Menuju konten utama

Melihat Potensi Indonesia Alami Krisis Pangan Jelang El Nino

Pengamat Pertanian CORE Eliza Mardian tidak melihat dampak El Nino bisa menyebabkan krisis pangan. Misalnya dari sisi produksi beras.

Melihat Potensi Indonesia Alami Krisis Pangan Jelang El Nino
Sejumlah bocah bermain di area persawahan yang terdampak kekeringan akibat musim kemarau di Desa Pajukukang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Minggu (25/6/2023). ANTARA FOTO/Arnas Padda/foc.

tirto.id - El Nino atau musim kemarau berpotensi mengancam persediaan pangan di Indonesia. Ini bisa terjadi karena El Nino dapat menyebabkan gagal panen sejumlah kebutuhan pangan. Lalu, mungkinkah El Nino menyebabkan krisis pangan di Indonesia?

Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (CORE) Eliza Mardian tidak melihat dampak El Nino bisa menyebabkan krisis pangan. Misalnya dari sisi produksi beras.

"Sepertinya untuk sampai ke krisis pangan tidak ya, karena belum ada tanda-tanda penurunan produksi yang tajam secara signifikan," ujarnya kepada Tirto, Jakarta, Rabu (2/8/2023).

Meski demikian, Eliza mengatakan, stok beras pemerintah saat ini belum memadai untuk menghadapi musim kemarau panjang. Stok yang dimaksud adalah penyerapan beras oleh Perum BULOG.

"Stok beras BULOG per 25 Juli 2023 mencapai 802 ribu ton, dimana 744 ribu ton nya itu cadangan beras pemerintah (CBP). Angka tersebut memang masih kurang dari sebagaimana mestinya. Target penyerapan BULOG 2,4 juta," bebernya.

Namun disisi lain, Indonesia memang belum memasuki musim panen gadu. Panen gadu adalah panen yang tetap ada saat kemarau.

"Kita masih belum memasuki periode panen gadu ya. Ini masih awal Agustus. Jadi, belum dapat dipastikan berapa stok riil beras yang ada di masyarakat. Memang data stok beras di masyarakat yang hampir menguasai pangsa 90 persen ini belum tersedia secara realtime. Jadi relatif sulit di-tracking," ucapnya.

Oleh karena itu, Eliza meminta pemerintah harus siap dengan segala kondisi dengan menyiapkan beragam alternatif pangan lokal lainnya yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

"Siap tidak siap, kita mesti cepat tanggap dan menyesuaikan dengan kondisi. Sebetulnya kita dianugerahi dengan beragam alternatif pangan lokal yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Pendekatan dan sosialisasi gerakan pangan lokal ke masyarakat harus terus diupayakan," jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mendorong para kepala dinas pertanian di Jawa Tengah untuk memperkuat ketersediaan pangan dengan mempercepat proses panen dan tanam dalam antisipasi dampak El Nino.

Menurut Syahrul, Jawa Tengah termasuk wilayah zona hijau yang masih memiliki air dari Sungai Bengawan Solo dan Sungai Berantas.

“Saya mendapatkan jawaban yang sangat baik dari Pak Gubernur dan para kadis bahwa kesiapan air luar biasa, di mana bengawan solo masih penuh. Tapi ingat kita tidak boleh percaya diri pede karena cuaca bisa saja berubah cepat," kata Syahrul dalam keterangan pers, Jumat (28/7/2023).

Sejauh ini, kata Syahrul, Presiden Joko Widodo memerintahkan penguatan terhadap 9 Provinsi di Indonesia. Tiga Provinsi di antaranya ada di Pulau Jawa, kemudian Banten dan sisanya ada di luar Pulau Jawa.

Dia berharap penanaman 1.000 hektare dalam rangka mengantisipasi El Nino di masing-masing daerah, dapat dilaksanakan secara cepat.

Syahrul menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi antarlini agar ke depan pemerintah bisa mengantisipasi pengaruh cuaca ekstrem. Apalagi, Pulau Jawa merupakan lumbung pangan terbesar Indonesia yang wajib mendapat pengawalan bersama agar pangan tersedia dengan baik.

“Jangan lupa di Jawa ini padat manusianya dan tidak boleh sedikit berspekulasi dengan cuaca karena cuaca itu sangat berpengaruh pada pertanian,” katanya.

Baca juga artikel terkait DAMPAK EL NINO atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang