tirto.id - Istilah catfishing saat ini sering terdengar dan tak asing bagi pengguna media sosial. Catfishing sendiri dikenal di media sosial sebagai penipuan identitas diri
Media sosial telah menjadi wadah interaksi paling diminati saat ini. Tak bisa dipungkiri pula, media sosial juga menjadi tempat untuk mencari jodoh dan ajang eksistensi diri.
Namun dalam penggunaannya, media sosial seringkali disalahgunakan oleh sejumlah orang dengan maksud tertentu, salah satunya catfishing.
Dilansir dari laman PHYS, catfishing merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan seseorang yang menggunakan informasi palsu untuk membuat identitas baru di media sosial atau platform online lainnya.
Biasanya pemalsuan identitas tersebut berupa penggunaan foto yang diambil atau diedit dan informasi orang lain tanpa sepengetahuan pemilik asli dari data-data hasil curian tersebut.
Aksi penipuan ini tentunya memiliki motif tersendiri, misalnya pada media sosial yang paling umum adalah disebabkan oleh kurangnya tingkat percaya diri seseorang akan identitas asli yang mereka miliki.
Akan tetapi, tak sedikit pula yang melakukan aksi penipuan tersebut untuk merampas uang korban atau bahkan menculik orang lain.
Dalam artikel The Cybersmile Foundation diungkap ada beberapa alasan lain mengapa seseorang dapat menjadi catfish (julukan pelaku catfishing).
The Cybersmile Foundation mengatakan bahwa ada sejumlah alasan yang menunjukkan bahwa aksi ini dilakukan dengan sengaja untuk ditujukan pada satu individu ataupun sejumlah orang, misalnya balas dendam karena sakit hati.
Para catfish yang membalas dendam seringkali membuat akun media sosial dengan menggunakan gambar dan informasi korban untuk mempermalukan atau merusak reputasinya dengan menyebar rahasia atau melakukan hal-hal yang buruk.
Catfishing dilakukan juga untuk menjebak orang lain yang bertujuan merampas uang korban atau meminta hal-hal yang mereka inginkan.
Selain itu, catfishing pun biasanya dikaitkan dengan kesehatan mental seseorang. Seseorang yang menderita sejumlah bentuk penyakit mental mungkin merasa cemas untuk mengungkapkan identitas diri mereka yang asli.
Begitu pula pada orang yang mudah depresi, semisal takut akan mendapatkan perundungan jika mengungkap jati dirinya.
Maka dari itu, mereka yang mengalami hal tersebut terkadang melakukan catfishing agar dapat berkomunikasi dengan orang secara efektif.
Perilaku catfishing sendiri sebenarnya dapat diidentifikasi melalui tanda-tanda yang dapat dengan mudah diperhatikan. Salah satu hal yang paling kentara adalah pelaku umumnya menghindari pertemuan tatap muka.
Hal ini biasanya mereka siasati dengan alasan-alasan yang kurang logis, misalnya dengan menggunakan peristiwa kehidupan yang traumatis seperti kecelakaan, menderita penyakit, dan lain-lain.
Alasan ini mungkin masuk akal bagi sejumlah orang yang memang benar-benar menagalaminya, tetapi akan berbeda jika mereka pun tidak mau diajak untuk melakukan panggilan video.
Kemungkinan besar orang yang tidak mau bertemu tatap muka dan menghindari panggilan video merupakan seorang catfish yang tidak mau identitas dirinya terbongkar.
Pada media sosial catfish juga sebenarnya ada beberapa indikasi yang dapat diperhatikan pula, misalnya mereka tidak memiliki banyak pertemanan, foto yang diunggah sedikit dan hanya itu-itu saja, tidak ada percakapan dengan teman di kolom komentar, dan hal lain yang sekiranya mencurigakan.
Para catfish juga biasanya hanya memiliki satu atau dua akun media sosial agar tidak terlalu mengekspos identitas palsunya di dunia maya, demikian ditulis Very Well Family.