Menuju konten utama

Mengenal Pasola, Ritual dan Atraksi Budaya yang Digelar di Sumba

Mengenal Pasola yang merupakan ritual dan atraksi budaya yang digelar setiap Februari-Maret di Sumba, NTT.

Mengenal Pasola, Ritual dan Atraksi Budaya yang Digelar di Sumba
Seorang peserta festival Pasola sambil memegang "aipahola" atau kayu pasola memacu kudanya dalam acara Festival Pasola Wanokaka, di Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, NTT, Selasa (26/2/2019). ANTARA Foto/Kornelis Kaha

tirto.id - Pasola adalah ritual dan atraksi budaya yang digelar di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pasola berasal dari kata “sola” dan “hola” yang berarti lembing kayu dengan ujung tumpul.

Mengutip lamanJendela Pendidikan dan Kebudayaan Pasola adalah permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas kuda.

Pasola diselenggarakan oleh orang Sumba untuk merayakan musim tanam padi. Pasola merupakan bentuk ritual untuk menghormati tradisi nenek moyang (Marapu), mohon pengampunan, kemakmuran dan untuk hasil panen yang melimpah.

Pasola biasa dilaksanakan setiap bulan Februari hingga Maret di sejumlah kampung di Sumba. Kampung yang menyelenggarakan tradisi ini antara lain Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura.

Tradisi ini digelar berdasarkan penanggalan yang ditentukan oleh para pemuka adat atau rato. Rato menentukan penanggalan melalui perhitungan bulan gelap dan bulan terang serta tanda-tanda alam. Salah satu prosesi untuk menentukan tanggal Pasola adalah dengan melakukan tradisi nyale.

Nyale artinya adalah cacing laut, tradisi nyale adalah upacara mencari cacing laut yang dilaksanakan pada sore hari di pinggiran pantai yang di pimpin oleh rato.

Upacara nyale dilaksanakan pada bulan purnama, saat itu cacing laut akan keluar ke pinggir pantai. Para rato akan memprediksi saat nyale keluar pada pagi hari, sekitar jam 07.00 WITA. Tanpa mendapatkan nyale, Pasola tidak dapat dilaksanakan, dan dianggap sebagai sebuah kesialan.

Selain memprediksi kapan Pasola dapat dilaksanakan, Nyale juga diyakini dapat memprediksi hasil panen masyarakat setempat.

JurnalMakna Nyale dalam Upacara Adat Pasila sebagai Upaya Pelestarian Budaya di Sumba Barat Nusa Tenggara Timur menjelaskan bahwa jika nyale yang di tangkap baik dan banyak maka menandakan hasil panen tahun ini baik. Jika Nyale itu menggigit tangan rato maka hasil panen tahun ini mendapatkan musibah yang tidak menguntungkan pada hasil panen yaitu padi di gigit tikus.

Sebelum mengadakan upacara adat Pasola, warga setempat perlu mengikuti sejumlah pantangan. Pantangan tersebut antara lain dilarang mengadakan pesta dan membangun rumah.

Penyelenggaraan Pasola

Pasola digelar secara berurutan di dua tempat berbeda. Pertama di pantai Wanokaka setelah Madidi Nyale. Kedua di arena utama Kamaradena dari pukul 09.00 hingga menjelang siang.

Pasola adalah petarungan antara dua kubu dengan menunggangi kuda. Masing-masing kubu menggunakan taktik tersendiri dan berusaha keras untuk menjatuhkan pihak lawan dengan cara melempar lembing dan dengan kepiawaian berkuda.

Pertarungan ini sering memakan korban luka bahkan ada juga yang meninggal dunia. Namun, sportivitas tetap harus dijunjung tinggi. Aturan tak tertulis yang harus dipatuhi adalah saat nanti usai pertandingan, dendam tidak boleh keluar dari arena. Jika pun ingin membalas harus menunggu Pasola berikutnya.

Setiap tetes darah binatang atau manusia yang tumpah saat pertarungan Pasola dianggap sebagai pertanda baik bahwa hasil panen akan melimpah dan akan membawa kemakmuran di masa yang akan datang, demikian dilansir laman resmi Pemerintah Kabupaten Sumba Barat.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Yantina Debora