Menuju konten utama

Menlu Prancis: Presiden Suriah Bohong Soal Serangan Kimia

Menlu Prancis Jean-Marc Ayrault menuduh Presiden Suriah Bashar al-Assad berbohong ketika menyatakan tuduhan soal serangan gas kimia di Kota Khan Sheikhoun merupakan hasil rekayasa.

Menlu Prancis: Presiden Suriah Bohong Soal Serangan Kimia
Menteri Luar Negeri Perancis Jean Marc Ayrault saat menyampaikan pidato pada forum diskusi "public address" di Auditorium Institut Perancis Indonesia (IFI), Jakarta, Selasa (28/2/2017). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.

tirto.id - Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault menuding Presiden Suriah Bashar al-Assad telah berbohong saat menyatakan bantahannya mengenai insiden serangan gas kimia di kota Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, Suriah.

Ayrault menyatakan tudingannya itu saat menggelar jumpa pers Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Beijing, Cina pada Jumat (14/4/2017) waktu setempat. Menurut dia, pernyataan Assad bahwa tuduhan ke pemerintahannya terkait serangan kimia di Idlib adalah hasil rekayasa, menyedihkan.

"Yang saya dengar adalah 100 persen bohong dan propaganda. Pernyataan itu 100 persen jahat dan sinis. Oleh karena itu kita harus mengakhirinya. Kita perlu gencatan senjata sejati," kata Ayrault dalam laporan Reuters yang dilansir Antara pada Jumat (14/4/2017).

Ayrault menambahkan kehancuran massal di Suriah selama perang saudara enam tahun adalah kenyataan dan bukan fantasi.

Dia berterimakasih kepada Cina yang dianggapnya telah mengambil posisi yang bijaksana di Dewan Keamanan PBB mengenai masalah ini. Sebaliknya Ayrault mengkritik Rusia yang terus membela pemerintah Suriah.

Tudingan Ayrault terkait dengan pernyataan Assad yang membantah telah mendalangi serangan gas kimia di kota Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, Suriah pada 4 April lalu. Assad menyatakan hal tersebut baru-baru ini dalam wawancara khusus dengan AFP yang dipublikasikan pada Kamis kemarin.

Assad mengatakan tudingan ke pemerintahannya terkait serangan kimia itu hanya untuk membenarkan serangan udara militer Amerika Serikat ke Suriah. Menurut Assad, tuduhan itu, "100 persen dibuat-buat (direkayasa)."

Dia berdalih militer Suriah sudah menyerahkan stok senjata kimianya kepada Badan Internasional PBB pada 2013. Assad menyatakan Suriah juga telah berjanji tidak akan menggunakan senjata kimia.

Selain itu, Assad mengklaim belum ada bukti kuat mengenai serangan gas kimia di Idlib melibatkan militer Suriah. Dia menegaskan hanya mengizinkan PBB sebagai pihak yang menginvestigasi serangan kimia itu.

Serangan gas kimia pada 4 April 2017 di kota Khan Sheikhoun menewaskan sedikitnya 87 orang, termasuk anak-anak. Insiden itu memicu kemarahan global. Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya menuding militer rezim Assad berada di balik serangan tersebut.

Militer AS, di bawah perintah Presiden Donal Trump, telah membalas serangan kimia itu dengan menghujani wilayah kekuasaan pemerintah Suriah dengan 59 misil Tomahawk. Serangan militer AS ini merupakan yang pertama selama terjadi perang saudara di Suriah dalam enam tahun terakhir.

Serangan militer AS itu membuat berang Rusia. Pemerintahan Vladimir Putin menuduh AS telah melanggar hukum internasional saat menyerang Suriah. Rusia balik menuduh para pemberontak di Suriah yang selama ini terindikasi menyimpan senjata kimia.

Baca juga artikel terkait KONFLIK SURIAH atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Politik
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom