tirto.id - Kemunculan Oarfish atau ikan oar sempat membuat heboh warga Jepang. Ikan ini ditemukan warga telah mati di pesisir pantai.
CNN.com melaporkan, pada Jumat (1/2/2019) kemarin, dua ekor oarfish kembali ditemukan setelah tertangkap jaring ikan nelayan di utara Prefektur Toyama. Total yang ditemukan musim ini menjadi tujuh.
Pada awal pekan ini, seekor ikan oar 3,2 meter (10,5 kaki) hanyut di pantai Teluk Toyama, sementara ikan oar sepanjang 4 meter (13 kaki) tersangkut di jaring ikan di lepas pelabuhan Imizu.
Dilansir dari Independent.uk, ikan oar bisa tumbuh hingga 11 meter (36 kaki). Ikan ini diyakini oleh sebagian orang sebagai pembawa tanda bencana, seperti gempa bumi atau tsunami.
Legenda mengatakan bahwa, ikan-ikan ini akan menepi ke pesisir pantai, sebelum sebuah bencana besar seperti gempa bawah laut atau tsunami terjadi.
Oarfish dikenal di Jepang sebagai "pembawa pesan dari istana dewa laut". Ikan ini diperkirakan hidup sekitar satu kilometer di bawah air dan permukaan ketika sakit atau sekarat.
Setidaknya, ada 10 ekor oarfish yang terdampar di Jepang pada 2010, beberapa bulan sebelum gempa Maret 2011 yang memicu tsunami dan menewaskan hampir 19.000 orang serta menghancurkan pabrik nuklir Fukushima.
Salah satu pengguna media sosial di Jepang menyatakan bahwa ada Oarfish yang muncul di pesisir pantai, dan hal tersebut dikaitkan dengan bencana.
"Kemunculan Oarfish ini berkaitan dengan bencana gempa. Dan jika berada di Palung Nankai [daerah yang rentan terhadap pergerakan lempeng tektonik], mungkin akan ada gempa besar,” tulis pengguna Twitter.
Tapi, ahli paleontologi Jason Loxton menanggapi hal tersebut dan mencuit: "Oarfish sangat keren, tetapi mereka tidak bisa memprediksi gempa bumi."
Lalu, sebenarnya apakah Oarfish dapat memprediksi gempa bumi?
Laman Live Science menyatakan, menemukan oarfish raksasa yang terdampar di pantai adalah kejadian langka, karena ikan ini adalah spesies laut dalam yang jarang terlihat sama sekali.
Oleh karena itu, ketika ada Oarfish yang terdampar di pantai, maka desas-desus soal ancaman bencana seperti gempa semakin menyebar.
Bangkai ikan oarfish setinggi 18 kaki (5,5 meter) yang ditemukan pada 13 Oktober dianggap sebagai peristiwa sekali seumur hidup bagi pengunjung pantai di Pulau Catalina di lepas pantai California Selatan.
Lima hari kemudian, Oarfish kedua berukuran 4,3 meter kembali ditemukan di sebuah pantai di San Diego County.
Mark Benfield, seorang peneliti di Louisiana State University, mengatakan kepada LiveScience bahwa, pada 2011 lalu, sesaat sebelum gempa bumi dan tsunami melanda Jepang, setidaknya ada 20 oarfish yang terdampar di pantai.
Kiyoshi Wadatsumi, seorang spesialis dalam seismologi ekologis, mengatakan kepada Japan Times, "Ikan yang hidup di dekat dasar laut lebih sensitif terhadap pergerakan patahan aktif daripada yang berada di dekat permukaan laut."
Hewan merasakan gempa
Ini bukan kali pertama para peneliti mengungkapkan hubungan antara perilaku hewan dengan bencana seperti gempa bumi.
Ada sejarah soal hewan peliharaan dan satwa liar yang bertindak sangat agresif sesaat sebelum sebuah bencana besar terjadi, atau bahkan sebelum manusia merasakan sebuah guncangan.
Salah satunya yang terkenal yaitu dalam sejarah Helike, sebuah kota Yunani kuno. Selama musim dingin tahun 373 SM, "Semua tikus, ular, kelabang, dan kumbang serta setiap makhluk lain yang sejenis di kota itu pergi," tulis penulis Romawi Aelianus.
"Setelah makhluk-makhluk ini pergi, gempa bumi terjadi di malam hari, gelombang besar membanjiri kota dan Helike menghilang tenggelam."
Pada Februari 1975, gempa berkekuatan 7,3 melanda Haicheng, sebuah kota berpenduduk 1 juta orang yang terletak di provinsi Liaoning, Cina.
Satu hari sebelumnya, pejabat kota memerintahkan evakuasi, yang didasarkan pada laporan terkait perilaku aneh hewan seperti hibernasi ular di daerah itu. Evakuasi tersebut, akhirnya menyelamatkan ribuan nyawa manusia.
Petugas kebun binatang di Taman Zoologi Nasional Smithsonian di Washington, DC, melaporkan bahwa banyak hewan mereka mencari perlindungan atau membuat panggilan darurat pada menit-menit sebelum gempa berkekuatan 5,8 melanda wilayah itu pada sore hari 23 Agustus 2010.
Adapun perilaku aneh hewan yang dilaporkan penjaga kebun binatang sebelum gempa dirasakan yaitu ular tembaga keluar dari persembunyian, kera pindah ke puncak pohon dan flamingo meringkuk.
Apa yang bisa dideteksi oleh binatang?
Jika hewan dapat merasakan gempa bumi sebelum terjadi, apa yang bisa mereka alami? Berikut ini beberapa hipotesis menarik.
Dalam sebuah studi yang melibatkan kodok, para peneliti memperhatikan bahwa "aktivitas kodok bertepatan dengan gangguan pra-seismik di ionosfer yang terdeteksi oleh frekuensi radio yang sangat rendah (VLF)," catat mereka.
Meskipun demikian, para ilmuwan tidak dapat menarik kesimpulan dari penelitian mereka tentang apa yang mungkin memicu perilaku katak yang tidak biasa tersebut.
Pada penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Internasional Penelitian Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat tahun 2011, Grant dan tim peneliti menemukan bahwa tekanan tektonik dalam kerak bumi mengirim "sejumlah besar ion udara positif ke atmosfer yang lebih rendah."
Ketika ion-ion ini mencapai badan air, mereka mengoksidasi "air untuk [membuat] hidrogen peroksida.
"Reaksi lain pada antarmuka air-batu mencakup oksidasi atau oksidasi parsial senyawa organik terlarut," catat para penulis.
Senyawa yang dihasilkan "mungkin iritasi atau racun untuk spesies hewan tertentu," mungkin mengakibatkan migrasi katak dari kolam yang ramah.
Tidak ada sistem peringatan dini
Sekelompok fisikawan di Universitas Virginia - menyelidiki laporan perilaku hewan sebelum gempa bumi - menemukan bahwa batu, ketika dihancurkan di bawah tekanan tinggi, mengeluarkan gas ozon tingkat tinggi.
"Bahkan fraktur batu terkecil menghasilkan ozon," kata peneliti Catherine Dukes kepada LiveScience dalam wawancara sebelumnya.
"Pertanyaannya adalah, bisakah kita mendeteksinya di lingkungan?" Dan dapatkah hewan mendeteksi kenaikan ozon di atmosfer secara tiba-tiba?
Namun, tidak satu pun dari hipotesis ini yang siap dikembangkan menjadi sistem peringatan dini berbasis hewan untuk getaran bumi.
"Ini bukan cara untuk memprediksi gempa bumi," kata Dukes. "Itu hanya cara untuk memperingatkan bahwa saat bumi bergerak, maka gempa bumi, atau tanah longsor atau sesuatu yang lain mungkin akan segera terjadi," demikian melansir Live Science.
Oarfish sightings in Japan, which is worrisome pic.twitter.com/o1EJyRYVdk
— Chris Fafalios (@chrisfafalios) February 2, 2019