Menuju konten utama

MTI Sebut Tarif Ojek Online Memang Tidak Bisa Terlalu Murah

Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai biaya jasa atau tarif yang dibebankan kepada pengguna ojek online (ojol) memang tidak bisa terlalu murah.

MTI Sebut Tarif Ojek Online Memang Tidak Bisa Terlalu Murah
Helm seorang supir ojek online (GoJek) nampak dari belakang saat melintasi Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, Minggu, (3/6/18). tirto.id/Hafitz Maulana.

tirto.id - Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai biaya jasa atau tarif yang dibebankan kepada pengguna ojek online (ojol) memang tidak dapat semurah yang diharapkan.

Meskipun gagasan mengenai daya beli konsumen dan potensi dampaknya terhadap permintaan tergolong masuk akal, Djoko menilai hal itu hendaknya tidak dipaksakan.

“Memang harus dihitung berdasarkan kondisi daerah masing-masing. Publik baiknya tahu bahwa naik ojol memang mahal,” ucap Djoko ketika dihubungi reporter Tirto pada Kamis (14/2/2019).

“Kalau mau murah ya angkutan umum,” lanjut Djoko.

Djoko menjelaskan dalam Permenhub tentang ojol, memang sudah ditetapkan formula tarif yang akan dikenakan. Setidaknya, berupa biaya untuk biaya yang dikenakan kepada penumpang, penggunaan bensin, dan perawatan kendaraan.

Di samping itu, terdapat juga komponen biaya tidak langsung seperti STNK, penyusutan kendaraan, pembayaran pajak.

Dari komponen inilah diperoleh perkiraan Rp 3.000 per kilometer untuk batas bawah. Djoko memperkirakan dengan konteks transportasi di daerah, angkutan umum di daerah memang masih akan cenderung lebih ekonomis dengan perkiraan Rp 8.000/km yang dibagi per jumlah penumpang di dalamnya.

“Murah mana? Ya angkutan umum,” ucap Djoko.

Meskipun demikian, Djoko mengatakan bila aplikator merasa ingin menjaga harga pada tingkat yang dianggap cukup kompetitif untuk menarik konsumen, maka hal itu harus berasal dari kocek penyelenggara. Pasalnya, subsidi ini tidak dapat dibebankan kepada pengemudi, apalagi negara walaupun sudah dibuatkan diskresi melalui Permenhub.

Ia mengkhawatirkan bila masyarakat sudah cukup ketergantungan dengan ojol, maka persoalan tarif menjadi dilematis sekaligus sensitif. Padahal menurutnya, dari segi muatan yang hanya dapat diisi 1 orang, ojol memang belum tentu dapat menjadi jawaban masalah transportasi yang seharusnya berupa angkutan massal (membawa orang sekaligus dalam jumlah banyak).

“Ojol dilematis. Daya angkutannya hanya 1 orang tapi aplikator ingin penumpang banyak. Kalau mau mereka yang subsidi. Paling untungnya jadi kurang banyak,” ucap Djoko.

Baca juga artikel terkait OJEK ONLINE atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri