tirto.id - Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) merupakan salah satu festival perayaan Imlek terbesar di Indonesia. Penyelenggaranya adalah Jogja Chinese Art & Culture Center (JCACC).
Festival ini rutin dilangsungkan selama satu pekan, dimulai sejak seminggu sebelum Cap Go Meh (tanggal 15 pada bulan pertama penanggalan Tionghoa). Pelaksanaannya pun ajek, berpusat di daerah Ketandan yang dapat disebut ‘mangku Sumbu Filosofi’.
Jelang gelaran akbar itu, markas JCACC pun makin riuh. Anggara Adi Swasana tampak paling sibuk. Pria 38 tahun itu, adalah anggota JCACC dan Kepala Sekolah Hoo Hap Wee Jogja Lion Dance School.
“Jelang Imlek, intensitas bertambah. Biasanya [latihan] satu kali seminggu atau dua kali seminggu. Sekarang intensitasnya tiga kali seminggu,” kata Angga saat diwawancara di markas JCACC, Hoo Hap Hwee Yogyakarta atau Gedung Perkumpulan Budi Abadi, Selasa (21/1/2025) malam.
Angga menjelaskan, ada tiga jenis barongsai yang kini gencar latihan. Antara lain barongsai anak dengan rentang usia 7-12 tahun, barongsai dewasa, dan naga.
“Untuk barongsai anak, kami sedang menyiapkan untuk pertandingan tanggal 1 Februari. Kemudian menyiapkan penampilan di rangkaian pekan Imlek mulai tampil 25-12 Februari,” kata dia.
Naiknya intensitas latihan jelang Imlek, kata Angga, turut berpengaruh pada semangat anggota JCACC. “Peserta yang tadinya sering absen, jadi lebih rajin karena ada peningkatan permintaan pertunjukan,” kata dia.
Angga menyebut, total tim barongsai yang diampunya adalah sebanyak 25 tim anak, 35 tim dewasa. “Imlek paling banyak enam kali show dalam satu hari. Tapi, kami bagi jadi empat tim [yang tampil]," ungkapnya.
Angga bilang, permintaan show barongsai jelang Imlek tinggi. Bahkan, peminat juga datang dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). “Sementara baru melayani permintaan di DIY, meskipun permintaan di luar DIY sudah ada,” kata dia.
Kendati begitu, Angga sedia mengirim anggotanya ke Malaysia untuk show. Dia akan mengirimkan anggota untuk tampil ke sana pada 29-20 Februari 2025.
Seiring tingginya permintaan, Angga mengatakan, JCACC terbuka untuk anggota baru. “Mau gabung tinggal datang saat latihan dan bisa gabung langsung [calon anggota usia dewasa], pilih barongsai modern atau tradisional dan naga modern atau tradisional,” sebutnya.
“Kalau anak, karena lebih bentuknya sekolah barongsai, ada syarat pendaftaran dan uang bulanan,” imbuhnya.
Angga juga menegaskan, organisasinya terbuka bagi semua kalangan dan latar belakang. “Bebas dari latar belakang apa pun, mau laki-laki atau perempuan, etnis dan agama apa pun boleh,” kata dia.
Selain barongsai, JCACC pun turut mewadahi tari tradisional Tionghoa, pencak silat, taici, pengobatan alternatif, dan tari tradisional Jawa. “Tinggal pilih mau yang mana, salah satu boleh, dobel juga boleh," ucapnya.
Tunaikan Nasihat Nenek Tuai Prestasi
Salah satu yang memacu diri jelang gelaran PBTY adalah Aryanda Alfino. Pelajar SMA Negeri 3 Yogyakarta itu masih mengatur napas saat saya wawancara. Dia baru saja melakukan latihan semacam lompat balok sambil menyinggi rangka kepala barongsai.
“Latihan begini persiapan banyak. Mendekati Imlek dan lomba harus fokus. Terus latihan,” kata dia saat diwawancara di markas JCACC, Hoo Hap Hwee Yogyakarta atau Gedung Perkumpulan Budi Abadi, Selasa (21/1/2025) malam.
Remaja usia 16 tahun ini berkenalan dengan barongsai sejak duduk di bangku SD. Kala itu, neneknya yang merupakan keturunan Tionghoa mengajaknya menonton barongsai. Sang nenek pun mengucap harap, agar Aryanda bisa jadi pewaris budaya.
“Dari kecil suru aku ikut barongsai. SD mau masuk, tapi aku kayak masih menolak. Padahal disuru nenek," dia bercerita.
Setelah duduk di bangku SMP, Aryanda kemudian mulai menjajal diri untuk bergabung dengan kesenian barongsai. Hingga akhirnya dia juga mulai unjuk gigi untuk berlaga dalam perlombaan. “SMP mulai tertarik karena banyak lomba,” sebutnya.
Terhitung sudah 2,5 tahun, Aryanda bergabung di JCACC untuk menekuni barongsai. Gemblengan fisik dirasanya paling menguras energi. Hingga membentuk ketahanan, yang awalnya tidak mampu melakukan atraksi, kini jejak lompat dari lantai ke atas papan dengan tinggi kira-kira selutut pria dewasa.
“Dulu lompat enggak kayak gini, sekarang bisa tinggi,” sebutnya.
Bergabung sebagai penari barongsai, ternyata juga jadi lahannya untuk panen prestasi. Hal ini yang paling jadi pemacunya untuk giat latihan. "Nyari prestasi dan menambah nilai," kata dia semangat.
Dalam upayanya menuai prestasi, Aryanda mencoba menaikkan kemampuan fisik. Dia juga berusaha memperbaiki pernapasannya. "Fisik sulit, atur napas sulit banget," kata dia.
Oleh sebab itu, Aryanda membarengi latihan fisik dan pernapasan dengan olahraga pendamping. Dia rutin jogging, gym, dan sesekali berenang.
Pelaksanaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta
Ketua JCACC, Tandean Harry Setio, membeberkan, PBTY tahun ini akan digelar selama sepekan di Ketandan pada 6-12 Februari 2025. Gelaran akan diawali dengan parade Nusantara yang melibatkan komunitas dan organisasi seluruh Indonesia.
“Parade Nusantara pada 6 Februari, ini menunjukkan indahnya Imlek, tidak terkotak-kotak," sebut Harry.
Pria 65 tahun itu menjabarkan, pemilihan Ketandan sebagai pusat lokasi PBTY merupakan upaya untuk merawat semangat pluralisme. Sebab menurut sejarahnya, lokasi tersebut merupakan melting point pada masa kolonial.
“Sama seperti dulu, jadi kami ingin mendedikasikan Ketandan sebagai lokasi yang pluralis,” kata dia.
Oleh sebab itu, Harry mengungkap, volunteer PBTY pun tidak memiliki kriteria dari golongan tertentu. "Malah tahun kemarin 60-70 persennya muslim," ujarnya.
PBTY 2025 nantinya akan menyuguhkan panggung utama, wayang potehi, lomba anak-anak, shifa atau kaligrafi, dan fashion.
“Kurang lebih seperti tahun kemarin [dimeriahkan] 270-300 tenant yang sudah dikurasi,” bebernya.
Memandang Tahun Ular Kayu
Harry sempat tertawa mengaku dirinya bukan ahli, saat ditanya terkait pemaknaan Tahun Ular Kayu sebagai shio di 2025.
Hanya saja dalam pandangan pribadinya, ular merupakan sosok yang agak sedikit licik. Tapi mampu menggeliat menembus berbagai hal.
“Tidak mau diganggu, kalau diganggu akan mematuk. Tahun 2025 penuh perjuangan. Saya bukan ahli ekonomi, tapi dari teman dan pengusaha, [memprediksi] 2025 akan sulit,” kata dia.
Kesulitan ekonomi, menurut Harry, diakibatkan oleh krisis dan politik global. Antara lain perang di Timur Tengah yang meluas, negara besar yang perekonomiannya anjlok, dan sebagainya.
“Pasti dampaknya enggak mudah. Kayu [unsur penyerta tahun 2025] itu alam. Bisa sedikit lunak. Tapi dasarnya ular, tetap 2025 banyak yang tidak bisa diprediksi,” kata dia.
“Setiap orang punya prediksi. Tapi enggak ada salahnya kita waspada. Ramalan mosok mendahului Tuhan, itu prediksi," kata dia kemudian tertawa.
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Abdul Aziz