tirto.id - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terus mendapat sorotan publik dalam beberapa hari terakhir. Di kepemimpinan Plt Ketua Umum PPP Mardiono, PPP mampu mendapatkan kader berlatar belakang eks militer hingga birokrat. Hal itu diumumkan saat Harlah PPP ke-50 yang dihadiri Presiden Jokowi pada Februari 2023 lalu.
Kemudian, PPP menerima kader potensial eks Partai Hanura yang dekat dengan eks Ketua Umum Partai Hanura Wiranto. Kader-kader potensial itu pun langsung mendapat tempat di PPP.
Tidak lama sebelum penerimaan simbolis kader eks Hanura, PPP mendeklarasikan dukungan kepada bakal capres PDIP Ganjar Pranowo sesuai hasil rakernas di Yogyakarta. PPP resmi mendukung Ganjar bahkan menyerahkan surat rekomendasi kepada PDIP. Padahal, PPP saat ini merapat ke Koalisi Indonesia Bersatu dengan Partai Golkar dan PAN.
Teranyar, muncul kabar bahwa eks kader Partai Gerindra Sandiaga Uno akan merapat ke PPP. Hingga saat ini, Sandiaga tidak secara blak-blakan merapat ke PPP. Namun, Sandi sudah lama berhubungan dengan kader-kader PPP, bahkan diisukan akan maju sebagai cawapres mendampingi Ganjar di Pemilu 2024.
Beragam momen politik tentu menarik jika dikaitkan dengan prediksi PPP lolos ambang batas parlemen (parliamentary treshold) di Pemilu 2024. Dalam berbagai survei, PPP kerap diisukan tidak lolos ambang batas parlemen di Pemilu 2024.
Berdasarkan Survei Indikator pada 19 April 2023 misalnya, PPP diprediksi hanya meraup 1,9 persen suara. Mereka kalah dari Partai Perindo yang 3,6 persen atau terpaut di bawah PAN yang diprediksi 2,1 persen. Survei lain seperti Charta Politica pada 27-30 April 2023 lalu, mereka mencatat angka keterpilihan PPP hanya 3,8 persen. PPP di bawah PAN yang lolos ambang batas parlemen di angka 4 persen.
Plt Ketua Umum PPP Mardiono tetap optimistis bahwa PPP akan lolos ke parlemen di Pemilu 2024. Ia melihat dari catatan sejarah masa lalu di mana partai berlambang ka'bah itu kerap diisukan tidak lolos, tetapi bisa lolos.
"Saya yakin dan PPP selama 50 tahun berdiri banyak yang prediksi pada 2014 PPP tak lolos, 2019 banyak pengamat kami tak lolos tetapi itu semua adalah menjadi cambuk, menjadi energi buat kami untuk kami kerja keras, tetapi kami yakin PPP karena kami kerja tentu kami yakin kader-kader kami meyakini," Kata Mardiono usai menghadiri acara silaturahmi dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Selasa (2/5/2023).
Analis politik dari SMRC Saidiman Ahmad mengakui bahwa PPP kerap mengalami penurunan suara. Hal ini tidak lepas dari kondisi politik nasional Indonesia yang mempengaruhi suara partai berlambang ka'bah itu.
"Pertama, memang secara umum segmen pemilih Islam semakin mengecil. Jadi kalau suara partai Islam seperti PPP mengecil, itu konsekuensi logis dari mengecilnya segmen pemilih Islam tersebut," kata Saidiman, Kamis (4/5/2023).
Faktor kedua adalah PPP lemah dari sisi ketokohan. Dalam beberapa pemilu, PPP tidak memiliki tokoh yang populer di tingkat nasional. "Sejauh ini, PPP lemah dari sisi ketokohan. Dalam beberapa Pemilu terakhir, PPP tidak mampu menghadirkan tokoh yang cukup populer di tingkat nasional," kata Saidiman.
Hal itu yang membuat PPP mengambil sikap dengan mendeklarasikan Ganjar maupun kemungkinan menarik Sandiaga Uno hingga menyandingkan dengan capres sebagai upaya PPP untuk menaikkan elektabilitasnya.
Namun, Saidiman mengingatkan bahwa suara PPP tidak serta-merta naik, apalagi pemilu saat ini diisi mayoritas pemilih pemula dan Gen Z. PPP, kata Saidiman, perlu sosialisasi lebih kuat, salah satunya dengan mengasosiasikan partai pada capres-cawapres yang didukung. Hal itu belum optimal dilakukan PPP sehingga masih ada ruang partai yang dipimpin Mardiono itu untuk meraup suara.
"Masih ada waktu dan kesempatan. Masih cukup banyak warga yang belum menentukan pilihan untuk partai. PPP sebenarnya punya modal yang cukup besar karena partai ini adalah partai lama dan relatif dikenal," kata Saidiman.
Sementara itu, analis politik dari Universitas Padjajaran Kunto Adi Wibowo menilai PPP jatuh di beberapa pemilu terakhir karena sejumlah faktor. Pada Pemilu 2019, PPP jatuh karena ketua umum partai Islam itu, yakni Romahurmuziy kala itu tersandung kasus korupsi. Hal itu melukai pemilih loyal Islam lantaran mencederai makna simbol ka'bah yang diusung partai.
"Kemarin 2019 PPP itu apes-apesnya karena ketumnya kena KPK sehingga itu mencederai sangat mencederai Bagaimana bisa partai Islam yang punya lambang ka'bah ketumnya korupsi. Jadi itu sangat mencederai citra PPP dan akhirnya banyak pemilih loyalnya yang (sebelumnya) memilih (PPP) tidak untuk memilih PPP," kata Kunto, Kamis (4/5/2023).
Kedua, seperti kata Saidiman, PPP adalah partai tanpa ketokohan kuat di tingkat nasional. PPP mirip dengan Golkar yang tidak memiliki tokoh sentral, tetapi Golkar punya banyak tokoh kuat di tingkat nasional. Tokoh kuat nasional itu mempengaruhi citra di tingkat nasional.
"Sedangkan PPP apalagi sejak Romi kena kasus korupsi, hampir tidak ada tokoh sentral di tubuh PPP, Pak Suharso Monoarfa yang kemarin didongkel itu juga walaupun dia menteri tapi enggak terlalu kelihatan kan, enggak jadi magnet bagi pemilih gitu," kata Kunto.
Di sisi lain, pemilih muslim saat ini mulai terbagi. Basis suara PPP mulai direbut oleh partai Islam lain seperti PKB, PKS maupun Partai Ummat dan PAN.
PPP, kata Kunto, perlu memposisikan ulang partai mereka selain mereka sudah punya modal kyai maupun nyai yang ada di pesantren-pesantren mereka.
Metode 'membajak' Sandiaga Uno (jika jadi) tidak serta-merta menjadi solusi masalah ketokohan nasional di tubuh partai yang berdiri sejak era Orde Baru itu. Ia beralasan, Sandi bukan lah kader didikan PPP karena dia adalah eks Partai Gerindra.
Ia yakin PPP bisa lolos Pemilu 2024 karena punya modal pemilih tradisional lama untuk mencapai 4 persen. Namun, PPP minim kader potensial dari internal sehingga sulit untuk meraup suara lebih. Di sisi lain, kehadiran Sandiaga maupun eks kader Partai Hanura bisa mengganggu harmonisasi di internal karena membentuk persaingan di bawah.
"Jadi menurut saya ada banyak strategi, tapi harus hati-hati dan matang untuk PPP bisa menghasilkan efek yang optimal dari Sandiaga Uno, dari kader eks Hanura dan dari misalnya, tadi positioning bagus PPP," tambahnya.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri