tirto.id - Sejumlah peneliti di Cina menemukan galur baru virus flu babi yakni G4 EA H1N1 yang disebut-sebut berpotensi menjadi pandemi. Kendati belum ada bukti bahwa virus ini menular dari manusia ke manusia, tetapi pemerintah Indonesia dituntut untuk menanggapi serius temuan ini.
"Saat ini memang belum ada laporan, tetapi kita harus mewaspadai itu khususnya di otoritas hewan. Di peternakan babi harus ada survei berkala. Mudah-mudahan sih tidak ada," kata Direktur Eijkman Institute Amin Soebandrio kepada reporter Tirto, Selasa (14/7/2020).
Temuan ini pertama kali dipublikasikan di jurnal sains Amerika Serikat, Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada April 2020 (dikirim untuk review pada 9 Desember 2019). Penelitian dilakukan oleh tim yang terdiri dari 23 ilmuwan, sebagiannya berasal dari Universitas Pertanian Cina, Universitas Pertanian Shandong, dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina.
"Kita ketahui di Cina populasi cukup besar sehingga mereka menggelar surveilans dengan cukup bagus. Mereka kemudian melaporkan hal tersebut," kata Amin.
Tim ini mengamati flu babi sebagai tindak lanjut atas pandemi H1N1 yang terjadi tahun 2009. Virus H1N1 juga bertanggung jawab atas pandemi tahun 1918.
Tim mengumpulkan 29.918 nasal swab babi dari rumah jagal di 10 provinsi sejak 2011 hingga 2018. Hasilnya, mereka menemukan 179 jenis virus flu babi dan 165 di antaranya diidentifikasi sebagai EA H1N1, tujuh virus diidentifikasi sebagai pdm 09/H1N1, satu jenis virus diidentifikasi sebagai CS H1N1, empat jenis virus sebagai H3N2, dan dua jenis virus sebagai H9N2.
Virus EA H1N1, selain paling banyak tersebar, juga ditemukan setiap tahun. Ini berbeda dengan, misalnya, tujuh jenis virus pdm 09/H1N1 yang hanya ditemukan tahun 2011 dan CS H1N1 Dan H3N2 yang hanya ditemukan beberapa tahun.
Para peneliti melakukan pendalaman lebih lanjut terhadap EA H1N1 dan mengelompokkannya ke dalam enam jenis berdasarkan genotip, antara lain G1-G6. Salah satu yang paling mencuat adalah G4. Virus jenis ini pertama kali ditemukan dari sampel tahun 2013 di Cina bagian selatan.
Pada tahun 2016, infeksi akibat virus ini meningkat tajam dan menjadi genotip yang paling banyak menyebar di 10 provinsi yang diteliti.
"Dia membawa gen triple reassortant dari daerah Amerika, kemudian EA itu adalah Euroasia. Jadi dia memang ada beberapa komponen gen yang dibawa dari beberapa daerah dan ini adalah bentuk mutasi generasi keempat," kata Amin.
Cara Penularan Flu Babi G4 pada Manusia
Untuk menjawab pertanyaan apakah G4 EA H1N1 menular pada manusia, peneliti mengambil empat sampel virus. Hasilnya, seluruh sampel terikat ke reseptor SAα2,6Gal dengan baik. Reseptor SAα2,6Gal berada di sel lapisan pernapasan manusia. Jika virus melekat di reseptor tersebut, maka virus dapat masuk ke sel-sel lain dalam tubuh manusia.
Selain itu, seluruh virus EA H1N1 juga diketahui dapat mengikat diri pada tracheal epithelial manusia.
"Dengan demikian, hasil-hasil ini menunjukkan bahwa virus G4 EA H1N1 mengikat reseptor SAα2,6Gal seperti yang dimiliki manusia dengan baik. Sebuah prasyarat untuk menginfeksi sel manusia," demikian tertulis dalam laporan tersebut.
Peneliti juga mendalami kemampuan replikasi G4 EA H1N1 di sel bronchial epithelial manusia normal (NHBE) dan sel alveolar epithelial (A549). Sebagai informasi, dua sel ini adalah target utama virus influenza. Hasilnya, G4 EA H1N1 mampu mereplikasi diri dengan level yang sama dengan virus pdm 09/H1N1 di sel NHBE, dan paling banyak terjadi pada 30 jam-60 jam pasca infeksi. Temuan serupa juga terjadi di sel A549.
Untuk mendalami temuan ini, peneliti mengambil 338 sampel dari pekerja di 15 peternakan babi dan 230 sampel warga biasa untuk uji serologi. Hasilnya, 35 (10,4 persen) peternak babi dan 10 (4,4 persen) warga biasa mengembangkan antibodi terhadap strain virus baru tersebut. Tes juga menunjukkan bahwa kekebalan tubuh manusia pada flu musiman tidak mengandung proteksi terhadap strain G4.
Untuk meneliti potensi penularan dari manusia ke manusia, peneliti melakukan percobaan terhadap musang--hewan yang memang kerap digunakan untuk eksperimen infeksi dan penyebaran virus influenza pada manusia. Hasilnya, virus G4 EA H1N1 dapat menyebar di kelompok musang lewat kontak langsung dan droplet.
Virus ini juga menimbulkan gejala berat pada musang yang terinfeksi, misalnya demam, bersin, mengi (wheezing), dan batuk.
Dalam laporan itu dikatakan hingga saat ini terdapat lima kasus dengan gejala seperti terjangkit EA H1N1. Dua kasus terakhir terjadi 2016 dan 2019 terhadap orang berusia 46 tahun dan anak 9 tahun. Hasil analisis genetik mengatakan 2 kasus itu disebabkan "virus seperti G4 EA H1N1" dan dari penelitian epidemiologi ditemukan dua orang tersebut memiliki tetangga yang memelihara babi.
Sampai saat ini memang belum ada bukti yang menyatakan bahwa virus tersebut bisa menular dari manusia ke manusia. Namun, peneliti memperingatkan, "virus G4 EA H1N1 memiliki tanda-tanda esensial untuk beradaptasi untuk menginfeksi manusia. Mengendalikan virus G4 EA H1N1 yang telah ada di babi dan memonitor ketat populasi pekerja di peternakan babi harus dilakukan dengan cepat."
Risiko Virus G4 EA H1N1 Berpotensi Jadi Pandemi Baru
Penemuan strain baru virus H1N1 tentu meresahkan mengingat pandemi COVID-19 masih belum terkendali. Data terakhir mencatat 76.981 orang di Indonesia sudah terkonfirmasi penyakit yang juga berasal dari Cina ini. 36.689 di antaranya sembuh dan 3.656 lainnya meninggal dunia.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan virus G4 EA H1N1 belum ditemukan di Indonesia. Hal itu didasari pada hasil surveilans dan analisis genetik oleh Balai Veteriner Medan dan Balai Besar Veteriner Wates.
Ketut mengatakan, Kementan dengan USAID dan FAO telah mengembangkan influenza virus monitoring untuk memonitor mutasi influenza sejak 2014. Alat itu digunakan untuk deteksi dini. Kementan juga telah melakukan surveilans berbasis risiko untuk flu babi berdasarkan karakteristik virusnya.
Kendati begitu, pihaknya tetap bersiap jika suatu saat virus ini masuk ke Indonesia. Salah satunya ialah dengan mengeluarkan surat edaran untuk meningkatkan kerja sama, kewaspadaan, dan rencana kontingensi.
“Surat edaran ini mengajak semua pihak terkait untuk meningkatkan kerja sama, mewaspadai, dan menyiapkan rencana kontingensi kemungkinan masuk dan munculnya G4 EA H1N1 di Indonesia,” kata Ketut dalam keterangan tertulis, Senin (13/7/2020).
Sementara Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan yang juga juru bicara resmi pemerintah untuk penanganan COVID-19 dr. Achmad Yurianto pun telah menyampaikan surat edaran kepada dinas kesehatan di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Maya Saputri