tirto.id - Awal November 2018, Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan adanya modus baru yang dilakukan para remaja untuk mabuk, yakni meminum air rebusan pembalut.
Seperti dikatakan Kepala Bagian Humas BNN Sulistriandiyatmoko, laporan tersebut sebagian besar berasal dari Tengah, “[Ada di] Kudus, Rembang, dan Pati”. Dilansir Antara, Kasat Narkoba Polres Kudus, AKP Sukadi, mengatakan bahwa pihaknya mendapatkan informasi adanya kasus tersebut di Kudus dan kabupaten tetangga.
“Ternyata pelaku yang merupakan anak jalanan memang ditangkap di Kabupaten Kudus yang merupakan orang dari Kabupaten Grobogan,” ungkap Sukadi.
Mereka memang belum menemukan adanya kasus anak jalanan meminum air rebusan pembalut yang mengalami efek seperti halnya efek konsumsi metamfetamin. Namun, Sukadi menyatakan pihaknya akan memastikan kejiwaan remaja yang melakukan modus tersebut.
Banyaknya laporan penyalahgunaan pembalut tersebut membuat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah turun tangan. Dikutip Antara, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto Prabowo menyampaikan pihaknya akan menggencarkan sosialisasi, termasuk di tingkat Puskesmas yang ada di seluruh daerah.
“Sesuai kewenangan Dinkes untuk melakukan pencegahan, maka kami akan melakukan sosialisasi terkait bahaya mengonsumsi air rebusan pembalut,” ujar Yulianto.
Yulianto membeberkan pihaknya telah mengerahkan petugas puskesmas di daerah pantura timur untuk mewaspadai berbagai kemungkinan peristiwa akibat konsumsi pembalut.
“Itu zat yang tidak untuk diminum dan dikonsumsi, tentu jadi racun dan dalam waktu yang lama akan membahayakan kesehatan,” tutur Yulianto.
Bahan Dasar Pembalut Berbeda-beda
Dosen Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro Prof. Heru Susanto, mengungkapkan tak mudah menjabarkan bahan pembalut yang bisa menyebabkan mabuk, sebab setiap merek pembalut menggunakan bahan yang berbeda.
“Untuk bisa menjawab itu tidak mudah karena kita harus melakukan analisis ya. Kenapa demikian? Pertama begini, pembalut itu dengan berbagai merek dan jenisnya itu dibuat dengan berbagai bahan dan teknik. Makanya kita harus tahu betul,” tutur Heru.
Heru menjelaskan bahwa secara umum pembalut terbuat dari kapas dan terdapat gel untuk membentengi agar tak terjadi kebocoran. Dalam proses pembuatannya, kapas (atau bahan lain) tersebut melalui proses pencucian agar menjadi putih.
“Nah pemutih yang sering digunakan itu misalkan dioksin, furan, nah senyawa dioksin itu ada dua yang kemungkinan berbahaya. Pertama adalah klorinnya, yang kedua adalah senyawa yang bersifat karsinogenik,” ungkap Heru.
Heru menjelaskan bahwa klorin bisa mengganggu pernapasan jika terhirup. Selain itu, klorin juga merupakan oksidator kuat yang berbahaya saat masuk ke tubuh. Begitu pula dengan senyawa karsinogenik yang dalam konsentrasi tertentu bisa menyebabkan kanker.
Apa yang terjadi jika pembalut direbus?
Menurut Heru, jika direbus, yang terjadi pada pembalut hanya proses pelarutan saja, sebab bahan-bahan kimia yang terdapat pada pembalut sebagian besar akan terlarut dalam air. “Senyawanya bisa lebih larut lagi kalau dimainkan dengan temperatur,” pungkasnya.
Bahaya Klorin
Jika perebusan semakin memudahkan melarutnya zat-zat dalam pembalut itu di dalam air, artinya anak-anak yang mengonsumsi air rebusan itu meminum larutan klorin. Juga kandungan senyawa lain dalam pembalut yang bersifat karsinogenik.
Apakah klorin berbahaya?
Dikutip dari Healthline, klorin merupakan bahan kimia yang menghambat pertumbuhan bakteri di air. Biasanya, senyawa ini digunakan pada kolam renang, air minum, pembersih, dan limbah industri. Tak hanya itu, klorin juga merupakan bahan aktif dalam beberapa produk kebersihan.
Klorin memang berbahaya bagi tubuh sebab bahan kimia itu bisa meracuni dengan sentuhan, menelan, atau dengan menghirup klorin. Saat masuk ke tubuh, klorin akan bereaksi dengan air yang berada di dalam tubuh, termasuk air yang ada dalam saluran pencernaan.
Akibat dari masuknya klorin ke dalam tubuh kita di antaranya adalah batuk, kesulitan bernapas, dan adanya cairan di paru-paru. Klorin juga berbahaya bagi pencernaan karena bisa mengakibatkan mulut terbakar, pembengkakan tenggorokan, sakit tenggorokan, sakit perut, muntah, hingga tinja berdarah.
Selain pernapasan dan pencernaan, klorin juga berbahaya bagi sistem sirkulasi tubuh kita karena bisa mengubah keseimbangan pH pada darah, menyebabkan tekanan darah menurun, mengganggu kesehatan mata (pandangan kabur, iritasi, dan pada beberapa kasus akan mengalami kebutaan), serta kerusakan kulit (terbakar dan iritasi).
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, klorin punya efek kesehatan jangka panjang. Jika kita menghirup klorin dalam konsentrasi tinggi, paru-paru pun akan berisi air atau disebut dengan edema paru).
Satu hal lain yang patut dicatat, risiko-risiko kesehatan akibat klorin tersebut akan lebih rentan jika terjadi pada anak-anak.
Editor: Maulida Sri Handayani