Menuju konten utama

OPM Tuding Panglima Bohong soal Kontak Tembak, Ini Jawaban TNI

"> "Letusan pertama kali dari mereka (OPM) bukan Satgas. Lalu membantai dengan brutal."

OPM Tuding Panglima Bohong soal Kontak Tembak, Ini Jawaban TNI
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksda TNI Julius Widjojono (kedua kiri) memberikan keterangan kepada wartawan di Balai Wartawan Puspen TNI, Cilangkap, Jakarta, Minggu (16/4/2023). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/nym.

tirto.id - Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom menyebut kontak senjata di Nduga pada Sabtu (15/4/2023) lalu bukanlah operasi penyelamatan.

Ia menegaskan bahwa Pilot Susi Air Kapten Phillip Mark Merthens masih berada di markas OPM di bawah Panglima Komando Daerah Perang III Ndugama Egianus Kogoya.

"Mereka katakan cari pilot itu argumentasi atau dalil yang tidak benar. Pilot kami sudah sampaikan bahwa dia ada bersama kami, di TPNPB," Kata Sebby dalam keterangan, Kamis (20/4/2023).

Sebby menuturkan pihak OPM menilai TNI tidak perlu mencari Phillip. Mereka menawarkan diri untuk melakukan negosiasi. Ia pun menyoalkan sikap TNI yang masih mengerahkan pasukan untuk mencari Phillip.

"Tidak perlu cari dia lagi. Tinggal Presiden Indonesia memerintahkan menugaskan siapa yang akan berbicara dengan kami tentang membebaskan sandera ini. Harus melalui negosiasi. Kami sudah ajukan kita bersedia," jelas Sebby.

Sebby mengklaim sebagai masyarakat yang suka berperang. Mereka memiliki prajurit dengan mental baik, bahkan lebih baik daripada mental pasukan yang dinilai 'kerupuk'. Ia pun mendorong Jokowi untuk mengganti Panglima Yudo karena dinilai telah berbohong dengan bilang tidak ada korban.

"Hentikan Anda menipu keluarganya korban anggota-anggota TNI itu dengan tidak ada korban. Jadi presiden sebaiknya segera coba Panglima ini diganti Panglima lain dan presiden bersedia untuk berunding. Itu saja. Kami tidak akan main-main lagi. Perang akan jalan terus," tegas Sebby.

Dalam keterangan terpisah, Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Julius Widjojono menegaskan bahwa satgas yang dibentuk selama ini adalah tim yang fokus untuk penyelamatan Phillip. Ia mengatakan, satgas sebenarnya sudah meminta kepala suku setempat untuk membantu negosiasi.

"Satgas gabungan sudah minta pejabat daerah, kepala suku dulu untuk bantu negosiasi, makanya operasinya soft approach dan gakkum. Paralel dengan itu Satgas Operasi pencarian, lalu diserang," ucap Julius, Kamis.

Berdasarkan keterangan dari prajurit yang selamat, ada sejumlah ibu-ibu dan anak yang bersama pelaku penyerangan. Ia khawatir, upaya penyerangan diduga sudah terpola dan terencana, apalagi kontak senjata pertama dilakukan oleh pihak OPM.

"Letusan pertama kali dari mereka bukan Satgas. Lalu membantai dengan brutal," ungkap Julius.

Julius juga mempertanyakan alasan OPM meminta pergantian Panglima. Ia menduga OPM ketakutan dan terjepit akibat operasi TNI di era Yudo sangat tegas.

Julius juga menduga ada kekhawatiran jika strategi dan ketegasan Yudo dalam penanganan OPM terus berlanjut maka posisi mereka akan semakin sulit dan kedamaian di Papua bisa terwujud.

Ia menegaskan Panglima Yudo berkomitmen penuh untuk penyelesaian masalah sandera. Yudo, kata Julius, berharap OPM mau berdamai dan berupaya membangun Papua dalam kondisi yang baik.

"Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono secara pribadi sangat simple jelas dan terukur, serahkan pilot Susi Air, letakkan senjata dan mari membangun bumi papua lebih humanis dan sejahtera," pungkas Julius.

Baca juga artikel terkait KONFLIK BERSENJATA PAPUA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Hukum
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Fahreza Rizky