tirto.id - Hasto Wardoyo dan Wawan Harmawan telah ditetapkan sebagai wali kota dan wakil wali kota terpilih Pilwalkot Yogyakarta 2024. Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Sugeng Purwanto, berharap, pelantikan terhadap keduanya segera dilakukan agar pekerjaan rumah (PR) yang ada di Kota Yogya segera dituntaskan.
“Ikan sepat, ikan gabus. Makin cepat, makin bagus,” kata Sugeng berpantun dalam sambutnya saat Rapat Pleno Terbuka Penetapan Hasil Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta Tahun 2024 di The Malioboro Hotel & Conference Center Gedongtengen, Kota Yogyakarta, Kamis (9/1/2025).
“Awalnya kemarin Februari [pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta] ya, Pak Hasto ya. Mundur jadi,” kata dia kepada Ketua KPU Kota Yogyakarta, Noor Harsya Aryosamodro, kemudian dijawab dengan isyarat lambaian tangan.
Sugeng bilang, dia tidak sanggup menyelesaikan semua PR yang diberikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. Dia menjabarkan, ada tiga PR yang diminta Raja Keraton Yogyakarta itu untuk dia selesaikan.
“Kami yang sementara sebagai Pj, tidak bisa menyelesaikan PR yang didawuh Ngarsa Dalem (diamanahkan oleh Sultan)," kata dia.
Sugeng mengaku baru menyelesaikan satu PR, yaitu menyukseskan Pilwalkot Kota Yogyakarta dengan tertib, aman, dan damai.
Namun, kata dia, masih ada dua PR lain. Permasalahan mendesak yang segera diselesaikan adalah penanganan sampah.
“Saya mohon maaf saya beserta Pak Aman [Sekda Pemkot Yogyakarta] dan jajaran Pemkot Yogyakarta belum bisa menyelesaikan masalah sampah. Kami jamin Januari-Maret bisa betul landai, berbagai program kegiatan sudah kami lakukan," ujarnya.
Masalah yang juga masih jadi PR Pemkot Yogyakarta adalah penataan Sumbu Filosofis. “PR ketiga, pengamalan Sumbu Filosofis sebagaimana marwahnya," ujar Sungeng.
Dia bilang, Pemkot Yogyakarta sudah bahu-membahu menciptakan Kota Yogyakarta yang diharapkan. Namun, dia menyadari, pemindahan pedagang kali lima (PKL) Teras Malioboro (TM) 2 ke lokasi baru yaitu di Ketandan dan Beskalan masih menyimpan polemik.
“Aspek psikologis tidak mudah. Nanti, pada sertijab (serah terima jabatan) kami akan menyampaikan banyak hal," sebut Sugeng.
Menanggapi itu, Hasto mengakui telah menerima banyak pertanyaan berkaitan dengan penanganan sampah di Kota Yogyakarta. “Ini tugas besar dan tidak tingan. Ekspektasi publik luar biasa," sebut Hasto.
Hasto juga mengatakan, dia telah berkoordinasi dengan jajaran Pemkot Yogyakarta terkait program yang direncanakannya. “Masa transisi penting. Konsep yang saya rencanakan menjadi program, sebagian sudah saya sampaikan ke Pemkot Yogyakarta" ucapnya.
“Dengan maksud tujuan transisi tidak kaget," tegasnya.
Hasto pun mengaku telah berhitung, jumlah produksi sampah di Kota Yogyakarta mencapai 300 ton per hari. Tapi dia menemukan fakta bahwa sampah menumpuk di depo milik Pemkot Yogyakarta mencapai 1.040 ton.
“Harus ada bekerja sama dengan pihak di luar pemerintah, sebanyak mungkin mengerahkan warga. Dan [ada rencana] bisa menjadi BUMD [sampah] agar menjadi pendapatan," sebutnya.
Terkait pedagang TM 2, Hasto mengaku sudah menjalin komunikasi. "Pedagang TM 2, saya menangkapnya mereka butuh komunikasi. Pedagang dan pemerintah seolah berhadapan, karena mereka punya sedikit miss (kekurangan)," ujarnya.
Ia menambahkan, “Saya ketemu 2-3 kali kalau komunikasi diberi dengan baik, akan baik. Saya berjanji siap ditemui. Ada keluhan susah bertemu pejabat, seminggu sekali saya akan open house.”
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Abdul Aziz