tirto.id - Peneliti politik Islam, Zacky Khairul Umam merespons dinominasikannya Nahdlatul Ulama dan Muhhamadiyah sebagai penerima Nobel Perdamaian 2019. Zacky yang sekaligus anggota Suriah NU di Jerman bahkan sangat menantikan hal tersebut.
"Ya, optimistis. Sebagai aktivis NU di Jerman, sangat menantikan," ujarnya pada Tirto melalui pesan singkat, Jumat (22/2/2019) malam waktu Indonesia.
Meski mahasiswa doktoral di Freie Universität Berlin, Jerman ini mengakui untuk dinominasikan sebagai pemenang nobel perdamaian, langkah NU dan Muhammadiyah tidaklah mudah. Sebab dalam penominasian nobel perdamaian berbeda dengan nobel sastra.
"Seringnya nobel perdamaian itu sangat kontekstual, beda dengan nobel sastra atau lainnya, yang tidak harus 'politis' terkait dengan peristiwa tahun belakangan ini," paparnya.
Namun apabila, menurutnya, tim juri menilai bahwa ada korelasi antara agama dan perdamaian relevan dijadikan suatu kriteria penilaian. Ia menilai NU dan Muhammadiyah berpeluang besar masuk. Zacky menilai keduanya sama-sama berupaya menyebarkan konsep Islam yang rahmatan lil-`alamin (berkah untuk seluruh manusia) di Indonesia.
Ia menambahkan, apabila memang benar NU dan Muhammadiyah memenangkan nobel perdamaian tersebut. Ia berharap, terkhusus kepada NU, untuk tetap menekuni khittah organisasi dan meningkatkan kapasitas untuk menjawab tantangan global pada abad ini.
"Jika tidak, tak terlalu masalah. Yang penting pengabdian buat keindonesiaan dan kemanusiaan secara umum masih berlanjut atau bahkan berkembang," tandasnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Maya Saputri