tirto.id - Pertanyaan “Apa lagu anak Indonesia terbaru?” atau “Siapa penyanyi anak yang saat ini populer?” menjadi sangat sulit dijawab dalam beberapa tahun terakhir. Entah mengapa lagu anak tak sepopuler dekade 90- an dan 2000-an awal, kita seolah tak memiliki penerus sosok-sosok penyanyi anak ikonik seperti Joshua, Tasya, Sherina, Chikita Meidy, Trio Kwek Kwek, atau lebih lawas lagi Chicha Koeswoyo.
Padahal, eksistensi lagu anak sangat penting, berdampak besar terhadap mental, kognitif, dan psikologis anak. Dalam spektrum yang lebih besar, tentu berdampak pada sebuah generasi.
Sebenarnya kita bukan kekurangan lagu anak, tetapi kehilangan momentum dalam merayakan lagu anak sebagai bagian dari keseharian. Menurut catatan Anugerah Musik Indonesia (AMI), dalam dua tahun terakhir jumlah lagu anak yang didaftarkan untuk AMI Awards mencapai 184 lagu (tahun 2023), dan 168 lagu (tahun 2024). Angka ini sangat masif, tetapi ke mana lagu-lagu itu bermuara? Sampaikah pada telinga anak-anak kita?
Pentingnya Lagu Anak
Lagu anak bukan sekadar musik biasa, melainkan punya peranan besar terhadap tumbuh kembang anak. Anak-anak belum memiliki kesadaran penuh terhadap sebab-akibat dari sebuah perilaku, di situlah lagu anak melalui lirik yang memuat nilai-nilai kehidupan yang positif turut membimbing anak-anak. Hal ini diamini psikolog anak Efnie Indrianie.
“Seringkali kalau kita menyanyikan lagu secara berulang, otomatis menyanyikan lagu secara refleks. Setelah refleks menyanyikan lagu, kata-kata dalam lagu itu terkunci di alam pra-sadar kita. Nah, dengan kata-kata terkunci di alam pra-sadar kita, itu memengaruhi kondisi psikis kita. Itulah pentingnya lagu anak memiliki lirik yang baik, berisi motivasi, dan penanaman value-value yang positif. Karena ketika menanamkan value itu melalui lagu dan dinyanyikan secara berulang tanpa disadari, itu akan terserap di alam pra-sadar,” ujar Efnie yang juga menulis buku Quantum Otak - 7 Rahasia Melejitkan KecerdasanAnak.
Fenomena lain terkait ini adalah pola konsumsi konten dan lagu anak melalui internet - khususnya YouTube - yang didominasi bahasa asing. Seringkali anak-anak terpapar lagu-lagu asing yang bukan menjadi bahasa ibu dalam fase pertama anak berkomunikasi. Ini menjadi persoalan tersendiri, karena hal itu tidak memberikan dampak terhadap pertumbuhan karakter anak. Singkatnya, mengganti lagu anak berbahasa Indonesia dengan lagu-lagu berbahasa asing tak selalu tepat.
“Lagu-lagu berbahasa asing akan bisa menggantikan lagu-lagu anak Indonesia kalau anak paham liriknya. Kalau anaknya bilingual mungkin dia akan sedikit menangkap artinya. Tetapi jika anak itu monolingual, atau bilingual bukan native. Misal anak bisa bahasa Jawa dan Indonesia, atau Sunda dan Indonesia, yang akan diserap anak nadanya saja. Tidak menyerap esensi dan meaning dari lagu itu karena tidak paham,” imbuh psikolog yang tengah menempuh studi doktoral di bidang Bio-Neuro-Psychology Radbound University, Belanda, itu.
Tak sedikit figur-figur publik yang merasakan dampak bagaimana lagu anak turut memberi pengaruh besar terhadap kehidupan mereka saat dewasa, salah satunya datang dari grup musik RAN.
“Dulu sangat mendengarkan lagu-lagu anak. Dan banyak juga memori yang melekat dengan lagu anak. Bahkan mungkin secara musikalitas sangat memperkaya musikalitas kami. Hari-hari jadi ceria misalkan berangkat sekolah dengerin lagu anak happy banget. Atau liburan dengerin kaset lagu-lagu anak. Intinya sih membuat masa kecil kami lebih fun,” ungkap Asta Andoko, satu dari tiga personel RAN.
Lagu Anak Bagian dari Kultur Pop Orang Indonesia
Patutlah kita berbangga karena punya sejarah lagu anak yang panjang. Mulai dari folksong anak atau nursury rhymes yang kerap dilagukan orang tua atau kakek-nenek kita, sampai industri pop anak yang terbentuk sejak era 1970-an seiring menjamurnya rilisan musik format kaset yang terjangkau.
Era itu bermunculan penyanyi anak seperti Adi Bing Slamet, Chicha Koeswoyo, Yoan Tanamal, dan juga band atau penyanyi dewasa pun banyak yang merilis lagu anak. Ceruk industri yang besar membuat kancah lagu anak menjadi bisnis yang menjanjikan.
Mendongkrak kembali semarak lagu anak tentu bukan pekerjaan mudah yang bisa diselesaikan satu atau dua pihak saja. Diperlukan peran kolektif untuk membuat lagu anak Indonesia kembali berjaya. Sayangnya, tidak semua pihak terkait punya kemauan untuk itu.
Sesekali, upaya ini datang dari para musisi yang prihatin. Seperti Titiek Puspa yang menggagas grup anak Duta Cinta, atau Erwin Gutawa yang pernah menggarap kolektif Di Atas Rata-Rata yang mengumpulkan anak-anak berbakat musik dari seluruh Indonesia. Sayangnya, upaya-upaya ini mendapat banyak tantangan soal keberlanjutannya. Seringkali niatan menggelorakan lagu anak tak bersambut popularitas dan sukses komersial. Dengan kata lain, ini adalah jalan sunyi industri musik.
Pengamat musik David Tarigan berpendapat popularitas lagu anak sangat tergantung dari hook lagu, dan kemudian bagaimana membuat lagu itu dapat dijangkau anak-anak secara luas melalui mekanisme distribusi dan strategi pemasaran musik.
“Ada persoalan soal distribusi, ada persoalan yang esensial yang memang teknis seperti hook-hook lagu anak, karena lagu anak sangat penting hook dari lagunya. Kalau ingin membuat lagu anak sekali lagi penting membuat hook yang nyangkut di kepala anak. Hal yang mudah diingat. Jika memang sudah sesuai dan ada eksposur, bisa saja jadi populer. Tetapi, dalam masa sekarang apakah mungkin pebisnis atau pengusaha mengeluarkan modal atau investasi untuk lagu anak?” tukas David.
David juga berpendapat untuk memantik kembali popularitas dan tren lagu anak dalam industri musik secara umum diperlukan semangat kolektif dari berbagai pihak. Termasuk musisi-musisi dewasa yang punya inisiatif merilis lagu anak.
“Untuk membuat industri lagu anak semarak lagi tidak bisa datang dari satu pihak saja, kalau ada inisiatif yang kolektif, ramai-ramai kembali meramaikan lagu anak dengan disadari secara sengaja atau tidak, itu mungkin menarik,” kata David.
Upaya kolektif membangkitkan kembali semarak lagu anak memang jadi tanggung jawab bersama, meski kita tidak bisa memaksa para pelaku industri dan musisi-musisi yang telah mapan untuk turut ambil peran urusan ini. Tetapi selalu ada musisi yang melihat persoalan ini sebagai tanggung jawab moral - di samping tujuan komersial. Beberapa dari mereka yang turut serta meramaikan lagu anak antara lain Naif yang merilis album Bonbinben (2008), dan secara terpisah dalam momen-momen waktu berbeda lahir lagu anak dari grup musik Mocca, dan bahkan muncul gerakan “Save Lagu Anak” pada 2016 yang terdiri dari para mantan penyanyi cilik.
Terbaru, RAN juga menunjukkan kepeduliannya terhadap ranah ini. Trio RAN akan merilis album anak berjudul RAN For Your Kids pada 23 Juli 2024. Album berisi delapan track ini terdiri dari empat lagu dan empat track voice over dari Kak Seto. Lagu ikonik “Macet Lagi” yang identik dengan karakter Si Komo pun turut dihidupkan kembali dengan konteks yang lebih relevan.
RAN tidak serta-merta merilis RAN For Your Kids sebagai album musik saja. Tetapi, mereka juga hadir lebih dekat ke dunia anak lewat karakter dalam video musik yang akan dirilis. Aktivasi lain juga akan dilakukan sebagai upaya RAN mengangkat kembali isu lagu anak, salah satunya dengan piknik di Urban Forest Cipete.
“Awalnya berangkat dari kegelisahan kami melihat banyaknya anak-anak yang menyanyikan lagu dengan muatan lirik dewasa. Kami rasa mungkin itu semua terjadi juga karena minimnya pilihan lagu anak-anak dewasa ini. Mengingat semboyan kami ‘RAN FOR YOUR LIFE,’ kenapa tidak kita coba saja untuk mewadahi masalah itu. Sekaligus mengingatkan mereka bahwa RAN memang ingin hadir ke dalam setiap fase hidup pendengarnya. Dari mulai ABG, pacaran, nikah, bahkan sampai ke anak-anaknya,” ungkap Nino.
Selain itu, RAN juga memiliki lagu-lagu ramah anak yang sejalan dengan spirit menanamkan nilai-nilai positif pada anak.
“Kami concern dan kami ingin berbuat sesuatu, kami tidak ingin diam saja dan kami ingin memberi sumbangsih di dunia musik anak-anak Indonesia. Dan kami juga memiliki lagu-lagu yang cocok juga untuk didengarkan anak-anak seperti 'Selamat Pagi,' 'Sepeda,' dan 'Dekat di Hati,’” ujar Rayi.
Menyulut kembali semarak lagu anak memang pekerjaan yang besar dan menantang, tetapi bukan tak mungkin pertanyaan tentang “Apa lagu anak Indonesia terbaru?” atau “Siapa penyanyi anak yang saat ini populer?” menjadi sangat mudah kita jawab karena lagu-lagu anak memang bagian dari kultur pop dan keseharian kita, meski pun sebagai orang dewasa. []
Editor: Siaran Pers