tirto.id - Untuk obrolan sehari-hari, kata "paten" bisa meluas hingga bisa bermakna atau merujuk pada barang atau produk berkualitas bagus. Ada beberapa orang menyebut "barangnya paten" untuk meyakinkan lawan bicaranya. Namun, di jagat perusahaan teknologi, "paten" sudah menjadi nyawa bagi bisnis mereka bahkan menjadi ajang perebutan hak intelektual.
Ambil contoh, beberapa tahun lalu Google membeli Motorola Mobilty senilai $2,5 miliar. Pembelian tersebut merupakan aksi korporasi yang dilakukan Google untuk mengamankan sekitar 17.000 paten teknologi yang dimiliki Motorola, terutama tentu saja paten-paten yang berhubungan dengan teknologi ponsel pintar.
Aksi tersebut untuk melindungi sistem operasi ponsel pintar milik Google, Android. Setelah merasa aman dengan paten-paten yang diperoleh, Google menjual perusahaan Motorola Mobility kepada Lenovo. Sudah bisa ditebak, Google menjualnya tanpa paket paten-paten yang sudah lama mereka incar kepada Lenovo.
Aksi cemerlang Google ini menambah daftar paten yang mereka miliki. Mereka tercatat mengajukan 14.500 paten hingga 2009. Perusahaan teknologi lain juga tak kalah dengan Google. Microsoft, dalam kurun waktu yang sama, mengajukan 19.400 paten teknologi. Selanjutnya perusahaan bikinan Steve Jobs dan Steve Wosniack, sempat mengajukan 10.500 paten.
Untuk mengajukan paten pada kantor paten Amerika Serikat saja tidaklah murah. Sekitar $20.000 harus disiapkan untuk mengurus pelbagai masalah legal dan lainnya. Tentu saja, bagi perusahaan-perusahaan besar, angka demikian bukanlah suatu masalah.
Paten adalah aset yang sangat berharga, terutama dalam dunia teknologi. Pusat data kantor paten Amerika Serikat merupakan ensiklopedia terbesar dalam bidang teknologi. Sayangnya, untuk mengakses ilmu-ilmu yang ada di sana sangat mahal, hal ini menyangkut dengan biaya royalti. Apalagi bagi perusahaan-perusahaan kecil yang hendak membuat suatu produk.
Ponsel pintar hari ini yang kita kenal, mencakup 250.000 paten teknologi. Saat perusahaan kecil ingin membuat ponsel pintar baru misalnya, tentu mereka harus menyiapkan uang yang cukup besar untuk membayar royalti pihak-pihak yang memiliki paten-paten tersebut.
Selain itu, dalam paten harus termuat secara detail bagaimana inovasi yang dipatenkan dibuat. Hal ini ditujukan agar orang yang memiliki kemampuan yang sama dengan orang yang mengajukan paten, bisa membuktikan bahwa benar teknologi yang dipatenkan memungkinkan untuk dibuat.
Sebagaimana diberitakan The Verge, paten dengan kode #6,285,999 merupakan paten PageRank yang dimiliki oleh Lary Page, pendiri Google. PageRank merupakan suatu revolusi dalam dunia internet. Dengan teknologi PageRank, mencari informaasi yang relevan bisa dilakukan dengan mudah. Teknologi ini sebagai tiang penyangga raksasa teknologi saat ini, Google Search.
Masyarakat umum, siapa pun itu, bisa mempelajari PageRank tersebut melalui paten. Dan tentu saja, jika mampu, bisa pula membuat tiruan PageRank yang hebat itu. Namun, paten adalah perisai, dengan mematenkan PageRank, Larry Page tak perlu khawatir inovasinya akan dibajak orang. Bila pun dibajak, ia bisa mengambil langkah hukum dengan gugatan miliaran dolar di pengadilan.
Dalam dunia pendidikan, paten juga bisa menjadi semacam investasi yang baik. Universitas Stanford, setidaknya memperoleh pendapatan $4,5 juta dari penelitian yang mereka lakukan. Mayoritas uang yang diperoleh, didapat dari uang royalti dari hasil penelitian kampus.
Sisi Lain dari Paten
Tidak bisa dipungkiri paten merupakan perisai dari hak intelektual seseorang, tapi ini merupakan konsep lama. Ada istilah yang disebut sebagai “Patent Troll”. Istilah tersebut merujuk pada pihak-pihak atau perusahaan yang mematenkan suatu ide inovasi dengan detail, namun tidak membuat nyata menjadi suatu produk, melainkan menjadikan paten sebagai jebakan dan menggunakannya untuk “memeras” pihak atau perusahaan lain yang membuat suatu produk yang sesuai dengan paten yang dipatenkan pihak “patent troll”.
Kasus “patent troll” telah banyak dilakukan, terutama oleh perusahaan teknologi besar untuk mengambil keuntungan terhadap perusahaan lainnya. Sedihnya, banyak perusahaan-perusahaan kecil juga memperoleh masalah melalui skema “patent troll” tersebut.
Sebagaimana diberitakan Business Insider,Microsoft memperoleh pendapatan hingga $2 miliar per tahun dari paten-paten yang mereka miliki, termasuk yang dipakai dalam Android milik Google. Cerita lain datang dari Apple, mereka sempat mengajukan gugatan senilai $1 miliar terhadap Qualcomm karena menilai mereka melanggar paten milik Apple. Selain itu, kasus “slide to unlock” maupun kasus desain ponsel antara Apple dan Samsung merupakan cara-cara perusahaan teknologi memperoleh pendapatan yang cukup besar.
Yang cukup pelik, Oracle, pemilik bahasa program Java, suatu bahasa program yang digunakan membuat Android, mengajukan gugatan pada Google karena mereka menilai bahwa 11.500 baris kode Android melanggar kekayaan intelektual mereka. Oracle menklaim bahwa mereka rugi $9 miliar. Setalah mengarungi lautan proses hukum selama 6 tahun, sebagaimana diberitakanThe Guardian, pada Mei 2016, Google memenangkan proses hukum tersebut. Hakim menilai, Google memanfaatkan Java milik Oracle dengn “fair use”.
Perusahaan-perusahaan teknologi, menghabiskan banyak uang untuk paten dan menerima banyak uang pula dari paten. Di 2009 misalnya, Nortel, perusahaan asal Kanada mengalami kebangkrutan. Nortel memiliki banyak portofolio paten. Nortel setidaknya memiliki 6.000 paten. Yang menarik, ada paten seputaran teknologi 4G dan paten seputaran teknologi ponsel pintar lain. Akibatnya, kebangkrutan Nortel jadi incaran banyak perusahaan teknologi.
Google, sebagai perusahaan yang berkepentingan mengamankan paten-paten yang berhubungan dengan ponsel pintar, mangajukan penawaran membeli portofolio paten milik Nortel. Sayang, Google kalah dengan suatu kelompok bernama “Rockstar Bidco”. Kelompok tersebut merupakan kumpulan perusahaan teknologi seperti Microsoft, Apple, BlackBerry, dan Sony. Mereka sangguo membayar $4,5 miliar untuk mengamankan paten milik Nortel.
Paten, yang hanya sebuah legalitas di atas kertas kini menjadi ladang uang yang sangat menggiurkan. Namun paten bisa muncul karena ada orang-orang yang berpikir keras menciptakan suatu inovasi. Jika Anda ingin masuk dalam bisnis ini, siapkan kemampuan terbaik kita dalam berinovasi, selamat berpikir dan berkreasi!
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra