Menuju konten utama

Menggiring Buruh untuk Membenci Ahok

Pengurus KSPI memobilisasi buruh untuk melakukan gerakan politik di Jakarta. Mereka ikut turun dalam "Aksi Bela Islam" dan mendukung pasangan Anies-Sandiaga.

Menggiring Buruh untuk Membenci Ahok
Puluhan karangan bunga dari warga untuk Ahok-Djarot di Silang Monas dibakar oleh para demonstran saat aksi memeperingati Hari Buruh Internasional, Jakarta, Senin, (1/5). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - “DKI ini kotor. Kita harus jantan. DKI ini kotor. Harus dibersihkan... harus dibersihkan.” Seorang orator berteriak lewat pelantang suara di atas mobil komando aksi May Day di depan Balai Kota Jakarta.

"Jadikan satu tumpukan. Jadikan satu titik. Kita bersihkan balai kota dari ucapan-ucapan yang tidak jelas..."

Di Jalan Medan Merdeka Selatan itu, sebagaimana banyak direkam lewat video, massa buruh yang mengenakan seragam kaos hitam dan lengan panjang merah membawa dan menyeret karangan bunga untuk Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama, yang tampaknya dikirim oleh para pendukungnya, setelah sang petahana kalah dalam pertarungan sengit Pilkada DKI Jakarta.

Kepulan asap segera membumbung di badan jalan. Sang orator berkali-kali memprovokasi massa, sementara sebagian yang lain—orang-orang di sekitar lokasi termasuk para polisi—menonton aksi bakar karangan bunga tersebut.

“Kita mau buat sejarah baru, kita mau (per)lihatkan sama Ahok bahwa kita LEM SPSI membersihkan Jakarta. Setuju? Setuju?”

Siang itu, di tengah perayaan May Day 2017, buruh dari Forum Serikat Pekerja Logam Elektronik dan Mesin Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, atau disingkat FSP LEM SPSI, dari DKI Jakarta malah sibuk bergumul dengan aksi bakar-membakar karangan bunga. Mereka bersitegang dengan aparat penegak hukum yang mencoba memadamkan api.

(Baca: Kisah Pembakaran Karangan Bunga untuk Ahok di Aksi May Day)

Aksi itu jadi sorotan setelah rekaman video dari orang-orang di sekitar lokasi menyebar di media sosial. Karena aksi itu, May Day 2017 agak tercoreng dan mengesankan sesuatu yang beringas padahal sama sekali tidak mewakili semua elemen kelas pekerja yang tumpah di Jakarta pada hari libur itu.

Tak pelak aksi FSP LEM SPSI itu memunculkan indikasi dukungan politik mereka kepada pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam kontestasi Pilkada Jakarta. Namun, hal itu dibantah oleh FSP LEM SPSI Jakarta Utara, Dadan Muldan. Ia menjelaskan, aksi itu sama sekali tak berhubungan dengan dukungan serikat sektoral SPSI pada Pilkada lalu, dan menyebutnya sebagai "aksi spontanitas."

"Kita spontanitas, kita sampaikan kepada Pemda DKI Jakarta: Ini permasalahan ada apa? Kan, semestinya kantor Balai Kota harus bersih dari segala macam hal," kata Dadan. Alasan mereka membakar karangan bunga karena "mengganggu ketertiban umum."

Said Iqbal, presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), menjelaskan tak tahu mengenai aksi pembakaran bunga oleh para buruh LEM SPSI. Saat aksi itu, ia sedang beristirahat di dalam mobil karena sakit di dekat Gedung Kantor Berita Antara, sekitar 500 meter dari lokasi kejadian. Iqbal kemudian pergi kantor MNC Media, sekitar 2 menit dengan kendaraan, untuk mengisi acara bincang-bincang. Ia bilang aksi itu tidak melibatkan KSPI.

“Setelah selesai aksi jam 17.00, saya diberitahu kawan-kawan wartawan tentang pembakaran bunga tersebut. Dan saya cek ke bawah, kawan FSPMI dan KSPI tidak ada yang terlibat,” ujar Said Iqbal melalui pesan pendek, kemarin (7/5). Ia menegaskan dukungan politik FSP LEM SPSI kepada pasangan Anies-Sandiaga dalam Koalisi Buruh Jakarta tidak punya kaitan dengan aksi bakar karangan bunga untuk Ahok.

“Tidak ada hubungannya, Bung,” kata Iqbal.

Mendukung Anies-Sandiaga

Tergabung dalam Koalisi Buruh Jakarta bersama 12 serikat pekerja lain, FSP LEM SPSI mendukung kandidat Anies-Sandiaga, pemenang Pilkada Jakarta. Pada 1 April, dua minggu sebelum pencoblosan, mereka mendeklarasikan dukungan di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra.

Koalisi Buruh Jakarta terdiri FSPMI (Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia) DKI Jakarta, FSP LEM SPSI DKI Jakarta, ASPEK Indonesia Provinsi DKI Jakarta, SPN DKI Jakarta, FSP KEP KSPI, Forum Guru Tenaga Honorer dan Swasta, FSP FARKES Reformasi DKI Jakarta, SP PPMI KSPI, FSP Pariwisata Reformasi, FSPASI, FSUI, dan SPOI.

Sebelum menyatakan diri mendukung pasangan Anies-Sandiaga di kantor DPP Gerindra, koalisi serikat pekerja yang berafiliasi dengan KSPI ini mendatangi kantor DPW Partai Keadilan Sejahtera di daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat, 30 Maret 2017.

Mereka yang hadir di antaranya Tubagus Arif (anggota DPRD DKI Jakarta dari PKS), Arief Wicaksono (Ketua Bidang Pekerja Petani dan Nelayan/ BPPN DPW PKS DKI Jakarta), Adang Sudrajat (anggota DPR RI Komisi Ketenagakerjaan dan Ketua BPPN DPP PKS), dan Muhammad Rusdi (wakil presiden KSPI). Sementara koordinator Koalisi Buruh diwakili oleh Winarso. Dalam acara itu Sandiaga Uno turut hadir. Dua hari kemudian dukungan Koalisi dideklarasikan oleh Said Iqbal di kantor DPP Gerindra.

Alasan Koalisi mendukung Anies-Sandiaga karena penetapan upah tak pernah diperjuangkan oleh Ahok selama memimpin Jakarta.

Kahar S. Cahyono, Ketua Departemen Komunikasi dan Media KSPI, mengatakan dukungan tersebut bukan sikap organisasi. Pihaknya mendukung Anies-Sandiaga karena pasangan itu "mau menandatangani kontrak politik" dengan buruh. Kontrak politik itu disebut “Sepultura”, akronim "sepuluh tuntutan rakyat" yang salah satu poinnya soal penanganan upah murah.

“Kalau DKI Jakarta itu ada kontrak politik Sepultura dengan Anies-Sandi, sementara dengan sebelah (Ahok-Djarot) sulit sekali untuk mendapatkan kontrak politik,” ujar Kahar melalui sambungan telepon.

Ia mengklaim, sebelum melakukan kontrak politik, para pengurus KSPI sudah melakukan komunikasi dengan Ahok-Djarot.

Kahar menjawab soal aksi buruh KSPI yang lebih cenderung tajam mengkritisi Ahok maupun Presiden Joko Widodo. “Karena kebetulan Jokowi dan Ahok representasi dari kekuasaan. Presidennya Jokowi dan Ahok Gubernurnya. Jadi secara bentuk tuntutan dan protes, kita arahkan ke Pak Jokowi dan Ahok sebagai penguasa saat ini.”

INFOGRAFIK HL Serikat Buruh anies- sandi

Caleg PKS di KSPI dan Pendukung Prabowo

Di balik mobilisasi elemen serikat buruh KSPI mendukung Anies-Sandiaga, jauh sebelumnya, menjelang 2016, organisasi buruh yang dikomandani oleh Said Iqbal ini ikut mengerahkan massa ke Jakarta soal isu sentimen agama.

Para pengurus elemen KSPI membuat koalisi para buruh berupa Gerakan Pekerja Indonesia (GPI) dan Gerakan Pekerja Muslim Indonesia (GPMI) buat ikut memainkan sentimen agama. Mereka berperan memobilisasi para buruh buat ikut terjun ke Jakarta saat demonstrasi apa yang disebut Aksi Bela Islam.

Bendera Gerakan Pekerja Muslim Indonesia berkibar saat Aksi Bela Islam III atau lebih dikenal dengan “Aksi 212”. Selain bendera GPMI, bendera FSPMI juga ikut berkibar di aksi massa yang menuntut Ahok segera dipenjara itu.

Para pengurus KSPI ini pun adalah pengurus elemen sektor yang tergabung dalam Koalisi Buruh Jakarta.

Para pengurus itu menjadi presidium GPI buat ikut Aksi Bela Islam. Mereka adalah Ahmad Jazuli, Ashary, Didi Suprijadi, Herry Hermawan, Iswan Abdullah, Muhamad Rusdi, Mirah Sumirat, Riden Hatam Azis, Roro Dwi Handyani, Sabda Pranawa Djati, Winarso, dan Yulianto.

Muhamad Rusdi tercatat sebagai wakil presiden KSPI. Ia juga hadir saat "silaturahmi" Koalisi Buruh Jakarta menemui Bidang Buruh Petani dan Nelayan DPW PKS DKI Jakarta. Ketika kasus dugaan makar mencuat pada akhir tahun lalu, Rusdi pernah diperiksa sebagai saksi dari tersangka makar Ratna Sarumpaet.

Sementara Mirah Sumirat adalah presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK), salah satu elemen sektor pekerja KSPI. Mirah beberapa kali melontarkan isu "serbuan tenaga asing" yang masuk ke Indonesia. Riden Hatam Azis adalah Sekjen FSPMI yang mendampingi Said Iqbal. Saat menjabat Ketua DPW FSPMI Banten, Hatam pernah mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kabupaten Tangerang yang diusung PKS.

Nama lain adalah Yulianto, Ketua DPD FSP Logam Elektronik dan Mesin SPSI DKI Jakarta, dan Sabda Pranawa Djati, Sekjen asosiasi serikat pekerja Indonesia (Aspek), yang pernah menyatakan diri mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014.

Sementara Iswan Abdulah ialah Ketua Departeman Pengupahan dan Jaminan Sosial KSPI periode 2012-2017. Iswan pernah menjajal calon legislatif untuk daerah pemilihan Jawa Barat VII dari PKS. Adapun Didi Suprijadi, ketua Majelis Nasional KSPI periode 2017-2022 dan ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), pernah menjabat sebagai wakil presiden KSPI dan pernah mengkritik Anies Baswedan ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan.

Kahar S. Cahyono, yang ikut dalam gerakan buruh pada Aksi Bela Islam, mengatakan pelbagai spektrum dukungan politik itu tak ada kaitan dengan konfederasi yang dipimpin Said Iqbal. Ia menjelaskan, meski para pengurus sektor pekerja yang terafiliasi KSPI mendukung aksi jalanan anti-Ahok dan meneken "kontrak politik" dengan Anies-Sandiaga, hal itu "bukan sikap organisasi."

“Secara organisasi, KSPI tidak termasuk di dalam situ,” kata Kahar, menambahkan bahwa dukungan politik itu bersifat individu, sekalipun mereka pengurus elemen KSPI.

Ia menjelaskan, kasus pembakaran karangan bunga yang lantas dikaitkan dengan KSPI dan Partai Keadilan Sejahtera sama sekali tak memiliki dasar.

Banyak anggota KSPI dari berbagai partai, kata Kahar. Bahkan, pada pemilihan legislatif 2014, banyak anggota KSPI yang ikut maju melalui banyak partai, dari PDI Perjuangan, PAN, PKS, hingga Hanura.

“Tidak hanya ke PKS. Yang jadi di Bekasi, kita bisa meloloskan dua orang, kader dari PDI (Nyumarno) dan Nurdin (Muhidin) dari PAN. Jadi tidak benar secara hierarki kita menjadi underbouw-nya PKS,” ujarnya.

“KSPI sama sekali tak berhubungan dengan partai,” kata Kahar, menegaskan.

Baca juga artikel terkait GERAKAN BURUH INDONESIA atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Politik
Reporter: Arbi Sumandoyo
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Fahri Salam