tirto.id - Jalan raya Parung-Bogor masih cukup ramai dilalui pengendara meskipun waktu hampir menuju tengah malam. Di sebuah pinggir jalan atau lebih tepatnya di pelataran warung tegal (warteg) yang telah tutup, saya mengobrol dengan Andrian Novesal (25) putra kedua sang pemilik warung.
Andri, sapaan akrabnya, tengah sibuk memeriksa bagian ban sepeda motor Honda Beat warna hitam miliknya, sambil berbagi cerita soal rencana mudiknya tahun ini.
“Habis servis rutin, biasa kalau mau mudik semua dicek. Lampu cek, rem ganti, ban ganti sekalian,” kata Andri ketika ditemui reporter Tirto, Rabu malam (12/4/2023).
Andri berencana mudik menggunakan sepeda motor ke kampung halamannya di Pasar Pegeg, Kalipucang, Kabupaten Brebes. Ia bukan orang baru dalam urusan pulang kampung menggunakan sepeda motor.
“Dari 2015 saya mudik pasti pakai motor itu tiap tahun. Berdua sama Bapak gantian, cuma pas pandemi (COVID-19) 2020 sampai tahun kemarin, pakai mobil,” ujar Andri menemani saya menyeruput kopi di sebuah bangku kayu panjang.
Pegawai multimedia di salah satu yayasan filantropi ini mengaku memang lebih kerasan mudik menggunakan sepeda motor. Selain lebih hemat biaya, Andri mengaku menjadi lebih santai karena mendapat fleksibilitas lebih dibanding naik kendaraan umum.
“Lebih leluasa lah ya, mau istirahat di mana saja bisa. Dan juga ini sih, enak aja menikmati perjalanannya di jalan gitu berasa aura mudiknya,” kata Andri sambil terkekeh.
Perjalanannya ke kampung halaman di Kabupaten Brebes sekitar 338 kilometer. Andri mengaku biasa menempuhnya selama 9-10 jam, termasuk waktu istirahat tentunya. Ia juga merasa, mudik menggunakan sepeda motor tak membuat isi dompetnya seret.
“Pakai bus umum itu bisa sampai 200 ribu. Motor bensin sama makan paling mentok seratus ribu,” tutur Andri.
Namun, Andri sendiri mengakui, meski telah mempersiapkan fisik dan kendaraan dengan prima, hal-hal tak terduga seperti kecelakaan memang rawan menghampiri.
“Hampir, hampir banget waktu itu kecelakaan di Pantura. Jalan berlubang, kacau, pas menghindar ada bus di belakang, untung masih selamat walaupun berhenti dulu karena gemetaran,” kata Andri.
Mudik menggunakan sepeda motor juga akan dilakoni Fachri (27), seorang penyuluh di sebuah instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka. Ia bercerita, tahun ini akan menjadi pengalaman mudik pertamanya menggunakan sepeda motor.
“Dari Lemahsugih Kabupaten Majalengka saya balik ke Kabupaten Bogor. Saya ngecek Google Maps bisa enam jam. Sama istirahat paling jadi delapan jam (waktu perjalanan),” ungkap Fachri.
Jarak dari tempat Fachri tinggal ke kampung halamannya di Kabupaten Bogor sekitar 230 kilometer, yang direncanakan akan ditempuh menggunakan sepeda motor Honda Vario 110 cc kesayangannya.
“Pilih motor karena enggak ada motor euy di Bogor. Tahu sendiri kalau di kampung harus mobilisasi lah, silaturahmi lah atau main,” jelas Fachri mengutarakan alasannya memilih moda roda dua untuk mudik.
Fachri memahami bahwa perjalanannya akan berisiko, terlebih ia memutuskan akan mengendarai sepeda motor seorang diri tanpa kawan perjalanan. Namun ia yakin, sudah mempersiapkan kondisi fisik dan kendaraanya dengan sangat baik.
“Aman lah semua, tinggal badan dijaga, tidur cukup sebelum berangkat,” sambung Fachri.
Andri dan Fachri hanya contoh kecil dari jutaan orang yang diprediksi akan menempuh perjalanan mudik tahun ini menggunakan sepeda motor. Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan, pengguna sepeda motor diprediksi mencapai 25,13 juta orang atau 20,3% dari total 123,8 juta orang yang diprediksi melakukan mudik lebaran 2023.
Saban Tahun Tak Dianjurkan, tapi Selalu jadi Pilihan
Data yang dikeluarkan Kemenhub tersebut menunjukkan bahwa animo masyarakat memilih sepeda motor sebagai moda transportasi mudik masih tinggi. Padahal, imbauan untuk tidak menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi mudik saban tahun digaungkan pemerintah.
Pengamat transportasi dari Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno menyatakan, sepeda motor dipilih masyarakat karena dirasa memiliki banyak keuntungan. Selain hemat biaya, sepeda motor tetap dapat digunakan bepergian ke mana-mana ketika berada di daerah tujuan.
Yang menarik, kata Djoko, salah satu penyebab masyarakat tak memilih kendaraan umum karena masih ada perusahaan yang memberikan tunjangan hari raya (THR) mepet menjelang perayaan Idulfitri. Biasanya, harga tiket juga makin mahal menjelang hari raya.
“Sementara tiket menggunakan transportasi umum (bus dan kereta) juga habis terjual. Sepeda motor menjadi pilihan yang dianggap lebih tepat untuk mudik,” kata Djoko.
Djoko menyatakan, mitigasi perlu dipersiapkan karena rentannya risiko penggunaan sepeda motor bila dipakai perjalanan jauh.
“Penggunaan sepeda motor saat mudik lebaran rentan mengalami kecelakaan lalu lintas,” tambah Djoko.
Ia juga mendorong pemerintah membatasi produksi sepeda motor berkecepatan tinggi (kapasitas silinder di atas 100 cc). Akselerasi sepeda motor yang tinggi, menurut Djoko, sangat digemari masyarakat.
“Sudah selayaknya pemerintah menyediakan lebih banyak daya tampung angkutan massal dengan tarif terjangkau atau menyediakan lebih banyak layanan mudik gratis terutama bagi para pemudik motor,” ujar Djoko.
Upaya Mengurangi Penggunaan Roda Dua dengan Mudik Gratis
Pemerintah sendiri melalui Kementerian Perhubungan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kepolisian dan sejumlah kementerian serta lembaga lain, rutin mengadakan mudik gratis sebagai upaya mencegah penggunaan sepeda motor untuk mudik.
Pengamat Transportasi, Azas Tigor Nainggolan menilai, program mudik gratis cukup efektif menekan penggunaan sepeda motor sebagai moda transportasi mudik.
“Selain mengimbau jangan pakai sepeda motor pemerintah juga memfasilitasi alternatifnya. Saya melihat beberapa kali mudik gratis ini cukup berhasil membantu masyarakat,” kata Azas ketika dihubungi reporter Tirto, Rabu (12/4/2023).
Pada tahun ini, Kemenhub juga menyelenggarakan program mudik gratis baik melalui jalur darat, laut dan kereta api. Melalui program mudik gratis, Kemenhub menyediakan total 75.270 kuota penumpang di semua moda transportasi yang tersedia.
“Sementara itu, kuota mudik gratis dari BUMN dan kementerian lain bila ditotal juga sekitar 75.000 penumpang, sehingga akumulasinya sekitar 150.000 (kuota) penumpang (disediakan pemerintah),” kata Juru bicara Kemenhub, Adita Irawati saat dihubungi reporter Tirto pada 12 April 2023.
Mengingat prediksi pemudik tahun ini yang mencapai 123,8 juta orang dengan pengguna sepeda motor sebagai moda transportasi mudik mencapai 25,13 juta orang, kuota mudik gratis yang disediakan pemerintah tentunya masih jauh untuk mengalihkan jumlah pemudik yang menggunakan roda dua.
“Kapasitas anggaran dari kementerian dan lembaga tentu tidak memungkinkan untuk menyediakan mudik gratis sebegitu besar,” ujar Adita.
Menurut Adita, upaya pemerintah melalui program mudik gratis diharapkan mampu meminimalisir angka kecelakaan roda dua sepanjang periode mudik. Ia juga mendorong pihak swasta ikut melakukan program mudik gratis untuk memaksimalkan upaya ini.
“Sekali lagi mudik gratis ini adalah upaya untuk mengurangi penggunaan motor, bukan solusi sepenuhnya, tapi setidaknya turut mengurangi tingkat kecelakaan di jalan,” jelas Adita.
Mitigasi Kecelakaan Roda Dua Selama Mudik
Bertolak dari situasi tersebut, upaya pemerintah untuk meminimalisir kecelakaan lalu lintas sepeda motor selama periode mudik, perlu dijalankan dengan serius di lapangan.
Adita menyatakan, Kemenhub bekerja sama dengan kepolisian akan mengawal mudik tahun ini dengan menerjunkan petugas di lapangan. Terutama memastikan pengendara sepeda motor dapat mudik dengan aman dan nyaman.
“Petugas kepolisian juga akan rutin menggelar operasi dan patroli yang disebar di tempat-tempat rawan kejahatan,” kata Adita.
Petugas direncanakan disebar di titik-titik rawan kemacetan, juga di tempat keramaian, seperti stasiun hingga pelabuhan. “Polisi akan siapkan untuk satu atau dua pengawalan dari beberapa titik-titik, sehingga pemudik sepeda motor bisa lebih tertib,” tambah Adita.
Sementara itu, Dirgakkum Korlantas Polri, Brigjen Pol Aan Suhanan tetap menegaskan, masyarakat tidak disarankan menggunakan motor sebagai pilihan moda transportasi mudik. Ia menyatakan angka kecelakaan motor selama mudik tergolong paling tinggi.
“Data di kita ini 75 persen kecelakaan lalu lintas itu melibatkan sepeda motor,” kata Aan menjawab pertanyaan reporter Tirto dalam konferensi pers daring bersama Kemenko PMK, Kamis (13/4/2023).
Berdasarkan data dari Korlantas Polri tahun lalu, pada Operasi Ketupat 2022 periode 28 April-9 Mei 2022 tercatat 3.457 kasus kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan 530 korban jiwa.
Bagi pemudik yang masih kukuh memilih sepeda motor sebagai moda transportasi mudik, Aan menyampaikan, pihaknya bekerja sama dengan pemerintah daerah dan Kemenhub akan menyiapkan rest area bagi para pengendara motor.
“Rest area di sepanjang jalur Pantura, itu yang arah ke timur maupun ke barat, rest area untuk memberikan kesempatan teman-teman sepeda motor istirahat sejenak di situ,” ujar Aan.
Aan juga berpesan agar pengendara benar-benar mempersiapkan kondisi fisik dan kendaraan, serta menaati peraturan standar dalam mengendarai sepeda motor.
“Diimbau untuk tidak melebihi kapasitas penumpang sepeda motor, penumpang hanya satu atau dua orang. Tidak membawa barang berlebihan sehingga kesulitan untuk manuver nantinya dan istirahatlah tiap dua jam,” tandasnya.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz