Menuju konten utama

Mengenang RS Apung dr. Lie Dharmawan yang Terggelam di Perairan NTB

RS Apung yang digagas dr. Lie Dharmawan dilaporkan tenggelam di perairan NTB. Bagaimana perannya sejak berlayar pada 2013?

Mengenang RS Apung dr. Lie Dharmawan yang Terggelam di Perairan NTB
Anak Buah Kapal (ABK) mempersiapkan RS Apung dr Lie Dharmawan saat acara peresmian di Dermaga Pantai Mutiara, Jakarta Utara, Kamis (6/6). ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

tirto.id - Rumah Sakit Apung yang digagas oleh dr. Lie Dharmawan dilaporkan tenggelam pada Rabu (16/7/2021) di perairan Nusa Tenggara Barat (NTB). Rumah sakit apung ini banyak melakukan pelayanan di wilayah-wilayah terpencil Indonesia.

"Untuk Rumah Sakit Apung dr. Lie Dharmawan yang baru saja karam, izinkan saya mengucapkan selamat jalan. Belasan tahun kamu setia mengiringi setiap misi yang kita lakukan untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, beristirahatlah engkau di tempat yang telah ditentukan oleh Tuhan. Terima kasih," kata dr Lie lewat video yang diunggah akun Instagram Doctor Share pada Jumat (18/6/2021).

Kapal itu sedang melakukan pelayanan di Pulau Tenau, Nusa Tenggara Timur. Begitu selesai, kapal bergerak menuju Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Namun nahas, di tengah perjalanan kapal itu karam.

Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Seluruh awak dan tenaga kesehatan diselamatkan oleh kapal Niki Sejahtera dan dibawa ke Surabaya.

"Terima kasih juga kepada kru kapal motor Niki Sejahtera yang telah menyelamatkan kru rumah sakit apung dengan mengambil mereka dari tengah laut dan membawa mereka berlayar menuju Surabaya," kata Lie.

Walaupun kapal tenggelam, Lie bertekad untuk tidak berhenti melayani. Ia akan berusaha untuk menghadirkan kapal pengganti dalam tempo sesingkat-singkatnya.

"Rumah sakit apung kita yang satu boleh karam, tetapi kita akan menggantikannya dengan sebuah rumah sakit apung lainnya dan kita akan tetap memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan," kata Lie.

Rumah Sakit Apung dr Lie Dharmawan mulai berlayar sejak 2013. Awalnya, kapal itu hanya kapal barang berukuran 23,5 meter x 6,5 meter, lalu kemudian dimodifikasi menjadi rumah sakit apung yang memiliki fasilitas mumpuni, antara lain fasilitas elektrokardiogram (EKG), Ultrasonografi Medis (USG), laboratorium, kamar operasi, ruang resusitasi, dan ruang pemeriksaan pasien.

Selain itu, rumah sakit ini diawaki oleh 18-22 personel, di antaranya dokter umum, dokter anestesi, dokter kandungan dan kebidanan, dokter gigi, dokter spesialis bedah, perawat bedah, perawat anestesi, perawat, bidan, dan apoteker.

Sepanjang 2020 lalu, Rumah Sakit Apung berlayar ke 12 lokasi terluar, terjauh, dan tertinggal untuk melayani masyarakat. Di antaranya, Distrik Senayang di Kepulauan Riau, Distrik Semau di NTT, Distrik Tanimbar Kei, Distrik Agats, di Papua, Distik Gane di Maluku Utara, dan Distrik Lembe di Sulawesi Utara.

Pada 2019 tak kurang dari 3.713 perawatan dan konsultasi pasien dilakukan di atas rumah sakit apung. Sebanyak 160 bedah mayor, 437 bedah minor, dan 266 perawatan gigi pun dilakukan di atas kapal.

Baca juga artikel terkait RUMAH SAKIT APUNG atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Abdul Aziz