Menuju konten utama
Idik Sulaeman

Orang Kuningan Perumus Paskibraka

Idik Sulaeman adalah orang yang mencetuskan nama Paskibraka dan merancang semua perlengkapannya. Ia juga berjasa menggagas rancangan seragam sekolah dari SD, SMP, hingga SMA.

Orang Kuningan Perumus Paskibraka
Idik Sulaeman. tirto.id/Fuad

tirto.id - Kisah ini berawal dari H. Mutahar, komponis legendaris yang telah menciptakan banyak lagu nasional macam “Syukur” atau “Hari Merdeka” itu. Ia adalah salah satu orang pertama yang bekerja di istana kepresidenan setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 dan diangkat menjadi ajudan Presiden Sukarno.

Jelang peringatan proklamasi Republik Indonesia yang pertama, tanggal 17 Agustus 1946, Mutahar dipanggil presiden. Sang proklamator pun mengungkapkan uneg-unegnya kepada Mutahar yang kala itu didapuk sebagai penyusun acara upacara bendera untuk memperingati hari kemerdekaan.

Sukarno berkata kepada Mutahar, ada baiknya prosesi pengibaran bendera pusaka ditugaskan kepada generasi muda yang mewakili daerah-daerah di tanah air, terdiri dari 3 orang pemuda dan 2 orang pemudi (Kukuh Pamuji, Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta, 2010:114).

Namun, karena situasi negara yang sedang dalam kondisi darurat saat itu, dengan kedatangan pasukan Sekutu beserta tentara Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia, berlanjut dengan kegaduhan politik selama Sukarno berkuasa, niat tersebut belum terlaksana dengan sempurna.

Konseptor Pasukan Pengerek Bendera

Ketika akhirnya tahta Sukarno di kursi kepresidenan terguling setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965, penyempurnaan tentang gagasan pasukan pengibar bendera pusaka kembali muncul. Kali ini, perintah datang dari Soeharto yang perlahan tapi pasti mulai mengambil-alih kendali kekuasaan dari Sukarno.

Pada 1967, Soeharto memanggil Mutahar yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Nyaris sama seperti titah Sukarno dulu, Soeharto meminta Mutahar untuk menyusun tata cara pengibaran bendera pusaka (Kukuh Pamuji, 2010:114).

Mutahar segera menghubungi salah satu orang kepercayaannya, yakni Idik Sulaeman yang saat itu mengampu posisi sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan di Depdikbud. Pria paruh baya ini memang cukup berbakat, lulusan seni rupa dari Institut Teknologi Bandung.

Bersama Idik, Mutahar merumuskan konsep tentang segala hal terkait rencana penyempurnaan pasukan pengibar bendera seperti yang dikehendaki oleh Soeharto. Berkat ide cemerlang Idik, maka dihasilkan rumusan untuk susunan pasukan pengibar bendera.

Idik pun memaparkan konsepnya, pasukan pengibar bendera pusaka akan dibagi menjadi 3 kelompok yang namanya diambil dari penanggalan hari kemerdekaan RI yaitu tanggal 17, bulan 8, dan tahun 45. Kelompok 17 ditugaskan sebagai pengiring atau pemandu, Kelompok 8 sebagai kelompok inti yang membawa bendera pusaka, dan Kelompok 45 sebagai pengawal.

Akhirnya, terbentuklah pasukan pengibar bendera pusaka dengan nama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Saat itu, para pengerek bendera pusaka masih diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (Paswalpres). Setahun kemudian, sebagian petugas pengibar bendera pusaka diambil dari perwakilan pemuda dari utusan provinsi.

Pencetus Nama Paskibraka

Sejak peringatan Proklamasi RI tahun 1969, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa sekolah menengah atas yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia. Masing-masing provinsi diwakili oleh sepasang pelajar putra dan putri.

Idik Sulaeman kemudian punya gagasan baru terkait orang-orang pilihan yang akan bertugas sebagai anggota pasukan pengibar bendera pusaka. “Hendaknya tahun depan jangan hanya pelajar, tetapi juga pemuda lainnya,” cetus Idik (Tempo, 13 September 1975).

Berkat ide tersebut, maka terbentuklah susunan pasukan pengibar bendera pusaka yang terdiri dari unsur pelajar pilihan dari berbagai daerah di tanah air, ditambah anggota TNI atau Polri yang masih berusia muda, juga anggota Pasukan Pengawal Presiden untuk upacara tingkat nasional.

Namun, Idik merasa nama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka masih kurang pas. Ia pun berpikir keras, merumuskan nama apa yang kira-kira paling tepat. Akhirnya, pada 1973, Idik mengemukakan hasil pemikirannya. Ia mengusulkan nama baru, yaitu Paskibraka yang merupakan kepanjangan dari PASuKan PengIBar, BendeRA PusaKA.

Selain mencetuskan nama Paskibraka, Idik juga merancang semua perlengkapan yang wajib dipakai oleh para petugasnya, dari seragam, lambang korps, lambang anggota, lencana tanda pengukuhan, dan kendit kecakapan. Ia pun turun langsung dalam penggemblengan para anggota Paskibraka hingga tahun 1979.

Infografik Idik Sulaeman

Tokoh Pramuka dan Perancang Seragam Sekolah

Nama lengkapnya adalah Idik Sulaeman Nataatmadja, dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat, pada 20 Juli 1933. Ia sudah merantau ke Purwakarta setelah lulus SD dan menempuh pendidikan SMP di kota itu. Setamat SMP, Idik melanjutkan SMA ke Jakarta, hingga akhirnya kuliah di ITB, mengambil jurusan seni rupa yang memang digemarinya sejak lama.

Sejak belia, Idik sudah akrab dengan organisasi dengan ikut Kepanduan Natipy sebagai pandu muda. Kepanduan adalah organisasi kepemudaan yang merupakan cikal-bakal Pramuka. Saat mengetahui bahwa Pandu Rakyat didirikan di Tasikmalaya pada 1946, Idik turut bergabung sebagai perintis.

Semasa SMP di Purwakarta pun Idik juga ikut Kepanduan dengan pangkat Pandu Pawang. Masuk SMA di Jakarta, ia tetap setia di Kepanduan, bergabung dengan Kelompok Jakarta 17 sebagai Pandu Penuntun.

Berstatus sebagai mahasiswa tidak lantas menggerus pengabdiannya untuk Kepanduan. Bahkan, Idik adalah pendiri gerakan Perindukan Pemula di ITB. Ketika seluruh organisasi Kepanduan dilebur menjadi Pramuka pada 1961, ia tentunya turut serta masuk di dalamnya.

Baca juga: Dari Pramuka, Mereka Kini Jadi Legenda

Karier Idik di organisasi nasional berlambang tunas kelapa itu berjalan mulus hingga diangkat menjadi Asisten Sekjen Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Sampai akhir hayatnya, Idik tetap bersetia di Pramuka dengan titel pamungkasnya sebagai Pandu Tua. Seabrek penghargaan telah ia terima, beserta puluhan buku tentang gerakan Pramuka yang sudah ia tulis.

Asal tahu saja, Idik Sulaeman adalah orang yang menciptakan rancangan seragam sekolah yang dipakai hingga sekarang di seluruh wilayah Indonesia: warna merah-putih untuk SD, putih-biru tua untuk SMP, dan putih-abu-abu untuk SMA. Desain seragam sekolah itu ia rancang semasa menjabat sebagai Direktur Pembinaan Kesiswaan di Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) pada 1979-1983.

Sayangnya, seperti yang dibeberkan oleh Syaiful Azram, anggota Paskibraka tahun 1978 yang pernah merasakan langsung bimbingan Idik Sulaeman, penciptaan rancangan seragam sekolah nasional itu tidak dipatenkan, begitu pula dengan semua konsep dan rancangan Idik untuk Paskibraka.

“Kalaulah Idik Sulaeman mendaftarkan seluruh rancangannya ke Direktorat Hak Cipta, bayangkan royalti yang bisa diperolehnya dari setiap potong seragam Paskibraka. Berapa banyak pula hasil dari royalti pembuatan pakaian seragam sekolah dan atributnya,” sebut Syaiful Azram (Buletin Paguyuban Paskibraka Nasional 1978, Juli-Agustus 2008).

Tepat 4 tahun lalu, tanggal 4 April 2013, Idik Sulaeman menutup mata untuk selamanya. Tokoh penting Paskibraka, gerakan Pramuka, dan pendidikan nasional ini wafat pada usia 79 tahun, meninggalkan istri tercinta Aisah Martalogawa serta 3 orang anak dan 7 orang cucu.

Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Humaniora
Reporter: Iswara N Raditya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti