tirto.id - DxOMark merupakan situs benchmark atau tolok ukur yang menguji dan memberi penilaian dari hasil bidikan sebuah kamera. Didirikan sejak tahun 2008, situs DxOMark semula berfokus pada perangkat kamera DSLR saja.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, DxOMark sekarang juga telah merambah kamera pada smartphone. Tidak hanya menguji kualitas gambar yang dihasilkan lensa dan kamera, DxOMark juga melakukan pengujian pada kualitas audio pada smartphone.
Hasil pengujian kualitas gambar beserta audio sekaligus ini kemudian digabungkan menjadi satu skor yang disebut dengan DxOMark Score.
Sistem penilaian yang digunakan DxO didasarkan pada analisis terhadap setiap aspek kamera dan lensa baik di smartphone maupun perangkat kamera pada umumnya.
Pengujian komprehensif dilakukan dengan kriteria fitur yang sering digunakan pada pengaplikasian sebuah kamera. Misalnya, eksposur, zoom, kontras, autofocus, stabilizer, noise, tekstur, hingga warna.
Proses pengujian itu dilakukan di sebuah studio dan dilakukan ahli yang berdedikasi dalam menilai kualitas gambar atau video dari kamera seobjektif mungkin. Setiap pengujian menerapkan banyak skenario agar mendapatkan hasil paling akurat dan detail.
Tes atau pengujian terhadap kualitas lensa dan kamera pun dilakukan di luar ruang (outdoor) agar mendapat hasil yang lebih realistis.
Tidak heran, hasil penilaian DxOMark sering dipakai menjadi bahan presentasi produk smarthpone keluaran terbaru yang dibekali dengan kamera mumpuni.
Google, Huawei, Samsung dan Xiaomi ialah sebagian produsen smartphone yang mengandalkan hasil penilaian DxOMark untuk membuktikan kemampuan kamera di produk masing-masing.
Sejumlah produsen tersebut juga dikatakan sering berkonsultasi dengan DxOMark untuk membuat kamera yang lebih baik dengan peningkatan skor atas performa yang dimilikinya.
Sejak September 2017, DxOMark telah lepas dari DxO Labs, sebuah perusahaan pengolah gambar dan penjual software yang berbasis di Perancis. DxOMark kini bekerja secara independen.