tirto.id - Gerhana bulan total yang dinamakan Super Wolf Blood Moon akan terjadi pada tanggal 20-21 Januari 2019.
Joe Rao ahli astronomi dan pengajar di Hayden Planetarium New York dalam kolom yang ditulisnya di Space menganalogikan gerhana tersebut seperti kita menonton film dalam bioskop.
Sisi gelap dalam ruangan diibaratkan bumi, layar yang ditonton dibaratkan bulan penuh, dan pergerakan film yang ditonton diibaratkan pergerakan bayangan bumi melintasi permukaan bulan.
Setiap orang dalam bioskop melihat film yang sama sebagaimana setiap orang melihat gerhana yang sama.
Tentu sebagaimana sebuah bioskop yang besar, ada tempat-tempat tertentu yang penampakannya akan lebih baik daripada tempat-tempat yang lain.
Tempat terbaik dalam konteks ini ditempati oleh Amerika Utara. Jajaran berikutnya ditempati oleh Pantai Timur AS, di mana gerhana bulan total merangkak dengan ketinggian yang jelas.
Berkebalikan dengan yang terjadi di Eropa, gerhana akan diterima di tempat yang rendah di daerah barat.
Hal ini dibenarkan oleh Fred Espenak astrofisikawan pensiunan NASA sekaligus pakar gerhana di Arizona Sky Village kepada Forbes.
“Tempat sempurna untuk melihat gerhana berada di Amerika dan Eropa Barat. Kami akan mengamati keseluruhan dari mulai hingga berakhirnya gerhana,” kata Fred yang juga dikenal sebagai Bapak Gerhana.
Space menyatakan, gerhana bulan total terjadi ketika matahari, bumi, dan bulan berada dalam satu garis lurus telah terjadi sebanyak 228 kali. Gerhana bulan total terakhir terjadi pada tanggal 27 Juli 2018.
Espenak menjelaskan, gerhana total terjadi ketika bayangan bumi pelan-pelan melewati seluruh bulan.
Dalam Super Wolf Blood Moon ketika memasuki fase penumbra, menjadi bagian yang sulit dilihat. Bagian itu memiliki durasi 15 menit saat mulai atau berakhirnya fase gerhana sebagian.
“Bagian terbaiknya adalah gerhana total selama 62 menit,” ucap Espenak. Sebab saat itu bulan akan bermandikan warna-warna merah (blood) cantik yang diproduksi cahaya matahari melalui atmosfer bumi.
Joe mengkritiki tentang penamaan “blood” yang kurang tepat. Karena warna gerhana tidak sepenuhnya merah, tapi lebih mirip warna tembaga dalam uang koin, bisa jadi orange. Serta diksi “super” baginya berlebihan, karena lintasan bulan bergerak cepat dan semakin menjauhi bumi. Jadi tidak besar-besar amat.
Editor: Yandri Daniel Damaledo