Menuju konten utama

Mengenal Rumah Adat Bali: Nama, Penjelasan & Kegunaan Tiap Bangunan

Rumah Adat Bali: namanya, keterangan, serta kegunaan dari tiap bagian bangunan rumah adat.

Mengenal Rumah Adat Bali: Nama, Penjelasan & Kegunaan Tiap Bangunan
Ilustrasi Rumah Adat Bali. FOTO/pu.go.id

tirto.id - Provinsi Bali memiliki rumah adat dengan arsitektur tradisional yang merupakan perwujudan budaya Bali dan konsepsi agama Hindu.

Selain digunakan sebagai tempat tinggal, rumah adat Bali juga berfungsi untuk melaksanakan upacara adat dan keagamaan.

Dalam e-modul “Bersama Meskipun Beragam” bentuk rumah adat menunjukkan ciri khas kehidupan di suatu daerah.

Keragaman rumah adat disebabkan kondisi geografis pada daerah tertentu. Beragam pengetahuan dan kebudayaan pada tiap-tiap daerah memunculkan keunikan-keunikan dalam rumah adat di Indonesia.

Provinsi Bali sangat kental akan budaya dan adat tradisi. Persiapan dalam pembuatan rumah adat tentunya harus berdasarkan prosesi adat yang ada.

Terdapat beberapa aturan awal yang harus dilakukan masyarakat Bali sebelum membangun rumah adat.

  • Pertama, undagi atau arsitek Bali harus melakukan penyucian diri secara ritual.
  • Kedua, membuat sanggah diisi dengan pejati (daksina, peras, sodan, canang dan segehan) yang dihaturkan ke Bhagawan Wisma Karma (sebagai guru undagi).
  • Setelah itu, dilakukan rangkaian upacara dalam pembuatan rumah.
a. Pembuatan gegulak (proses pengukuran secara metrik yang disesuaikan dengan ukuran orang yang membangun rumah).

b. Upacara Nasarin atau peletakan batu pertama dengan menggunakan batu merah dengan gambar Bedawang Nala (sebagai simbol sesajen yaitu tumpeng merah, kawangen, dan canang).

c. Upacara Melaspas, yaitu upacara akhir setelah bangunan selesai. Upacara ini bertujuan untuk membersihkan kotoran selama prosesn pembangunan rumah adat.

Bagian Rumah Adat Bali

Rumah adat Bali terdiri dari bagian-bagian yang memiliki kegunaan, berikut penjelasannya.

1. Angkul-angkul, adalah pintu masuk rumah yang merupakan bagian paling depan dari rumah adat Bali.

Bagian ini berbentuk gapura dengan atap tradisional yang menyerupai candi. Atap angkul-angkul dihiasi dengan ukiran khas Bali yang menghubungkan kedua pilar bagian kanan dan kiri.

2. Aling-aling, adalah pembatas antara angkul-angkul dan tempat suci. Bangunan ini memiliki dinding pembatas yang disebut dengan penyengker.

3. Pura keluarga, bangunan dari rumah adat yang digunakan sebagai tempat beribadah dan berdoa.

Pura keluarga biasanya dibangun di pojok rumah adat, sebelah timur laut. Selain itu, bagunan ini juga dikenal dengan nama sanggah atau merajan.

4. Bale Dauh, merupakan tempat untuk menerima tamu atau sebagai ruang tamu.

Namun, bangunan ini juga dapat digunakan sebagai tempat tidur remaja (laki-laki). Keunikan bangunan ini terdapat pada jumlah tiang penyangga pada setiap rumah yang berbeda-beda.

5. Bale manten atau disebut juga Bale Daja, yaitu ruangan yang difungsikan untuk tempat tidur kepala keluarga maupun anak gadis. Bagunan ini terletak di sebelah utara rumah adat.

6. Bale Gede, merupakan ruangan paling besar dalam rumah adat Bali. Bangunan ini digunakan untuk perayaan upacara adat bersama keluarga atau dengan masyarakat sekitar.

Selain itu, bangunan ini juga dijadikan untuk tempat berkumpul serta menyajikan makanan dan sesaji.

7. Pawerangan, adalah tempat untuk memasak. Letaknnya di sebelah selatan atau barat laut dalam rumah adat.

Bangunan ini terdapat dua bagian, yaitu untuk memasak dan untuk menyimpan peralatan dapur.

8. Jineng, yakni bangunan tempat menyimpan gabah dan berbagai bahan pokok makanan lainnya.

Baca juga artikel terkait RUMAH ADAT BALI atau tulisan lainnya dari Chyntia Dyah Rahmadhani

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Chyntia Dyah Rahmadhani
Penulis: Chyntia Dyah Rahmadhani
Editor: Dhita Koesno