Menuju konten utama

Mengenal Fotografi Analog yang Mulai Hype Kembali

Fotografi analog mulai tren kembali. Dengan teknik fotografi analog fotografer akan lebih paham cara kerja kamera.

Mengenal Fotografi Analog yang Mulai Hype Kembali
Warga menggunakan model kamera Obscura saat pengenalan berbagai macam alat fotografi analog di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Minggu (29/10/2017). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

tirto.id - Belakangan ini fotografi analog kembali diminati para fotografer. Kebanyakan peminat dari fotografi analog ini adalah kaum remaja yang berada pada masa-masa mengeksplor berbagai hal dari dalam dan luar diri sendiri.

Fotografi analog merupakan kegiatan fotografi yang dilakukan menggunakan kamera analog. Kamera analog menggunakan roll film yang dimuat di dalam kamera yang hasil jepretan kamera akan terekam oleh film tersebut.

Lebih singkatnya, fotografi analog mengacu kepada fotografi yang menggunakan kamera dan film analog. Oleh karena itu, fotografi analog sering disebut juga dengan fotografi film.

Fotografi dengan proses analog ini merupakan satu-satunya metode yang tersedia bagi fotografer untuk mencetak foto sebelum ditemukannya fotografi digital yang menggunakan sensor elektronik merekam gambar ke media digital.

Pada awal-awal perkembangan kamera menggunakan model digital, fotografi analog sempat ditinggalkan. Alasannyafotografi digital lebih mudah dan praktis dalam penggunaannya. Tetapi beberapa tahun belakangan ini fotografi analog mulai bangkit kembali.

Proses produksi foto dimulai dari menjepret menggunakan kamera. Hasil jepretan tersebut akan tercetak di film karena adanya reaksi kimia pada film analog. Satu sisi strip film dilapisi dengan emulsi gelatin yang mengandung kristal perak halida kecil, yang menentukan kontras dan resolusi foto. Film analog sendiri berbentuk strip plastik tipis dan transparan.

Zat kimia yang ada di film sangat sensitif dengan cahaya. Oleh karena itu, pemakaian kamera dan film analog harus berhati-hati agar film tidak mendapat cahaya yang berlebih secara disengaja maupun tidak disengaja. Bila mendapat cahaya yang berlebih, film tidak akan menghasilkan foto yang jelas yang biasa disebut dengan istilah ‘terbakar’.

Gambar-gambar hasil jepretan akan terkumpul pada roll film yang ada di dalam kamera. Kemudian film diproses di lab atau biasa disebut ‘kamar gelap’ menggunakan beberapa bahan kimia. Gambar akan muncul setelah bereaksi dengan bahan kimia lainnya.

Jenis Kamera Analog

Terdapat berbagai macam kamera analog dan ukuran film sesuai dengan kebutuhan dan keinginan fotografer. Kamera analog tersebut seperti single-lens reflect (SLR), twin-lens reflect (TLR), kamera point and shoot, kamera pin hole, kamera rangefinder, kamera medium format, dan kamera instan atau sering disebut dengan polaroid.

Rol film yang tersedia pun berbagai macam sesuai dengan format kamera yang digunakan. Beberapa kamera menggunakan film 35mm, beberapa menggunakan film 110mm, ada pula menggunakan 120mm, dan beberapa menggunakan film instan.

Di antara film-film ada, yang paling sering digunakan yaitu film ukuran 35mm yang dicirikan menggunakan tabung dan terdapat lubang sproket. Sebaliknya, 120mm lebih besar dan menghasilkan foto persegi. Film 110mm menghasilkan foto kecil.

Sedangkan foto instan tidak perlu melakukan proses cetak yang lama di lab. Selain itu, film analog terdapat dua tipe warna yang dihasilkan yaitu film foto berwarna dan film foto hitam-putih atau black and white (BW).

Terdapat beberapa hal yang didapatkan pada fotografi analog dibandingkan fotografi digital. Hal-hal tersebut seperti:

  • Bentuk kamera yang estetik dan unik, menjadi menarik perhatian untuk dimiliki
  • Hasil foto yang dihasilkan tidak langsung dapat kita lihat, menguji kesabaran yang seru
  • Sensasi gelap-gelapan saat memproses film di lab, lab harus terhindar cahaya agar film analog tidak ‘terbakar’
  • Lebih membuat fotografer paham dengan cara kerja kamera, karena kamera analog merupakan kamera konvensional
  • Sekali menjepret, hasil foto yang dihasilkan tidak dapat dihapus.
  • Satu roll film biasanya hanya dapat menjepret 24 atau 36 foto, membuat fotografer harus benar-benar memperhatikan objek yang ingin difoto
  • Lebih memahami pencahayaan dan warna dalam foto, pencahayaan dan warna dapat mempengaruhi foto yang dihasilkan
  • Foto yang ‘gagal’ pun tetap terlihat artistik, ada kalanya fotografer menghasilkan foto yang tidak sempurna karena berbagai hal.

Baca juga artikel terkait FOTOGRAFI atau tulisan lainnya dari Aditya Priyatna Darmawan

tirto.id - Hobi
Kontributor: Aditya Priyatna Darmawan
Penulis: Aditya Priyatna Darmawan
Editor: Agung DH