi rasa sinisme. Salah satunya, kekhawatiran munculnya konflik kepentingan mengingat status Glenn yang belum melepaskan diri dari Direktur Utama PT Persib Bandung Bermartabat.
Djoko Driyono membantah atas kekhawatiran macam itu "No, No," dia bilang. "Kita harus terbiasa dengan general practice worldwide. Liga owned by clubs. Liga bukan seperti EO, yang kemudian klub mendaftar sebagai peserta kompetisi. Klub esensinya tidak sekadar sebagai peserta kompetisi, tetap adalah shareholders."
Manajer Persib Umuh Muchtar berkata hal sama. "Operator itu cuma menggerakkan sponsor. Tidak akan ada indikasi apa-apa."
"Beliau nanti yang cari sponsor dan bertanggung jawab. Sekarang kan justru luar biasa, karena beliau orang bola juga," kata Umuh kepada wartawan pada 16 Maret, seperti dikutipViva, di hari susunan direksi PT Indonesia Baru diumumkan, sebulan sebelum Liga 1 bergulir.
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Fahri Salam