Menuju konten utama

MER-C Bakal Kirim Dokter Spesialis Ortopedi-Anestesi ke Gaza

Dokter yang akan dikirim mulai dari ortopedi, anestesi, bedah, umum, hingga perawat untuk bertugas ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina.

MER-C Bakal Kirim Dokter Spesialis Ortopedi-Anestesi ke Gaza
Pengadaan fasilitas dan alat kesehatan untuk Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina. ANTARA/HO-MER-C

tirto.id - Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) akan mengirim lima hingga tujuh tenaga medis ke Gaza, Palestina dalam waktu dekat. Mulai dari dokter ortopedi, anestesi, bedah, umum, hingga perawat. Langkah itu dilakukan karena gempuran Israel yang sudah menyerang Rumah Sakit Indonesia.

"Lima sampai tujuh orang yang akan dikirim. Dokter ortopedi, dokter anestesi, Dokter Umum, dan perawat," kata Head of Presidium MERC, dr. Sarbini Abdul Murad di kantor MER-C di Jalan Kramat Lontar, Jakarta Pusat, Selasa (10/10/2023).

Dia menuturkan, stok obat di Rumah Sakit Indonesia, Palestina sudah menepis. Tidak hanya itu, pihaknya juga menyoroti para tenaga medis banyak mengalami kelelahan. Sementara itu, Sarbini mengakui para dokter yang bertugas diberikan pelatihan dalam kondisi darurat.

"Mereka sudah kita bekali dengan ilmu terkait hal-hal yang harus dilakukan dalam kondisi darurat. Mereka sudah ngerti," tukas Sarbini.

Kemudian, Presidium MERC, Farid Thalib mengatakan kapasitas Rumah Sakit Indonesia di Gaza sudah tidak muat menampung korban tewas akibat serangan Israel. Rumah sakit juga tidak bisa menampung mayat-mayat yang meninggal akibat perang.

"Jujur tadi pagi saya menangis karena melihat kamar mayat penuh banget sampai ada mayat yang ditaruh di luar dalam keadaan sudah dibungkus, dikafani. Umumnya kan kalau mati syahid tidak dimandikan melainkan langsung dibungkus dan dimakamkan," ungkap Farid.

Farid menuturkan, sebelum berangkat ke Gaza, tim MERC yang ada di Indonesia secara intensif berkomunikasi dengan relawan di Gaza.

Dia mengakui ini bukan kali pertama pihaknya mengirimkan bantuan.

Pada 2009, MERC juga pernah mengirimkan bantuan serupa. Namun, Farid mengungkapkan bantuan medis kali ini terasa lebih sulit dan memakan waktu panjang.

"Kalau tahun 2009, kami hanya butuh waktu tiga hari untuk masuk ke Jalur Gaza. Kalau sekarang, sampai sekarang pun masih sulit," kata Farid.

Baca juga artikel terkait KONFLIK PALESTINA-ISRAEL atau tulisan lainnya dari Iftinavia Pradinantia

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Iftinavia Pradinantia
Penulis: Iftinavia Pradinantia
Editor: Intan Umbari Prihatin