tirto.id - Sore menjelang debat final, 10 Februari, saya mendatangi markas relawan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di Jalan Brawijaya No. 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sepintas tak terlihat kegiatan di rumah dua lantai yang jadi pusat pengendali para relawan itu. Tidak ada poster atau spanduk di tembok rumah. Namun, di dalam, para relawan sibuk bekerja. Lantai satu untuk pusat pelayanan informasi dan komunikasi, sementara lantai dua untuk tim media sosial.
Tim media sosial, berjumlah 15 orang, bekerja membuat konten positif. Sementara pusat komunikasi, berjumlah 10 orang, bertugas melakukan koordinasi antar-relawan yang bekerja di lapangan. Mereka menelepon para relawan buat memastikan target 300 suara di tiap TPS di hari pencoblosan, 15 Februari.
Sejak awal Januari, relawan pemenangan pasangan Anies-Sandi mulai merapatkan barisan. Simpul-simpul relawan, baik dari partai maupun dari pasangan calon, dilebur di bawah satu komando.
“Di sini semua simpul relawan bersatu,” ujar Inong mewakili relawan Anies-Sandi. “Jadi tidak ada lagi relawan partai maupun pasangan calon,” tambahnya.
Tidak ada penyebutan nama di rumah dekat kediaman Wakil Presiden Jusuf Kala itu. Namun, sejak pasangan Anies-Sandi diusung oleh Partai Gerakan Indonesia Raya dan Partai Keadilan Sejahtera, rumah itu menjadi markas utama para relawan. Semula jadi markas relawan Anies, tapi pada 18 Januari lalu, rumah itu dialihkan jadi pusat komando pasangan nomor tiga itu.
Pasangan Anies-Sandi memiliki banyak markas relawan. Di Jakarta Selatan, misalnya, mereka memiliki empat markas: Jalan Brawijaya IX No. 1 atau dikenal Roemah Djoeang, Posko Sandiaga Uno di Jalan Melawai No. 16, Pendopo Anies-Sandi di Jalan Panglima Polim, dan terakhir di Jalan Brawijaya No. 3 itu. Sedangkan markas utama pemenangan pasangan ini terletak di Jalan Cicurug No. 6, Menteng, Jakarta Pusat. Ada pula rumah milik Boy Sadikin, mantan politikus PDI Perjuangan dan anak mantan gubernur Jakarta Ali Sadikin, di Jalan Borobudur, Menteng, yang juga jadi markas pemenangan Anies-Sandi.
Semua markas relawan memiliki tugas masing-masing. Namun Roemah Djoeang biasanya jadi pusat kegiatan tim pemenangan Anies-Sandi karena di sinilah Partai Gerindra berdiri. Ia berada di bawah kendali Pius Lustrilanang, aktivis yang pernah diculik Tim Mawar, sebagai panglima Roemah Djoeang.
Selain markas para relawan, pasangan Anies-Sandi juga memiliki tempat yang dipakai oleh para dewan pakar, berjumlah 17 orang, untuk membantu kandidat menyiapkan materi kampanye plus memetakan permasalahan Jakarta. Markas ini di Jalan Cisangkir, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Para dewan pakar ini termasuk mantan pimpinan dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto dan Adnan Pandu Praja, pakar hukum persaingan usaha Rikrik Rizkiyana, pengusaha dan instruktur bisnis rintisan Faransyah Agung Jaya, ahli perencanaan wilayah dan kota Adhamaski Pangeran, mantan wartawan Eman Sulaeman dan Linda Djalil, ahli transportasi Achmad Izzul Waro dan Ali Sunandar, dan sosiolog Universitas Indonesia Sukma Widyanti.
Ada juga Arie Mufti yang bekerja di bidang strategi pemasaran, telekomunikasi, teknologi informasi dan dunia digital. Wirausaha dan konsultan manajemen Anang Kelanajaya, ahli bidang lingkungan Irwan Pulungan, Reiza Patters, praktisi media dan komunikasi Budi Purnomo, ahli relasi publik dan jurnalistik Ida Sutoyo, dan penggiat pemasaran politik Iwan Setyawan.
Penjaga Suara dari Roemah Djoeang
Mendekati hari pencoblosan, relawan Anies-Sandi makin intens melakukan pertemuan. Pada akhir kampanye, 11 Februari, ratusan relawan dari lima wilayah Jakarta dikumpulkan di Roemah Djoeang. Mereka terlihat melakukan geladi resik untuk pembekalan pelantikan, yang akan dipimpin langsung oleh Prabowo Subianto, pendiri Partai Gerindra, di kediamannya di Hambalang, Bogor, pada 12 Februari.
Mereka berkumpul jam 7 pagi di Roemah Djoeang dan berangkat dengan bus menuju Hambalang. Mereka dilarang membawa alat komunikasi apa pun di rumah Hambalang. Para relawan ini yang bakal menjadi koordinator RT (Korte), yang wajib menjadi saksi di TPS masing-masing.
Targetnya, mereka bisa memenangkan pasangan Anies-Sandi di masing-masing RT.
“Ingat tidak ikrar yang paling terakhir?” tanya pemberi materi dari Roemah Djoeang. “Memenangkan di TPS masing-masing.”
“Anda mengambil KTP menjelaskan tidak siapa Anies-Sandi?”
“Itu menjadi pembuktian kita di TPS masing-masing.”
“Perjuangan kita mendekati akhir. Insyaallah kita menang satu putaran. Siap memenangkan Anies Sandi?” pekik sang pengisi acara geladi bersih di Roemah Djoeang.
“Siap!” Para relawan kompak menjawab.
Pekikan itu diikuti teriakan “Prabowo, presiden” yang disambut para relawan, terdengar dua kali melalui pengeras suara.
Pius Lustrilanang memimpin langsung para relawan yang ditunjuk sebagai koordinator RT tersebut. Pius didapuk sebagai panglima relawan dan memberi instruksi untuk dipatuhi ratusan relawan Anies-Sandi di hari pencoblosan. Para relawan ini diberi mandat oleh Pius untuk menjadi saksi di tempat pemungutan suara (TPS) masing-masing.
Bagi relawan saksi TPS yang hendak mendaftarkan diri, Roemah Djoeang menerima mereka paling lambat Minggu, 12 Februari, pukul 23.59. Mereka yang diprioritaskan menjadi saksi yang rumahnya paling dekat dengan TPS area pencoblosan.
Relawan saksi ini berperan sebagai pendukung Partai Gerindra dan PKS di hari pencoblosan. Mereka juga mendapatkan bayaran yang diberitahukan sebelumnya. Tak dijelaskan dalam geladi resik itu besaran bayaran bagi para saksi.
“Relawan bukan saksi di dalam TPS, tetapi di luar TPS. Kita sifatnya hanya membantu partai,” ujar Pius Lustrilanang melalui sambungan telepon, Minggu (12/2).
Rencananya, dua hari sebelum pencoblosan, 13 dan 14 Februari, para relawan Korte akan diberi pembekalan, dilakukan di tiap kelurahan tempat asal relawan. Setiap relawan yang menjadi saksi di TPS diwajibkan memiliki ponsel android untuk memudahkan koordinasi melalui aplikasi WhatsApp. Kendali para saksi ini nantinya dilakukan oleh asisten Roemah Djoeang.
Ada 73 orang relawan yang jadi koordinator Roemah Djoeang, bertugas mengendalikan saksi di 13 ribu TPS di seluruh Jakarta. Satu orang relawan koordinator bakal memegang 180 saksi pada hari pencoblosan. Selain ada yang menjadi saksi, relawan Anies-Sandi juga bertugas menjaga suara di akar rumput.
“Untuk saksi ada anggrannya. Ada pengganti uang pulsa karena dia nantinya melaporkan melalui SMS,” kata Pius.
Pius mengklaim bahwa jumlah relawan yang bergabung dengan Anies-Sandi hingga saat ini sekitar 151 ribu orang. Mereka tersebar di basis-basis pemilih Anies-Sandi. Untuk target suara, ia menolak menyebutkan. Namun setiap TPS memiliki target yang berbeda.
Pius juga menolak berkomentar soal besaran bayaran relawan saksi Anies-Sandi yang bertugas mengawasi TPS.
“Untuk target itu ada di tim pemenangan, kita sifatnya hanya membantu,” ujar Pius.
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Fahri Salam