tirto.id - Petani di Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) punya slogan yang memilukan, ‘Tanam Tujuh Kali, Panen Satu Kali’. Slogan itu merupakan bentuk kekecewaan petani, lantaran sekitar 10 tahun belakangan kerap kali gagal panen.
Luas lahan yang selalu gagal panen di Poncosari bahkan mencapai 200 hektare. Padahal, lokasi ini merupakan salah satu lumbung padi. Lantaran tiap hektarenya mampu menghasilkan 6,2 ton gabah kering giling.
Amarwoto Sunu, Ketua Gapoktan Sari Kismo di Poncosari, mengungkapkan, gagal panen yang mereka alami akibat banjir dan kekeringan. “Lahan kami sering terkena banjir kalau musim penghujan. Kalau musim panas kekeringan,” ucap Amarwoto diwawancarai di sawahnya, pada Rabu (15/1/2025).
Amarwoto menjelaskan, terjadi tumpukan sedimentasi yang menutup saluran atau drainase air untuk lahan pertanian. Endapan yang menutup afur, mengurangi volume air yang dapat ditampung. Sehingga meluap ke lahan pertanian saat penghujan. Di sisi lain, menghambat aliran air saat musim kemarau.
“Pengerukan sedimentasi dari afur harus segera. Kalau hujan [kebanjiran] lagi, yang kami tanam [pasti] mati lagi kalau tidak dikeruk,” kata Amarwoto.
Ia menambahkan, “Kalau kemarau tidak bisa menanam, harus pakai sumur pompa untuk bisa tanam.”
Amarwoto juga mengungkapkan, tiap gagal panen dia merugi sekitar Rp5 juta untuk petak tanahnya. Itu untuk biaya beli bibit, perawatan, dan tenaga tanam. “Kalau kebanjiran, bibit rusak. Tanahnya juga kena. Tenaga tanam juga kerugian,” kata dia mengeluhkan.
Pria 65 tahun ini pun membeberkan, sudah beberapa kali menyampaikan keluhan petani Poncosari. Ada sebanyak 25 kelompok tani (poktan) dan 25 kelompok wanita tani (KWT) yang terus merugi akibat afur tertutup sedimen.
Namun, Amarwoto terbentur oleh aturan. Afur atau saluran air yang ada di kawasannya ternyata merupakan kewenangan pemerintah pusat. “Aturannya [mengusulkan keluhan] ke pusat bukan kabupaten atau provinsi. Kami selama ini usulnya baru bisa sampai ke provinsi. Provinsi terkendala oleh aturan,” kata dia.
“Kami sering audiensi, tapi terbentur aturan. Pernah ada yang dikeruk tapi muncul lagi,” kata dia.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, membenarkan bahwa perlu revitalisasi segera terhadap afur yang mengaliri sawah petani di Poncosari, Kapanewon Srandakan. “Srandakan ada kendala tidak optimal fungsi drainase yang merendam tanaman padi. Kami mengharapkan agar ini dapat diselesaikan bersama,” sebut Halim.
Di sisi lain, Wakil Gubernur Provinsi DIY, Paku Alam X, juga mengatakan, Pemerintah Provinsi DIY mendukung keberlanjutan sektor pertanian. Sebab pertanian merupakan tulang punggung ketahanan pangan di Indonesia.
“Kami percaya petani pilar dan motor penggerak ekonomi daerah dan negara,” kata dia membacakan sambutan dari Gubernur DIY, Hamengku Buwono X, yang pada saat bersamaan menerima kunjungan pribadi dari Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, di Keraton Yogyakarta.
Apa Kata Pemerintah Pusat?
Genangan banjir yang merendam lahan pertanian di Poncosari seluas 200 hektare tersebut sampai ke meja Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Soeharto atau Titiek Soeharto. Dia mendapat informasi bahwa banjir lahan pertanian tidak hanya mengganggu siklus tanam, tapi juga berdampak signifikan pada perekonomian masyarakat.
“Namun semangat warga Poncosari menunjukkan kekuatan dan optimisme yang luar biasa,” ujar Titiek yang terpilih dari Dapil Yogyakarta pada Pemilu 2024.
Oleh sebab itu, dia mengapresiasi Kementerian Pertanian, lantaran telah melakukan langkah cepat dalam menyiapkan bantuan 3,5 ton benih pada kelompok tani terdampak.
“Menekankan pentingnya realisasi program bantuan lanjutan. Seperti distribusi pupuk bersubsidi, pelatihan teknologi pertanian, dan penyediaan alat pertanian modern. Kami akan terus mengawal agar program berjalan tepat waktu dan tepat sasaran,” imbuhnya.
Titiek juga mengatakan, langkah ini penting untuk melanjutkan swasembada pangan yang menjadi agenda nasional. Sekaligus memperkuat daya saing sektor pertanian di tingkat global.
“Perhatian terhadap infrastruktur irigasi dan tata kelola sumber daya air yang berkelanjutan harus menjadi prioritas untuk mencegah dampak bencana di masa akan datang,” kata dia.
Kata Titiek, gerakan tanam padi bukan hanya sekadar menanam padi yang terdampak banjir. Tapi juga menanam harapan baru bagi pertanian Indonesia. Petani adalah tulang punggung perekonomian bangsa.
“Dan kita semua punya tanggung jawab untuk mendukung para petani. Dengan kerja sama erat semua pihak, saya yakin sektor pertanian akan bangkit lebih kuat dan menjadi penopang ketahanan pangan nasional,” kata dia.
Sementara itu, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengaku, dapat aduan petani di Poncosari lewat Titiek Soeharto. “Ini katanya, tanamnya tujuh kali panennya satu kali. Itu slogan di sini,” kata Amran.
Dia berharap, produktivitas petani di Poncosari meningkat. Sebab, dia ingin kesejahteraan masyarakat meningkat. Oleh sebab itu, Kementerian Pertanian menyampaikan bantuan pada petani berupa benih unggul, pompa, traktor, dan lain-lain.
“Kemudian normalisasi sungai penyebab banjir. Insyaallah ini solusi permanen yang kami bawa,” ujar Amran.
Amran mengatakan, bantuan akan digelontorkan dengan target selesai distribusi dalam seminggu. Sementara normalisasi afur ditargetkannya rampung pada tahun ini.
“Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) akan menyelesaikan. Targetnya satu tahun untuk normalisasi. Mudah-mudahan bisa selesai enam bulan,” kata Amran.
Kepala BBWSSO Serayu Opak, Gatut Bayuadji, turut hadir dalam kesempatan yang sama. Dia awalnya akan melakukan revitalisasi bertahap terhadap aliran afur. Sebab dia menemukan ada masalah pada pintu drainase dan sedimen. Namun, sorakan petani yang mengatakan ingin penanganan secara keseluruhan, mendesaknya untuk segera melakukan revitalisasi menyeluruh.
“Kami tangani bertahap, keseluruhan,” kata dia.
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Abdul Aziz