tirto.id - Rumah banjar atau rumah ba'anjung merupakan rumah penduduk asli masyarakat Banjar Kalimantan Selatan. Saat ini rumah banjar menjadi salah satu warisan budaya di provinsi tersebut.
Seperti sebagian besar rumah adat di Indonesia, rumah banjar memiliki bentuk dan ciri khas yang dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat Banjar. Menurut Hartatik, dalam studinya yang rilis pada 2016, suku Banjar memiliki sejarah yang menarik.
Kata "banjar" diambil dari sistem politik pemerintahan lampau, yaitu Kesultanan Banjar. Oleh karena itu, suku Banjar dianggap sebagai masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah politik Kerajaan Banjar dan beragama Islam.
Wilayah tempat tinggal masyarakat Banjar berdampingan suku lainnya, yaitu Melayu dan Dayak. Hal inilah yang menyebabkan produk kebudayaan masyarakat Banjar, termasuk rumah adat, dipengaruhi percampuran ketiga suku.
Rumah adat sendiri didefinisikan sebagai rumah dari penduduk asli suatu wilayah atau daerah. Menurut e-modul "Bersama Meskipun Beragam" keberagaman bentuk suatu rumah adat menunjukkan ciri khas kehidupan penduduk di sebuah wilayah.
Bentuk dan Struktur Rumah Banjar Kalimantan Selatan
Rumah banjar merupakan salah satu jenis rumah adat berbentuk panggung. Hal ini berkaitan dengan wilayah tinggal masyarakat Banjar zaman dulu, yaitu di dekat rawa atau pinggiran sungai. Rumah panggung dapat melindungi penghuninya dari pasang surut air serta hewan-hewan buas.
Struktur utama rumah dibuat menggunakan kayu ulin. Kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu yang banyak ditemui di pulau Kalimantan. Kayu ulin memiliki ketahanan dan kekuatan yang luar biasa, sehingga dijuluki sebagai kayu besi.
Jenis kayu ini juga memiliki ketahanan air yang sangat baik, sehingga cocok dijadikan struktur bangunan yang berlokasi di area basah atau rawan banjir.
Rumah banjar memiliki dua bentuk atap, yaitu membumbung tinggi ke langit dan memanjang ke depan serta ke belakang. Antap yang melancip ke atas disebut dengan bubungan tinggi. Sementara atap yang memanjang ke depan disebut atap sindang langit dan ke belakang disebut atap hambin awan.
Bagi masyarakat Banjar, bentuk atap tersebut melambangkan kekuasaan. Hal ini karena zaman dulu, bentuk rumah banjar difungsikan sebagai bangunan istana atau keraton.
Badan rumah banjar ditopang dengan pondasi berupa tiang-tiang tinggi. Mengingat rumah merupakan rumah panggung, akses masuk ke dalam rumah memanfaatkan anak tangga.
Keunikan Rumah Banjar Kalimantan Selatan
Rumah banjar memiliki keunikan berupa ukiran-ukiran yang menghiasi sekeliling rumah. Motif-motif yang menghiasi badan rumah dapat berupa flora, fauna, geometris, serta kaligrafi yang terinspirasi dari Al-Quran.
Menurut Kiki Ratnaning Arimbi dalam e-book "Berselancar ke-34 Rumah Adat, Yuk!" ukiran-ukiran pada rumah banjar berciri khas Hindu-Budha dan Islam.
Selain motif ukiran, keunikan rumah banjar dapat dilihat dari perhitungan depa dalam jumlah ganjil. Masyarakat Banjar perjaca, bahwa depa yang ganjil memiliki unsur magis dan sakral.
Saat ini rumah banjar masih digunakan oleh sebagian penduduk Kalimantan Selatan. Namun, beberapa rumah dilestarikan sebagai sumber daya budaya serta objek wisata. Salah satu rumah banjar yang bisa dikunjungi sebagai objek wisata adalah Rumah Banjar Teluk Selong di Martapura.