tirto.id - Pihak Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM) menyebut Panglima TNI Laksamana Yudo Margono telah menyebarkan kebohongan. Hal tersebut merespons pernyataan Yudo yang bilang TPNPB-OPM berbohong soal ada anggota TNI yang meninggal dalam kontak senjata di Mugi, Papua saat upaya penyelamatan pilot Susi Air, Capt Mark Phillip Merthens.
“Kami perlu sampaikan bahwa Panglima TNI Yudo Margono mengatakan Jubir TPNPB Sebby Sambom banyak hoax, tapi nyatanya TNI evakuasi jenazah korban penembakan oleh pasukan TPNPB-OPM. Jadi yang pembohong adalah Panglima TNI Yudo Margono,” kata Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom dalam keterangan, Rabu malam (19/4/2023).
Sebelumnya, Sebby sempat menginformasikan bahwa ada sekitar 9 anggota TNI yang meninggal dunia pada saat kontak senjata di Mugi, Papua. TPNPB-OPM juga merampas 9 pucuk senjata saat kontak senjata yang terjadi pada Sabtu (15/4/2023).
Sebby juga menyampaikan sejumlah informasi tentang korban meninggal TNI. Informasi tersebut disampaikan dalam bentuk laporan internal TNI sebagai bukti bahwa Sebby selaku Jubir TPNPB-OPM tidak menyebar hoax.
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Laksamana Muda Julius Widjojo menegaskan, mereka menyampaikan fakta selama penanganan kasus, yakni 4 prajurit meninggal dunia. Ia justru menilai, OPM tengah terdesak dengan memainkan narasi hoax.
“Panglima sangat berduka/berbelasungkawa dengan gugurnya prajurit-prajurit terbaik bangsa, operasi siaga tempur di area rawan tersebut tetap diterapkan, KST mulai terdesak dengan indikasi makin masif memainkan berita hoax dan menggerakan tangan-tangannya di penjuru tanah air agar Panglima menghentikan operasi siaga tempur ini," kata Julius saat dikonfirmasi Tirto, Kamis (20/4/2023).
Julius menduga, OPM tengah berupaya mendiskreditkan TNI secara institusi maupun Panglima TNI secara individu. Ia menilai, berita hoax yang muncul menandakan mereka terjepit dari operasi tempur TNI-Polri yang mulai bersifat terukur dan fokus pada area tertenu. Ia pun mengaku TNI sudah mempelajari pola aksi OPM secara mandiri berkelompok atau individu.
“Kemungkinan-kemungkinan mereka melebar sudah kami antisipasi. Kepanikan inilah yang secara faktual mereka lakukan hoax serangan pribadi dan institusi dengan melibatkan internal maupun eksternal NKRI," kata Julius.
Julius menambahkan,"Baru kali ini operasi macam ini dilakukan dan ini menjadi menakutkan di mereka.”
Menanggapi kritik tersebut, Sebby berkata, mereka kerap menerima laporan aksi penembakan antara TNI dan OPM. Ia pun mengaku sering mendapat informasi tersebut dari tim TNI yang kemudian disampaikan ke publik sehinga ia meminta media untuk independen.
“Kami melakukan pemberitaan benar. Semua laporan-laporan peace Papua yang kami terima tentang penembakan itu laporan militer yang dikirim dari pos kirim ke komandan mereka itu kami akan dapat di waktu yang sama," kata Sebby, Kamis (20/4/2023).
Sebby mengatakan, mereka mempunyai tim intelijen. Laporan tersebut diperiksa kembali ke satuan setempat sehingga mereka baru menginformasikan ke publik.
“Laporan setiap kali penembakan kami terima dulu, kemudian kami konfirmasi ke pasukan di lapangan pimpinan TNPB yang perang apakah ini laporan di sini benar? Mereka katakan benar. Jadi bukan itu pertama kali bocor, kami selalu menerima laporan itu selama 6 tahun terakhir. Oleh karena itu, kami sampaikan bahwa pembohongan publik nyatakan setop," kata Sebby.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz