Menuju konten utama

Menilik Calon KSAD Pengganti Andika Perkasa Usai Jadi Panglima TNI

Jika pemilihan calon KSAD mempertimbangkan regenerasi kepemimpinan, maka nama-nama jenderal bintang 3 yang layak mengerucut pada dua nama.

Menilik Calon KSAD Pengganti Andika Perkasa Usai Jadi Panglima TNI
Sejumlah prajurit TNI AD berjalan Long March menuju Stasiun Kereta Api Tanjungkarang, Bandar Lampung, Lampung, Kamis (4/11/2021). . ANTARA FOTO/Ardiansyah/hp.

tirto.id - Rapat paripurna DPR RI menyepakati Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai Panglima TNI menggantikan Hadi Tjahjanto yang pensiun per 8 November 2021. Menantu mantan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) A.M. Hendropriyono itu hanya tinggal menunggu dilantik oleh Presiden Joko Widodo.

Kini, sorotan publik tertuju pada nama suksesor Andika sebagai KSAD. Hal ini tidak terlepas dari pernyataan Menteri Sekretaris Negara Pratikno yang mengatakan pemilihan KSAD berlangsung setelah pelantikan Andika Perkasa sebagai panglima.

“Belum, nanti ada [nama] saat pergantian panglima, pelantikan [Andika]. Nah itu tentu saja harus segera pengisian KSAD yang baru,” kata Pratikno usai menyerahkan surat presiden (surpres) pengusulan Andika sebagai kandidat Panglima TNI ke DPR, di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (3/11/2021).

Politikus PDIP sekaligus anggota Komisi I TB Hasanuddin menyatakan, ada 6 jenderal bintang tiga yang berpotensi kuat sebagai KSAD. Enam nama yang dimaksud adalah Wakasad Letjen Bakti Agus; Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman; Kepala Staf Umum TNI Letjen Eko Margiyono; Kepala BAIS TNI Letjen Joni Supriyanto; Komandan Pusat Teritorial TNI AD Letjen Teguh Arief Indratmoko; dan Komandan Pusat Persenjataan Infanteri TNI AD Letjen Arif Rahman. Dari 6 nama tersebut, ia menyebut kebanyakan KSAD berasal dari kursi Pangkostrad maupun Wakasad.

Pemerhati militer sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menyebut kandidat bintang 3 tidak hanya 6, tetapi ada belasan. Namun, tidak sedikit dari belasan kandidat tersebut mempunyai masa aktif pendek dengan rentang beberapa bulan hingga satu tahun.

Jika memang pemilihan kandidat KSAD mempertimbangkan regenerasi kepemimpinan, apalagi KSAD berpeluang menjadi panglima, kata Fahmi, maka nama-nama jenderal bintang 3 yang layak pun mengerucut pada dua nama.

“Artinya kalau kita melihat itu yang mungkin, yang paling mungkin kira-kira tinggal dua nama, paling ideal tinggal 2 nama, ada Dudung Pangkostrad terus Eko Margiyono Kasum TNI,” kata Fahmi kepada reporter Tirto, Selasa (9/11/2021).

Menurut Fahmi, Eko dan Dudung memiliki kapasitas yang baik sebagai prajurit. Kekayaan pengalaman jabatan pun baik karena mereka pernah di satuan tempur, pernah memimpin teritorial, pernah di lembaga pendidikan hingga lingkungan intelijen.

Sebagai catatan, kata Fahmi, Eko Margiyono dan Dudung pernah duduk di kursi yang sama meski di tahun berbeda. Mereka pernah menjabat Gubernur Akmil, Pangdam Jayakarta, dan kursi Pangkostrad.

Dari segi waktu pensiun, Eko yang kini Kasum TNI pensiun pada 12 Mei 2025, sementara Dudung yang merupakan Pangkostrad memasuki masa pensiun pada 19 November 2023. Jika berbasis regenerasi, maka waktu pensiun kedua kandidat ini mendekati 2 jenderal bintang 4 lain, yaitu KSAL Laksamana Yudo Margono dan KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo. Fadjar pensiun pada 9 April 2024 dan Yudho pada 26 November 2023.

“Dua nama ini menjadi paling berpeluang kalau kita mempertimbangkan regenerasi,” kata Fahmi.

Jika tidak mempertimbangkan regenerasi, maka kedua nama tersebut tetap masuk. Akan tetapi nama Wamenhan Letjen Herindra masuk sebagai kandidat ketiga. Herindra, Dudung dan Eko memiliki kapasitas dan dukungan politik yang kuat, kata Fahmi.

Dudung memiliki nilai lebih karena punya kedekatan dengan PDIP dan diduga kuat dekat dengan Istana. Nama Eko pun menjadi pertimbangan yang menarik karena dia bisa menjadi perpanjangan pemerintah dalam menjaga politik 2024 dengan alasan waktu pensiun yang lebih panjang.

Sementara itu, kata Fahmi, Herindra kini bekerja sama dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang notabene Ketua Umum Partai Gerindra. Ia juga mantan Danjen Kopassus, Kasum TNI dan teman angkatan Andika yang kini menjadi Panglima TNI.

Fahmi tidak menutup kemungkinan potensi “sodokan” dari bintang 2 akan menjadi KSAD. Hal ini tidak terlepas dari kekosongan kursi Kepala BNPB dalam waktu dekat. Sebagai catatan, Letjen Ganip Warsito yang kini menjabat Kepala BNPB akan masuk masa pensiun pada 20 November 2021.

Mengacu pada keterangan Pratikno tentang pemilihan Kepala BNPB saat penunjukan Ganip bahwa Kepala BNPB harus TNI aktif, Fahmi menduga jenderal bintang 3 akan bergeser ke lembaga penanganan bencana tersebut.

Jika jenderal bintang 3 yang bergeser dari matra darat, maka kursi bintang 3 di TNI AD akan kosong. Dari daftar nama jenderal bintang 2 yang ada, Fahmi sebut ada dua kandidat yang layak promosi menjadi bintang 3, salah satunya menantu Luhut Binsar Pandjaitan, Maruli Simanjuntak.

“Di jajaran bintang 2 ini ada beberapa nama dari generasi 90-an yang kira-kira menarik dipromosi ke bintang 3. Ada Adhi Makayasa 91 Pak Nyoman Cantiasa, ada Maruli Simanjuntak. Itu generasi 90-an yang sudah layak promosi bintang 3,” kata Fahmi.

I Nyoman Cantiasa berpeluang promosi bintang 3 karena pernah menduduki jabatan penting seperti Danjen Kopassus hingga kini menjadi Pangdam XVIII Kasuari. Sementara Maruli juga pernah menjadi Danpaspamres yang selalu bersama Jokowi selama 2018-2020. Maruli juga merupakan eks Danrem 074/Warastratama yang bermarkas di Solo. Kini, Maruli menjabat sebagai Pangdam IX Udayana.

Menurut Fahmi, situasi tersebut bisa membuat jenderal bintang 2 menjadi KSAD. Ia pun mengingatkan bahwa kursi KSAD bisa saja kosong dan diisi dengan penunjukan Wakasad. 'Kekosongan' tersebut pernah terjadi saat Hadi dilantik sebagai panglima sejak 17 Januari 2018 hingga Marsekal Fadjar Prasetyo dilantik sebagai KSAU pada 20 Mei 2020. Selama sekitar 4 bulan, kursi KSAU dipegang oleh Marsekal TNI Yuyu Sutisna yang sebelumnya menjabat sebagai Wakasau dan menjadi KSAU hingga akhirnya digantikan oleh Fadjar Prasetyo.

“Peluangnya memang tidak besar ya, tapi bukan tidak mungkin walaupun peluangnya tidak besar. Toh Pak Andika dulu jadi Pangkostrad cuma sebentar kan?” kata Fahmi.

Terlepas dari siapa kandidat yang layak, Fahmi menekankan bahwa pemilihan KSAD berbeda dengan pemilihan Panglima TNI. Jokowi leluasa memilih dan mempertimbangkan kandidat KSAD meski Andika sebagai panglima bisa memberikan pertimbangan dalam pemilihan kursi matra darat nomor 1. Ia meyakini, Jokowi kali ini akan memilih KSAD sesuai kebutuhannya.

“Kalau sekarang Pak Jokowi punya perspektif sendiri, punya frekuensinya sendiri untuk jenderal-jenderal yang dianggapnya layak, mumpuni dan punya kedekatan. Dia punya subjektivitas sendiri sehingga ini akan lebih dinamis," kata Fahmi.

Fahmi menambahkan, “Tinggal mengerucut kalau mementingkan regenerasi, ya tinggal 2 nama dan atau opsi lain memproyeksikan bintang 2 ke bintang 3 terus dalam waktu yang singkat ke bintang 4. Kalau tidak mempertimbangkan regenerasi 3 nama, Pak Dudung, Pak Eko dan Pak Herindra,” kata Fahmi.

Sementara itu, Analis Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam enggan menduga-duga nama kandidat yang layak menjadi KSAD pengganti Andika. Ia mengakui bahwa dari daftar nama-nama seperti Herindra maupun Dudung kuat dan layak lantaran punya dukungan politik.

Akan tetapi, kata Arif, Jokowi punya pakem dalam memilih pejabat meski faktor yang menjadi pertimbangan adalah soal profesionalisme maupun dukungan politik.

“Kalau unsur profesional, terus pihak politik, terus pernah kerja sama, itu saya kira kerap menjadi pertimbangan Jokowi dalam memilih jabatan politik yang ditunjuk langsung oleh presiden," kata Arif kepada reporter Tirto, Selasa (9/11/2021).

Pernyataan Arif bukan tanpa alasan. Ia mencontohkan bagaimana Jokowi memilih Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI atau Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolri. Hadi dan Sigit sebelumnya merupakan orang yang bekerja sama dengan Jokowi saat masih menjadi Walikota Solo.

Arif pun menilai wajar bila Jokowi memilih berbasis pengalaman. Ia pun tidak memungkiri Andika akan membawa pengaruh dalam pemilihan KSAD. Akan tetapi, ia meyakini 3 kriteria tersebut akan memperbesar potensi keterpilihan sebagai KSAD.

“Saya tidak akan menyebut nama jenderal yang masuk, tetapi 3 kriteria itu yang menjadi hitung-hitungan Jokowi untuk memilih siapa panglima TNI, KSAD, Kapolri, jabatan-jabatan yang melekat dengan hak prerogatif presiden," tegas Arif.

Baca juga artikel terkait KSAD atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz